PENGARUH TINGKAT EC (ELECTRICAL CONDUCTIVITY) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA SISTEM INSTALASI AEROPONIK VERTIKAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

HIDROPONIK TANAMAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NUTRISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN SKRIPSI OLEH : VYVIAN W. SIAGIAN / AGROTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PERTUMBUHAN SELADA DALAM HIDROPONIK SUBSTRAT DENGAN PERBEDAAN UKURAN SERAT AREN DAN NUTRISI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENAMBAHAN OKSIGEN PADA MEDIA TANAM HIDROPONIK TERHADAP PERTUMBUHAN PAKCOY (BRASSICA RAPA)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa

KOMPOSISI NUTRISI DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) SISTEM HIDROPONIK

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCHOI (Brasicca rapa L.) PADA DUA SISTEM HIDROPONIK DAN EMPAT JENIS NUTRISI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU Brassica juncea L. PADA BERBAGAI DESAIN HIDROPONIK. Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM DAN LARUTAN AB MIX DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI TANAMAN SELADA

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)TERHADAP PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN MINERAL ZEOLIT DAN NITROGEN SKRIPSI

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BOKASHI MELALUI PEMBERIAN CANGKANG TELUR, ABU DAPUR, DAN URINE SAPI SERTA PENERAPANNYA DALAM BUDIDAYA SAWI SECARA ORGANIK

PENGARUH MEDIA TANAM DAN NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCHOI (Brassica juncea L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK CAIR

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) SECARA HIDROPONIK PADA MEDIA PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN KELINCI DAN KOTORAN KAMBING

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) SECARA HIDROPONIK TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

[EFFECTS OF NUTRIENT COMPOSITION IN THE SOLUTION ON GROWTH AND YIELD OF PAKCHOY (Brassica chinensis) PLANTED BY HYDROPONIC]

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

PEMANFAATAN URINE KELINCI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN. DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) VARIETAS TOSAKAN.

Pengaruh Kombinasi Pupuk Kandang Sapi dan Abu Sabut Kelapa sebagai Pupuk Utama dalam Budidaya Tanaman Brokoli (Brassica oleracia L.

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Jurusan Agronomi

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA SECARA HIDROPONIK

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAHAN METODE PENELITIAN

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER NATURAL NUTRITION (SNN) PADA TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa,l ) DI TANAH ULTISOL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap jenis sayuran memiliki karakteristik dan manfaat kandungan gizinya

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

UJI SISTEM PEMBERIAN NUTRISI DAN MACAM MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA ( Lactuca sativa L ) HODROPONIK

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Budidaya sawi pada penelitian ini menggunakan hidroponik sistem NFT

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

Inal Siregar Tanggal No 32, Padangsidimpuan ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

TEKNOLOGI PERTANIAN. 1 Imam Qalyubi et al., Pengaruh Debit Air Dan Pemberian Jenis Nutrisi...

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI

Transkripsi:

PENGARUH TINGKAT EC (ELECTRICAL CONDUCTIVITY) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA SISTEM INSTALASI AEROPONIK VERTIKAL EFFECT OF EC (ELECTRICAL CONDUCTIVITY) LEVEL ON GROWTH OF MUSTARD (Brassica juncea L.) IN VERTICAL AEROPONIC SYSTEM Pusdima Rahma Pratiwi, M. Subandi, dan Eri Mustari Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. AH. Nasution 105 Bandung 40614 Korespondensi: ms24454@yahoo.com Diterima 30 Januari 2015 /Disetujui 27 April 2015 ABSTRAK Kebutuhan akan tanaman sawi semakin meningkat, sehingga diperlukan teknologi yang dapat memaksimalkan hasil serta memperbaiki teknik budidaya, salah satunya teknik budidaya aeroponik vertikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman sawi yang terbaik terhadap pengaruh tingkat EC pada larutan nutrisi. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Bekasi Timur dengan ketinggian 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada bulan April 2014 sampai Juli 2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan yaitu A (Tingkat EC 1 ms cm -1 ), B (Tingkat EC 1,5 ms cm -1 ), C (Tingkat EC 2 ms cm -1 ), dan D (Tingkat EC 2,5 ms cm -1 ) dengan diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat EC berpengaruh terhadap tinggi tanaman sawi pada umur 14 dan 18 hst, luas daun pada umur 26 dan 30 hst, panjang akar pada umur 30 hst, dan bobot basah pada umur 30 hst. Tingkat EC 2,5 ms cm -1 memberikan pengaruh baik terhadap bobot basah. Kata kunci: Instalasi Aeroponik Vertikal, Pertumbuhan, Sawi, Tingkat EC ABSTRACT The increasing need of mustard require technologies that can maximize result and improve cultivation, one of them is aeroponic vertical cultivation technique. This research aimed to know the best response of mustard growth on influence of nutrient EC level. This research was carried out in Bekasi Timur with altitude of 25 m above sea level, form April 2014 to July 2014. The design used was Randomized Block Design with 4 treatments that A (EC level 1 ms cm -1 ), B (EC level 1,5 ms cm -1 ), C (EC level 2 ms cm -1 ), and D (EC level 2,5 ms cm -1 ) with 4 replications. The results showed that EC level affected on plant height at 14 and 18 dap, leaf area at 26 and 30 dap, root length at 30 dap, and wet weight at the age of 30 dap. The EC level 2,5 ms cm -1 had better effect on wet weight. Key words : EC level, Growth, Mustard, Vertical Aeroponic Installation 50

