BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pendapat Megginson, (1981) dalam Mangkunegara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

Kata Kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Produktivitas Karyawan, Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. 2.1 Dasar-Dasar Pengendalian Intern Perusahaan Pengertian dan Manfaat Pengendalian Intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI. Seorang pemimpin memainkan peranan yang sangat dominan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Kaswan (2012) manajemen sumber daya manusia (MSDM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

BAB II LANDASAN TEORI

Stephan Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

B AB I I KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Sumber Daya Manusia. kerja untuk mencapai tujuan organisasi (Bangun, 2012).

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PERTEMUAN #1 PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA MANAJEMEN K3

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ROMANCE BEDDING AND FURNITURE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen terdiri dari enam unsur (6M) yang meliputi man, money,

BAB II LANDASAN TEORI. sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien. untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang menitik beratkan perhatiannya terhadap masalah yang berhubungan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

IMPLEMENTASI DISIPLIN KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II BAHAN RUJUKAN

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Agar mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien, sumber daya

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bukunya Heidjrachman (2002) kompensasi adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian / Definisi dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian manajemen dikemukakan oleh Panggabean (2002:13) adalah sebuah proses yang terdiri atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien. Kemudian menurut Hasibuan (2007:9) menyimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ini terdiri dari enam unsur (6 M) yaitu : men, money, method, materials, machines, dan market. Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management. Manajemen yang mengatur unsur ini ada yang menyebutnya manajemen kepegawaian atau manajemen personalia (personnel management). Secara umum, fungsi-fungsi sumber daya manusia menurut Panggabean (2002:15) : 1. Pengadaan 2. Pengembangan 3. Perencanaan dan pengembangan karir 4. Penilaian Prestasi 5. Kompensasi 6. Keselamatan dan kesehatan kerja 8

9 7. Pemutusan hubungan kerja Untuk lebih jelasnya ketujuh fungsi tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengadaan tenaga kerja Fungsi pengadaan tenaga kerja yang dikenal juga sebagai fungsi pendahuluan terdiri atas analisis pekerjaan, perencanaan tenaga kerja, penarikan dan seleksi. 2. Pengembangan karyawan Pengembangan karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan dan pendidikan. Pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (sekarang atau pada masa mendatang) dengan kualifikasi yang dimiliki karyawan sekarang. 3. Perencanaan dan pengembangan karir Hal ini terdiri atas pengertian karir, perencanaan karir dan pengembangan karir. Karir dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan kesinambungan, keteraturan, dan arti kehidupan bagi seseorang. Perencanaan karir adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang memilih tujuan karir dan mengenali cara atau jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan karir adalah suatu pendekatan formal yang diambil dan digunakan organisasi untuk menjamin agar orang-orang dengan kecakapan dan pengalaman yang layak tersedia ketika dibutuhkan. 4. Penilaian prestasi kerja

10 Merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk memperoleh informasi tentang kinerja karyawan. Informasi ini dapat digunakan sebagai input dalam melaksanakan hampir semua aktivitas manajemen sumber daya manusia lainnya, yaitu promosi, kenaikan gaji, pengembangan, dan pemutusan hubungan kerja. 5. Kompensasi Segala bentuk penghargaan (outcomes) karyawan atas kontribusi (input) yang diberikan kepada organisasi. Kompensasi terdiri atas gaji pokok, insentif, dan kesejahteraan karyawan. 6. Keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan, kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental. 7. Pemutusan hubungan kerja Didefinisikan sebagai pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di antara mereka. Keseluruhan dari fungsi-fungsi yang telah diuraikan di atas adalah untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan yang paling mendasar. 2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.2.1 Pengertian Berdasarkan pendapat Megginson (1981:364) dalam Mangkunegara (2001) istilah keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau

11 selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologisfisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologisfisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa atau anggota badan. Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh. (Rivai, 2006). Kesehatan kerja menurut Darmanto (1999) merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Status sehat seseorang menurut Blum (1981) dalam Sugeng (2005) ditentukan oleh empat faktor yaitu :

12 1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial budaya. 2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku 3. Pelayanan kesehatan, meliputi : promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan dan rehabilitasi 4. Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers (ASSE) dalam Sugeng (2005) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. 2.2.2 Tujuan K3 Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : 1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan seefektif mungkin. 3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Menurut Rivai (2006), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi :

13 1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaankecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan semakin efektif (Rivai, 2006). Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2001) adalah sebagai berikut : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang berbahaya. 3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penerangan yang cukup dan menyejukkan serta mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 5. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

14 2.3 Sistem Manajemen K3 Secara normatif sebagaimana terdapat pada PERMENAKER no.5 Tahun 1996 Pasal 1, dan juga tertuang dalam PP no.50 Tahun 2012 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Kemudian sebagaimana yang tertuang dalam PP no.50 Tahun 2012 Pasal 2, penerapan SMK3 bertujuan untuk: a) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi; b) mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta c) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Tujuan sasaran SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Karena Sistem Manajemen K3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.

