BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru. Berdasarkan Surat Edaran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah. yang selanjutnya disebut BPPKAD merupakan salah satu dinas daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo. Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah berdiri dari

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DPPKA KOTA SURAKARTA. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 3 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA, TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BUPATI TANAH BUMBU,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 5 TAHUN

BAB III PEMBAHASAN MASALAH. 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya

BUPATI SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Berdasarkan surat keputusan walikota kepala daerah kota madya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162/kep/kdh. IV/kp. 72 tentang penghapusan pajak dari dinas pemerintahan umum karena berkaitan dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut yaitu DIPENDA atau Dinas Pendapatan Daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang kedudukan dan tanggung jawabnya langsung kepada walikota. Seiring berjalannya waktu tata pemerintahan Kota Surakarta mengalami perubahan dan perbaikan, berdasarkan pertimbangan prtimbangan peraturan daerah no 6 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) peraturan baru tersebut berlaku pada tanggal 1 januari 2009. Kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala

2 bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada kepala DPPKA. Kewenangan Dinas meliputi: a. Pendapatan Asli Daerah. 1) Hasil Pajak Daerah. 2) Hasil Retribusi Daerah. 3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. 4) Lain lain PAD yang sah. b. Dana Perimbangan. c. Lain lain PAD yang sah. Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan asset DPPKA mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. Penyusunan Rencana Ketetapan Pajak Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). b. Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). c. Pelaksanaan dan perubahan APBD. d. Penatausahaan Keuangan Daerah. e. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. f. Pengendalian defisit anggaran dan penggunaan surplus APBD. g. Pengelolaan Kas Umum Daerah.

3 h. Pengelolaan Piutang Daerah. i. Pengelolaan Investasi Daerah. j. Pengelolaan Barang Milik Daerah. k. Pengelolaan dana cadangan. l. Pengelolaan utang daerah. m. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah. n. Penyelesaian kerugian daerah. o. Pengelolaan Keuangan badan layanan umum daerah. p. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah. 2. Lingkungan Strategis Lingkungan strategis DPPKA Surakarta sesuai dengan Perda No. 14 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta dan tindaklanjuti dengan Peraturan Walikota No. 35 Tahun 2012 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta. Tugas pokok DPPKA menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut DPPKA mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas. b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan. c. Penyelenggaraan pendaftaran pendataan wajib pajak dan wajib retribusi. d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan, angsuran pajak, dan retribusi.

4 e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak an retribusi serta pendapatan lain. f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi, dan pendapatan lain. g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan, dan akuntansi. h. Pengolahan asset barang daerah. i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah. j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah. k. Penyelenggaraan sosialisasi. l. Pembinaan jabatan fungsional. m. Pengelolaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD). 3. Susunan Organisasi Sesuai dengan Perda Surakarta No 14 Tahun 2011 tentang perubahan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Pasal 35, Susunan Organisasi DPPKA adalah sebagai berikut: a Kepala. b Sekeretariat, membawahkan : 1) Sub bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan. 2) Sub bagian Keuangan. 3) Sub bagian Umum dan Kepegawaian.

5 c Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi, membawahkan: 1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan. 2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. d Bidang Penetapan membawahkan : 1) Seksi Perhitungan. 2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan. e Bidang Penagihan membawahkan : 1) Seksi Penagihan dan Keberatan. 2) Seksi Pengurangan pajak daerah. f Bidang Anggaran membawahkan : 1) Seksi Anggaran I. 2) Seksi Anggaran II. g Bidang Perbendaharaan, membawahkan : 1) Seksi Perbendaharaan I. 2) Seksi Perbendaharaan II. h Bidang Akuntansi, Membawahkan : 1) Seksi Akuntansi I. 2) Seksi Akuntansi II. i Bidang Aset, membawahkan : 1) Seksi Perencanaan Aset 2) Seksi Pengelolaan Aset j Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). k Kelompok Jabatan Fungsional.

6 Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut membawahkan : a. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan kebijakan teknis, pembinan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaaan di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. b. Bidang Pendaftaran Bidang pendaftyaran, Pendataan, dan dokumentasi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pendaftaran, pendapatan, dokumentasi, dan pengolahan data. c. Bidang Penetapan Bidang penetapan mempunyai tugas pokok melsaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang, pendataan, dokumentasi, dan pengolahan data. d. Bidang Penagihan Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang penagihan, keberatan, dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain.

7 e. Bidang Anggaran Bidang anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan APBD dan perubahan APBD. f. Bidang Perbendaharaan Bidang perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I dan II g. Bidang Akuntansi Bidang akuntasi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang penyelenggaraan tata akuntansi keuangan daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Surakarta. h. Bidang Aset Bidang Aset mempunyai tugas sesuai dengan jabatan fungsional masing masing berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

8 i. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. 4. Visi dan misi DPPKA mempunyai visi untuk terwujudnya peningkatan pendapatan daerah, pengelolaan keuangan, dan asset daerah yang optimal, efektif, efisien, transparan, serta akuntabel, menuju kemandirian keuangan daerah guna mendukung pembangunan daerah. Sedangkan Misi DPPKA adalah meningkatkan dan mengintefisikan pendapatan daerah secara optimal, meningkatkan kelancaran, ketertiban pengelolaan keuangan, dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif efisien serta akuntabel dengan memperhatikan asas kepatuhan dan keadilan, dan meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara efektif dan efisien. 5. Tujuan dan Sasaran DPPKA mempunyai tujuan mengoptimalkan sumber sumber pendapatan daerah untuk mencapai target pendapatan yang ditetapkan, mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan yang berlaku, menyelamatkan dan memberdayakan aset pemerintah kota secara optimal, serta meningkatkan profesionalisme dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

