5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat, Tungro, Ulat Grayak, BLB, Walangsangit, Ganjur, dan Blast. Eksplosi serangan OPT tersebut biasanya dipicu oleh oleh faktor cuaca, seperti kondisi curah hujan yang tinggi dan kelembaban tinggi saat pertanaman berada pada fase generatif (pertumbuhan cepat), akan sangat mendorong perkembangan berbagai OPT utama tanaman pangan, sehingga dapat menyebabkan luas dan tingkat serangan yang tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja pengendalian 9 jenis OPT utama padi, luas serangan tahun 2011 dibanding tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 20. Perkembangan OPT Utama/Penting di Jawa Barat Tahun 2011 No Jenis OPT Luas Serangan (Ha) Puso 2011 2010 2011 (Ha) 1 Tikus (Rattus rattus argentiventer) 46,321 41.930 833 2 Penggerek Batang (Scirpophaga sp.) 30,466 37.288 10 3 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) 60,165 6.416-4 Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) 5,023 3.909-5 Ulat Grayak (Spodoptera sp) 409 410-6 Ganjur (Orseolia oryzae) 633 979-7 Tungro (Virus) 1,654 2.765-8 Blas (Pyricularia oryzae) 4,664 3.639-9 Bakteri Hawar Daun/BLB 35.189 37.437 (Xanthomonas campestris) 843 JUMLAH 184,523 134.773 843 Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Barat Pada MH 2010/2011 dan MK 2011, luas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menurun sebesar 26,96 % dibanding tahun 2010. Serangan OPT yang meningkat terutama pada Penggerek Batang (Scirpophaga sp.), Ganjur (Orseolia
oryzae) dan Tungro (Virus) dan sedangkan serangan OPT lainnya mengalami penurunan. Tabel 21. Perbandingan Kumulatif Luas Serangan 9 Jenis OPT Utama Padi di Jawa Barat pada MH. 2010/2011 dan MH 2009/2010 NO URAIAN/ INTESITAS 1 Total Luas Serangan LUAS SERANGAN OPT MH 2010/2011 % Thd Luas Luas (Ha) Tanam LUAS SERANGAN OPT MH 2009/2010 Luas % Thd Luas (Ha) Tanam 86.132 7,90 62.900 5,97 a. Ringan 81.658 7,49 57.676 5,47 b. Sedang 2.973 0,27 3.249 0,31 c. Berat 596 0,05 1.038 0,10 d. Puso 905 0,08 938 0,09 2 Tingkat Gangguan (Berat + Puso) Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Barat. 2011 1.501 0,14 1.976 0,19 Perbandingan luas serangan OPT Musim Hujan (MH) 2010/2011 terhadap presentase luas tanam mengalami peningkatan sebesar 0,85% dari MH. 2009/2010. Sedangkan perbandingan luas serangan OPT Musim Kemarau (MK) 2011 terhadap presentase luas tanam mengalami penurunan sebesar 4,06% dari MK. 2010 terutama luas serangan dengan kategori ringan, sedang, berat dan puso sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 22. Perbandingan Kumulatif Luas Serangan 9 Jenis OPT Utama Padi di Jawa Barat Pada MK. 2011 dan MK 2010 LUAS SERANGAN OPT LUAS SERANGAN OPT NO URAIAN/INTESITAS MK. 2011 MK.2010 Luas (Ha) % Thd Luas Luas % Thd Luas Tanam (Ha) Tanam 1 Total Luas Serangan 71.672 8,63 121.623 12,69 a. Ringan 68.780 8,28 104.524 10,9 e. Sedang 2.072 0,25 8.219 0,86 f. Berat 61 0,01 4.461 0,47 g. Puso 759 0,09 4.419 0,46 2 Tingkat Gangguan (Berat + Puso) 820 0,10 8.880 0,93 Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Barat
Luas gangguan OPT tahun 2011 menurun drastis dibandingkan dengan tahun 2010 terhadap ketersediaan bahan pangan, terutama padi, tetapi masih cukup aman dikarenakan luas tanam tahun 2011 menurun seluas 2,14 % dari tahun 2010. Menurunnya gangguan OPT tersebut antara lain dikarenakan : adanya pengawalan pertanaman secara ketat dengan melaksanakan pengamanan secara intensif yang dilaksanakan oleh petugas lapangan (POPT, penyuluh, mantri tani dan petani); serta adanya gerakan pengendalian SPOT STOP dengan prinsip pengendalian OPT secara terpadu (PHT). Adapun dampak bencana alam (kebanjiran, kekeringan dan longsor) terhadap luas