15 Berdasarkan PP no. 50 Tahun 2012 Pasal 5, negara mewajibkan seluruh perusahaan menerapkan SMK3 pada perusahaannya. Klasifikasi perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang dan memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi. Kemudian pada pasal 6 dijelaskan bahwa penerapan SMK3 sebagaimana yang telah dijelaskan diatas mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Penetapan kebijakan K3; 2) Perencanaan K3; 3) Pelaksanaan Rencana k3; 4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3; 5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3. Gambar 2.1. Sistem model manajemen K3 (Permenaker 05/MEN/1996) Perbaikan Berlanjut Komitmen dan Kebijaksanaan Peninjauan Ulang dan Peningkatan oleh Manajemen Perencanaan Pengukuran dan Evaluasi Penerapan Sumber: Penelitian (2013) Pemikiran dasar dari K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya

16 pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Apabila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas. Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional. Untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja internasional, stndar yang banyak dijadikan pedoman adalah standar OSHA. OSHA atau Occupational Safety and Health Administration adalah bagian dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang dibentuk di bawah Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan, yang ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada 29 Desember 1970. Misinya adalah untuk mencegah cedera yang berhubungan dengan pekerjaan, penyakit, dan kematian dengan menerbitkan dan menegakkan peraturan (standar) untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Ada berbagai macam materi pelatihan standar OSHA tersedia untuk perusahaan. Pelatihan kepatuhan OSHA dikategorikan oleh tiga jenis industri: konstruksi dan industri umum, industri maritim, dan kesehatan. Pedoman konstruksi berlaku untuk sebagian besar pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja manual yang berat, seperti konstruksi bangunan dan transportasi barang. Pedoman industri umum digunakan dalam kaitannya usaha industri kecil seperti industri rumah tangga hingga industri besar seperti pabrik perakitan kendaraan, pembangkit listrik, pertambangan, dll. Industri maritim mengacu pada setiap pekerjaan yang terjadi di laut, termasuk pengiriman dan pengeboran lepas pantai. Rumah sakit, klinik, dan kantor dokter juga harus mengikuti peraturan yang ditetapkan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.

17 Adapun elemen atau komponen SMK3 menurut OHSA (1999) yaitu: 1. Kepemimpinan manajemen dan keterlibatan karyawan Kepemimpinan manajemen memberikan kekuatan pendorong dan sumber daya untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan dalam organisasi. Dalam program yang efektif, manajemen menganggap keselamatan pekerja dan kesehatan sebagai nilai fundamental. Keterlibatan pengusaha menyediakan sarana melalui mana pekerja mengungkapkan komitmen mereka sendiri untuk keselamatan dan kesehatan, untuk diri mereka sendiri dan sesama pekerja. 2. Analisis tempat kerja Analisis tempat kerja adalah penilaian operasional, prosedur, proses, fisik lingkungan dan workstation individu. Melakukan analisis tempat kerja akan membantu dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko, dan akan membantu merekomendasikan dan menerapkan metode pengendalian bahaya. Sebuah analisis tempat kerja berarti bahwa manajer dan karyawan menganalisis semua kondisi tempat kerja untuk mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya yang ada atau yang berpotensi bahaya. 3. Pencegahan dan kontrol terhadap bahaya Setelah bahaya terdeteksi, semua potensi bahaya harus dicegah, dikoreksi atau dikontrol. Sistem yang digunakan untuk mencegah dan mengendalikan bahaya meliputi: - Kontrol teknik - Pelatihan cara bekerja yang aman - Kontrol administrasi - Penyediaan alat Pelindung diri

18 - Sistem untuk melacak bahaya (alarm) - Preventive Maintenance Sistem (Perawatan untuk pencegahan bahaya) - Persiapan dalam situasi darurat - Program medis 4. Pelatihan K3 Pelatihan dapat membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami bahaya tempat kerja dan prosedur yang aman. Isi dari program pelatihan perusahaan dan metode presentasi harus mencerminkan kebutuhan dan karakteristik tenaga kerja tertentu. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan merupakan langkah awal yang penting dalam desain pelatihan. Melibatkan setiap orang dalam proses pelatihan ini dan dalam ajaran berikutnya bisa sangat efektif. Semua elemen SMK3 diatas harus diterapkan dan dikontrol implementasinya secara periodik, baik secara internal perusahaan maupun secara eksternal seperti dengan audit eksternal. 2.4 Landasan Hukum K3 Dasar-dasar hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Surat Edaran (Sugeng, 2005), sebagai berikut : 1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003 2. UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2 3. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970