9 Sasaran DPPKA adalah terwujudnya pencapaian pendapatan daerah sesuai target yang ditetapkan, manajemen keuangan daerah yang efektif, efisien transparan dan akuntabel, terwujudnya pembukuan status hukum / pensertifikatan dan perlindungan aset daerah. B. Latar Belakang Pajak sangat berperan penting untuk kemajuan Negara, semakin besar pendapatan yang diterima dari pajak maka akan semakin maju perkembangan dan pembangunan, semakin besar penerimaan pajak di suatu Negara juga mencerminkan masyarakatnya yang mampu untuk membayar pajak yang berarti pendapatan perkapita masyarakat sudah di atas rata rata, fungsi pajak bagi Negara adalah untuk pengoperasian suatu tindakan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga Negara demi kemajuan diberbagai aspek (Priandana 2009), dalam memaksimalkan pemungutan pajak semestinya tidak hanya diupayakan oleh pemerintah pusat saja, kontribusi dari masing masing daerah juga diperlukan dalam membantu meningkatkan pendapatan negara, pajak dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu pajak pusat dan pajak daerah, Pajak Pusat adalah pajak yang pemungutannya ada pada pemerintah pusat melalui Direktorat Jendral Pajak, sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan daerah. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan seluas luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan

10 Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta pajak hiburan terdiri dari 8 jenis pajak daerah yaitu: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet, dari beberapa pajak daerah di Surakarta tersebut, salah satu potensi yang dapat digali adalah pajak hiburan, pajak hiburan adalah pemungutan pajak atas setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut biaya, Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Hiburan yang dimaksud adalah tontonan film; pagelaran kesenian, musik, tari, dan/busana; kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; pameran; diskotik, karaoke, pub, dan sejenisnya; sirkus, acrobat, dan sulap; permainan billyar, golf dan bowling; pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan; panti pijat, refleksi mandi uap/spa, dan pusat kebugaran; pertandingan olah raga. Pengenaan pajak hiburan ditetapkan dengan tarif paling rendah sebesar 5%, dan untuk beberapa hiburan tertentu dikenakan tarif khusus paling tinggi sebesar 40%. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, sedangkan Objek Pajak Hiburan adalah segala jenis penyelenggaraan atau jasa hiburan dengan mengenakan biaya atas penyelenggaraan atau jasa hiburan tersebut, Dikota Surakarta terdapat banyak hiburan yang secara

11 undang undang dapat dikenai pajak untuk memberi kontribusi terhadap pendapatan daerah Kota Surakarta, pemungutan pajak daerah Surakarta dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA), dalam pemungutan pajak hiburan di Surakarta tentunya tidak semua wajib pajak mengetahui peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan pemerintah, oleh karena itu menjadi salah satu tugas pemerintah daerah dalam melaksanakan sosialisasi guna menambah pemahaman wajib pajak mengenai Peraturan Daerah dan peraturan perpajakan tentang pajak hiburan dan untuk menambah jumlah wajib pajak guna menunjang pemenuhan target pendapatan daerah. Pendapatan daerah sangatlah penting untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah, Oleh karena itu penggalian potensi pajak hiburan di Kota Surakarta sangat penting untuk pengembangan diberbagai bidang aspek lainnya yang juga perlu untuk ditingkatkan, dalam hal ini kesadaran wajib pajak juga sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pendapatan daerah yang diperoleh dari pajak hiburan, Maka dari penggalian potensi yang ada diharapkan dapat dilaksanakan dan dapat membantu meningkatkan Pendapatan Daerah. Peran DPPKA dalam mengolah pendapatan daerah juga diperlukan, jika dana teralokasi dengan baik dan benar maka kemajuan diberbagai aspek daerah akan terwujud. Oleh karena itu penulis membuat judul Tugas Akhir : Analisis Potensi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun (2013-2015) yang

12 diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan, serta memberi solusi untuk memecahkan masalah terkait. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja kendala yang dihadapi DPPKA Surakarta dalam melaksanakan pemungutan pajak hiburan di Kota Surakarta? 2. Bagaimana upaya DPPKA Surakarta dalam memaksimalkan pemungutan pajak hiburan di Kota Surakarta? 3. Bagaimana cara untuk menggali dan mengoptimalkan potensi pajak hiburan untuk membantu meningkatkan Pendapatan Daerah Kota Surakarta? 4. Berapa besar kontribusi dari penggalian potensi yang hilang pajak hiburan di Kota Surakarta? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui apa saja kendala yang dihadapi DPPKA Kota Surakarta dalam memungut pajak hiburan untuk memenuhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2. Mengetahui bagaimana cara DPPKA Kota Surakarta dalam mengoptimalkan pemungutan pajak hiburan di Kota Solo. 3. Mengetahui cara pengoptimalan potensi yang dapat digali dari pemungutan pajak atas penyelenggaraan hiburan di Kota Surakarta.

13 4. Mengetahui seberapa besar kontribusi yang dihasilkan dari penggalian potensi pajak hiburan yang hilang Kota Surakarta untuk menambah PAD. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan penelitian tentang Pajak Daerah pada umumnya, dan khususnya Pajak Hiburan. 2. Bagi DPPKA Kota Surakarta Sebagai suatu masukan kepada instansi terkait yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan daerah dalam penerimaan pajak daerah khususnya dalam bidang pajak hiburan. Serta dapat dijadikan acuan dasar pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan mengenai pajak daerah dalam hal ini untuk meningkatkan penerimaan daerah khususnya melalui pengembangan pajak hiburan. 3. Bagi pembaca Semoga menjadi acuan yang bermanfaat untuk pengembangan penelitian selanjutnya, dan wawasan untuk para pembaca lainnya.