tanam padi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 23. Gangguan Dampak Perubahan Iklim (Kebanjiran, Kekeringan dan Longsor) Terhadap Tanaman Pangan Tahun 2011 No Bencana Alam 2010 2011 1 Kebanjiran a. Terkena 21.059 18.829 b. Puso 5.430 3.689 2 Kekeringan a. Terkena 2.058 49.944 b. Puso 172 12.783 3 Longsor a. Terkena 1.440 77 b. Puso 830 73 Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Barat, 2011 Dampak perubahan iklim tahun 2011 secara keseluruhan terjadi kenaikan yang cukup tinggi dibanding tahun 2010 luas terkena sebesar 180,37 % sedangkan luas puso mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 157,23 %. Dampak perubahan iklim yang mengalami penurunan terutama yang diakibatkan banjir mencapai 10,59% untuk luas terkena sedangkan untuk yang puso mencapai 32,06%. Longsor mencapai 94,65% untuk luas terkena sedangkan untuk yang puso mencapai 91,20%. Yang mengalami kenaikan sangat tinggi diakibatkan
kekeringan mencapai 2.326,82% untuk luas terkena sedangkan untuk yang puso mencapai 7.331,98%. Dari tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa gangguan OPT tahun 2011 mengalami penurunan sedangkan dampak perubahan iklim mengalami kenaikan yang cukup tinggi diikuti dengan luas tanam tahun 2011 terjadi penurunan. Dengan demikian pengaman produksi pangan khususnya beras cukup terkendali. Untuk mengantisipasi pengendalian organisme OPT utama tanaman padi ke depan, hal-hal yang harus dilakukan antara lain : a. Melaksanakan pengamatan yang intensif di lokasi tanaman terancam b. Pengawalan lapangan melalui pemantauan intensif oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten, petugas lapangan dan petani. Apabila terdapat sumber serangan lakukan langkah pengendalian secara dini. c. Penyebarluasan dan pemasyarakatan rekomendasi pengendalian OPT dengan memanfaatkan sarana secara optimal sampai ketingkat kelompok tani. d. Meningkatkan motivasi petani dan petugas terkait dalam pengendalian OPT e. Melaksanakan bimbingan teknis secara intensif, antara lain melalui gerakan pengendalian OPT pada daerah sumber serangan. f. Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait maupun stake holder. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman di Jawa Barat, secara operasional menjadi tugas pokok dan fungsi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Institusi ini didukung oleh sarana-prasarana yang relatif memadai, khususnya tenaga fungsional Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan yang tersebar di 26 kabupaten/kota, Laboratorium Kimia Agro di Lembang Bandung, Laboratorium Lapangan, dan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) sebagai pusat gerakkan dan fasilitasi pengendalian OPT di lapangan, yaitu sebanyak 5 BPT di 5 wilayah kerja. Dengan kelengkapan ini, maka langkah antisipasi dapat lebih dioptimalkan. Bahkan
dengan dukungan Laboratorium Kimia Agro, analisis unsur kimia, kandungan pestisida, pupuk dan lain-lain dapat diketahui. Untuk Wilayah Kerja Brigade Proteksi Tanaman dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24. Wilayah Kerja BPT Jawa Barat Tahun 2011 No BPT KEDUDUKAN WILAYAH KERJA 1 II (Bogor) Kabupaten Cianjur Kab. Bogor, Kota Bogor, Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi, Kota Depok, Kab. Cianjur 2 III (Cirebon) Kab. Indramayu (Loh Bener) Kab.Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kabupaten Indramayu 3 IV (Purwakarta) Kab. Subang (Sukasari) Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang 4 V Kab. Bandung Kabupaten Bandung, Kota Bandung, (Bandung) (Buahbatu) Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut 5 VI (Ciamis) Kabupaten Ciamis Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Barat, 2010