19 4. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992 5. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No.14/1993 6. Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul Karena Hubungan Kerja No.22/1993 7. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja No.7/1964 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja No.2/1980 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban melaporkan Penyakit Akibat Kerja No.1/1981 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No.3/1982 11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor fisika di tempat kerja No.51/1999 12. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja No.1/1997. 2.5 Prestasi Kerja Setiap pemimpin harus mengetahui prestasi kerja bawahannya agar ia dapat mengambil keputusan yang tepat yang menyangkut karyawannya. Pemimpin perlu memahami adanya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja untuk dapat membantu meningkatkan prestasi kerja karyawannya. Faktorfaktor tersebut perlu dikaji mengapa ada karyawan yang rajin sementara disisi lain ada karyawan yang malas dan kurang bersemangat. Pemimpin perlu mengetahui prestasi kerja karyawannya agar ia dapat memperlakukan

20 karyawannya secara adil dalam hal penempatan, promosi, gaji/upah, bonus dan sebagainya. Dengan memahami prestasi kerja bawahannya, pemimpin dapat memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuannya sehingga prestasi kerjanya dapat ditingkatkan. Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut : Performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during a specified time period (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu). Definisi lain yang dikemukakan oleh Manulang (2001 : hal.76) yang mengatakan bahwa prestasi kerja adalah suatu metode bagi manajemen untuk membuat suatu analisa yang adil dan jujur tentang nilai karyawan bagi organisasi. Handoko (2002) mengistilahkan kinerja (performance) dengan prestasi kerja yaitu proses melalui evaluasi organisasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Berikut ini adalah beberapa pengertian prestasi/kinerja oleh beberapa pakar yang dikutip oleh Guritno dan Waridin (2005) yaitu : 1. Menurut Winardi (1992) prestasi merupakan konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawannya berdasar standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya

21 merupakan perilaku manusia dalam memainkan peran yang mereka lakukan dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. 2. Menurut Gomes (2000) prestasi merupakan catatan terhadap hasil produksi dari sebuah pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu. 3. Dessler (2000) menyatakan bahwa prestasi adalah pemberian umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau berkinerja lebih tinggi lagi. Menurut Dessler, penilaian kerja terdiri dari tiga langkah, pertama mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa atasan dan bawahan sepakat dengan tugas-tugasnya dan standar jabatan. Kedua, menilai kinerja berarti membandingkan kinerja aktual atasan dengan standar-standar yang telah ditetapkan, dan ini mencakup beberapa jenis tingkat penilaian. Ketiga, sesi umpan balik berarti kinerja dan kemajuan atasan dibahas dan rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut. 4. Sedangkan prestasi karyawan menurut Simamora (2004) adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan. Deskripsi dari prestasi menyangkut tiga komponen penting yaitu: 1) Tujuan Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.

22 2) Ukuran Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal memegang peranan penting. 3) Penilaian Penilaian kinerja regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun indikator prestasi karyawan menurut Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut : 1. Mampu meningkatkan target pekerjaan 2. Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 3. Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan 5. Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan Sedangkan menurut Flippo (1986) dalam Sariyathi (2003) indikator pengukuran prestasi kerja dapat dilakukan melalui penilaian; 1. kualitas kerja, yaitu berkaitan dengan ketepatan, ketrampilan, ketelitian dan kerapian pelakanaan pekerjaan; 2. kuantitas kerja, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan tugas reguler dan tambahan;

23 3. ketangguhan, yaitu berkaitan dengan ketaatan mengikuti perintah, kebiasaan mengikuti peraturan, keselamatan, inisiatif, dan ketepatan waktu kehadiran; 4. sikap, yaitu menunjukkan seberapa jauh tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan serta bagaimana tingkat kerjasama dengan teman atau atasan dalam menyelesaikan pekerjaan. Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil pelaksanaan kerja karyawan yang dilakukan secara efisien. Untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu motivasi kerja dan kemampuan kerja, kedua faktor tersebut bersama-sama menentukan prestasi kerja, artinya jika motivasi kerja tinggi tapi kemampuan kerja rendah maka prestasi kerja akan rendah, demikian juga sebaliknya kemampuan kerja tinggi tapi motivasi kerja rendah prestasi kerja juga akan rendah. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Heidjrachman (1999:122) mengatakan bahwa penilaian prestasi kerja lebih ditujukan untuk menentukan baik tidaknya seorang karyawan untuk bisa dipakai sebagai dasar promosi. Selanjutnya Notoatmodjo (1988:133) mengatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah penting dalam suatu organisasi dalam rangka pengembangan SDM. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan manajer dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang kegiatan mereka. Penilaian kinerja (performance appraisal) memainkan peranan yang sangat penting dalam peningkatan motivasi di tempat kerja. Karyawan menginginkan dan memerlukan balikan yang berkenan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan

24 kinerja. Penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan prestasi aktual karyawan dengan prestasi kerja dengan yang diharapkan darinya, Dessler (2000). Dalam penilaian kinerja karyawan tidak hanya menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya. Menurut Dessler (2000) ada lima faktor dalam penilaian prestasi yang popular, yaitu : 1. Prestasi pekerjaan, meliputi: akurasi, ketelitian, keterampilan, dan penerimaan keluaran. 2. Kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi. 3. Kepemimpinan yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan. 4. Kedisiplinan, meliputi: kehadiran, sanksi, warkat, regulasi, dapat dipercaya atau diandalkan dan ketepatan waktu. 5. Komunikasi, meliputi: hubungan antar karyawan maupun dengan pimpinan, media komunikasi. Handoko (2002) menyebutkan bahwa penilaian prestasi terdiri dari tiga kriteria, yaitu : 1. Penilaian berdasarkan hasil yaitu penilaian yang didasarkan adanya target dan ukurannya spesifik serta dapat diukur. 2. Penilaian berdasarkan perilaku yaitu penilaian perilaku-perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. 3. Penilaian berdasarkan judgement yaitu penilaian yang berdasarkan kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, koordinasi, pengetahuan pekerjaan dan keterampilan, kreativitas, semangat kerja, kepribadian,

25 keramahan, integritas pribadi serta kesadaran dan dapat dipercaya dalam menyelesaikan tugas. Prestasi karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja karyawan selama periode tertentu. Pemikiran tersebut dibandingkan dengan target atau sasaran yang telah disepakati bersama. Tentunya dalam penilaian tetap mempertimbangkan berbagai keadaan dan perkembangan yang mempengaruhi kinerja tersebut. Untuk mendapat masukan guna pengambilan keputusan di bidang SDM, pemimpin harus menilai prestasi kerja karyawannya, penilaian itu ditujukan guna: 1. Membantu seorang manager untuk mengambil keputusan di bidang kompensasi. 2. Menentukan pendayagunaan seorang karyawan untuk masa yang akan datang. 3. Menentukan kebijakan pelatihan. 4. Peningkatan motivasi karyawan. Setelah penilaian prestasi kerja dilakukan oleh pemimpin maka pimpinan akan mendapat manfaat atas penilaian tersebut, antara lain : 1. Perbaikan prestasi kerja. 2. Penentuan kompensasi. 3. Keputusan untuk menempatkan karyawan (Promosi). 4. Kebutuhan pelatihan. 5. Perencanaan pengembangan Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu diupayakan, karena mempunyai manfaat, baik secara makro maupun secara mikro. Secara makro peningkatan produktivitas bermanfaat dalam pendapatan masyarakat yang lebih tinggi, tersedianya barang kebutuhan masyarakat yang lebih banyak dengan

26 harga lebih rendah, perbaikan kondisi kerja termasuk jam kerja dan lain-lain. Secara mikro bermanfaat bagi karyawan yaitu dapat meningkatkan gaji atau upah, memperbaiki kondisi kerja, meningkatkan semangat kerja, menimbulkan rasa aman di tempat kerja dan lain-lain. Oleh karenanya meningkatkan produktivitas karyawan merupakan suatu keinginan perusahaan. Melalui para manajernya, perusahaan berusaha untuk memaksimalkan potensi karyawan. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai kesehatan dan keselamatan kerja dalam kaitannya dengan prestasi kerja karyawan yang kemudian menjadi reverensi yang relevan dengan penelitian ini antara lain dapat dilihat pada tabel berikut ini : Novi Rukhviyanti (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi pada Perusahaan Garmen di Kawasan Industri Rancaekek. Dalam penelitiannya, Novi Rukhviyanti menggunakan metode path analysis, yang bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan secara langsung dan tidak langsung melalui variabel motivasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhadap motivasi maupun terhadap kinerja karyawan. Okky Suli Astuti (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Indmira Citra Tani Nusantara di Yogyakarta. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

27 variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan. Kemudian, Noor Eva Koesumawati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Jaminan Kesehatan Kerja dan Jaminan Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Kusumatex Yogyakarta dengan metode analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi berganda, menunjukkan bahwa variabel jaminan kesehatan kerja dan jaminan keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. Kususmatex Yogyakarta. Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, dan Armanu Thoyib (2012) dalam penelitian mereka tentang Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi, dengan menggunakan metode analisis data regresi linear berganda, membuktikan bahwa semua variabel budaya K3 (komitmen top management, peraturan dan prosedur K3, komunikasi, kompetensi pekerja, lingkungan kerja, dan keterlibatan pekerja) berpengaruh signifikan terhadap kinerja proyek konstruksi. Hasil penelitian Dewi Iqlima Sari dan Endang Widyastuti (2008) mengenai Loyalitas Karyawan Ditinjau dari Persepsi Terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dengan loyalitas karyawan.

28 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Novi Rukhviy anti (2011) 2 Okky Suli Astuti (2011) Pengaruh Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Pada Perusahaan Garmen di Kawasan Industri Rancaekek Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Produktifitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Indmira Citra Tani Nusantara di Yogyakarta Sistem Manajemen K3 (Kepemimpinan dan keterlibatan karyawan, analisis tempat kerja, pencegahan dan kontrol bahaya, dan training K3), motivasi serta kinerja karyawan. Kesehatan, keselamatan, serta produktivitas karyawan. Analisi Regresi Linear Berganda. Analisi Regresi Linear Berganda. Sistem Manajemen K3 berpengaruh positif baik terhadap motivasi maupun kinerja karyawan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan. 3 Noor Eva Koesum awati (2004) 4 Wieke Yuni Christin a, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib Pengaruh Jaminan Kesehatan Kerja dan Jaminan Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Kusumatex Yogyakarta Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja serta produktivitas kerja karyawan Budaya K3 (Komitmen Top Management terhadap K3, Peraturan dan Prosedur K3, Komunikasi Pekerja, Kompetensi Regresi linier berganda dan Analisis korelasi berganda Analisis Regresi Linier Berganda. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan Budaya K3 berpengaruh signifikan terhadap kinerja proyek konstruksi.

29 (2012) Pekerja, Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Pekerja dalam K3, serta Kinerja Proyek Konstruksi. 5 Dewi Iqlima Sari dan Endang Widyast uti (2008) Loyalitas Karyawan Ditijau dari Persepsi Terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sumber: dari berbagai skripsi dan jurnal Persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dan loyalitas karyawan Analisis Regresi linier berganda Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dengan loyalitas karyawan 2.7 Kerangka Pikir Dalam proses pencapaian tujuan perusahaan, faktor sumber daya manusia merupakan faktor utama yang harus terus diperhatikan. Kondisi sumber daya manusia yang baik tentu saja akan berdampak pada kondisi perusahaan yang baik pula. Dalam hal ini, perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik agar kondisi sumber daya manusia ini tetap terjaga dan terjamin. Komitment manajemen dalam hal ini menjadi tokoh sentral dalam pembentukan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai pembuat keputusan, tingkatan manajemen yang paling tinggi ini dituntut untuk membuat peraturan dan prosedur-prosedur teknis agar tercipta kesehatan dan

30 keselamatan dalam lingkungan kerja. Hal ini tentunya juga harus melibatkan pekerja selaku pelaksana teknis yang akan melaksanakan dan menerapkan peraturan dan prosedur tersebut. Analisis tempat kerja yang sesuai dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga harus menjadi pertimbangan dalam pembentukan suatu sistem perlindungan. Kemudian, pencegahan dan kontrol terhadap bahaya seperti melengkapi lingkungan kerja dengan peralatan keamanan dan perlindungan diri dari bahaya juga mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja ini. Untuk memaksimalkan penerapan SMK3, pelatihan K3 untuk seluruh karyawan, baik di tingkat manajerial maupun di tingkat pekerja teknis tentu sangat bermanfaat. Terciptanya suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada akhirnya akan berdampak pada prestasi kerja karyawan dan juga secara otomatis akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Gambar 2.2 Kerangka Pikir Kepemimpinan Manajemen dan Keterlibatan Karyawan (X 1 ) Analisis Tempat Kerja (X 2 ) Pencegahan dan Kontrol Bahaya (X 3 ) PRESTASI KERJA KARYAWAN (Y 1 ) Pelatihan K3 (X 4 ) Sumber: Peneliti (2013)

31 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan dari masalah pokok yang telah disebutkan sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga bahwa penerapan SMK3 berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep 2. Diduga bahwa variabel yang paling berpengaruh secara signifikan adalah variabel kepemimpinan manajemen dan keterlibatan karyawan