PENDAHULUAN Sawi (Brassica juncea L.) termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam 100 g sawi nilai gizinya adalah protein 2,3 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 4,0 g; Ca 220,0 mg; P 38,0 mg; Fe 2,9 mg; vitamin A 1.940 mg; vitamin B 0,09 mg; dan vitamin C 102 mg. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang digemari banyak orang, namun produksinya masih tergolong rendah (Manurung, 2011). Peningkatan hasil tanaman hortikultura dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Salah satu teknik budidaya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman sawi adalah hidroponik. Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya yaitu teknik hidroponik sistem terapung, Nutrient Film Technique (NFT), dan aeroponik (Jones, 2005). Sistem aeroponik memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem hidroponik lainnya, yaitu tanaman lebih mudah menyerap nutrisi karena berukuran molekul kecil (Trubus, 2013). Perkembangan sistem hidroponik khususnya aeroponik yang terbaru adalah instalasi aeroponik vertikal. Sebuah sistem budidaya aeroponik yang penempatannya secara vertikal sejajar memungkinkan untuk budidaya tanaman di sebagian kecil ruangan (Luebbers dkk, 2012). Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya aeroponik antara lain unsur hara, suplai oksigen, dan suplai air. Salah satu faktor penting yang mempengaruhikualitas unsur hara dalam budidaya aeroponik adalah Electrical Conductivity (EC). EC adalah ukuran dari jumlah garam yang terlarut dalam larutan nutrisi atau kepekatan pupuk dalam larutan hidroponik (Karsono dkk, 2002). Nilai EC dalam larutan mempengaruhi metabolism tanaman, yaitu dalam hal kecepatan fotosintesis, aktivitas enzim, dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar. Kepekatan larutan nutrisi juga akan menentukan lama penggunaan larutan nutrisi dalam sistem aeroponik (Sutanto, 2002). Berdasarkan uraian tersebut dalam upaya menghasilkan tanaman sawi yang berkualitas dengan menerapkan sistem budidaya hidroponik yaitu sistem instalasi aeroponik vertikal, perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat EC terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada Sistem Instalasi Aeroponik Vertikal, sehingga dapat diketahui tingkat EC optimum yang dapat menghasilkan tanaman sawi berkualitas. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April Juli 2014 di daerah Bekasi Timur dengan ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu A (Tingkat EC 1 ms cm -1 ), B (Tingkat EC 1,5 ms cm -1 ), C (Tingkat EC 2 ms cm -1 ), dan D (Tingkat EC 2,5 ms cm -1 ) dengan diulang sebanyak 4 kali. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Green Eagle, nutrisi AB Mix, air, dan rockwool serta instalasi aeroponik vertikal. Tujuh hari sebelum penanaman, benih sawi disemai terlebih dahulu. Bersamaan 51

dengan itu, larutan nutrisi AB Mix dibuat dengan cara menambahkan air bersih ke dalam stok A hingga menjadi 1 liter larutan stok A dan menambahkan air bersih ke dalam stok B hingga menjadi 1 liter larutan stok B, setelah itu aduk hingga benar-benar larut. Kemudian untuk membuat larutan EC 1 ms cm -1 menggunakan 5,4 ml larutan stok A dan 5,4 ml larutan stok B ke dalam 3 liter air bersih; larutan EC 1,5 ms cm -1 menggunakan 7,5 ml larutan stok A dan 7,5 ml larutan stok B ke dalam 3 liter air bersih; larutan EC 2 ms cm -1 menggunakan 15 ml larutan stok A dan 15 ml larutan stok B ke dalam 3 liter air bersih; serta larutan EC 2,5 ms cm -1 menggunakan 21,3 ml larutan stok A dan 21,3 ml larutan stok B ke dalam 3 liter air bersih dan diaduk dengan rata. Media tanam yang digunakan adalah rockwool yang diberikan larutan nutrisi AB Mix sesuai dengan perlakuan. Pengecekan tingkat EC dan ph larutan nutrisi AB Mix dilakukan setiap hari agar larutan nutrisi tersebut tetap sesuai dengan perlakuan. Parameter pengamatan utama yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), panjang akar (cm), dan bobot basah tanaman (g). Parameter tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun diamati pada umur tanaman 14 HST, 18 HST, 22 HST, 26 HST, dan 30 HST. Sedangkan untuk parameter lainnya dilakukan pada saat panen. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) tingkat EC berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 18 HST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 22, 26, dan 30 HST (Tabel 1). Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Tingkat EC umur 14 30 HST Tinggi Tanaman pada umur (HST) 14 18 22 26 30 3,19 a 3,71 b 3,33 a 3,65 b 4,14 a 4,62 b 4,37 ab 4,56 b 7,39 a 7,35 a 7,46 a 7,71 a 12,25 a 12,31 a 11,75 a 12,46 a 17,89 a 16,67 a 16,52 a 17,35 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan DMRT 5% Berdasarkan data tersebut diduga bahwa pada awal pertumbuhan, tanaman sawi masih membutuhkan banyak unsur hara untuk pertumbuhan vegetatif sehingga tingkat EC mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut penelitian Laelasari (2004), nilai EC larutan nutrisi yan sesuai dengan kebutuhan tanaman sawi yaitu sebesar 1,5 2,0 ms cm -1, dan nilai tolerannya sebesar 2,5 ms cm -1. Respon tanaman terhadap tingkat EC dipengaruhi umur tanaman dan tahap pertumbuhan tanaman. Peran nitrogen pada fase vegetatif tanaman untuk pertambahan panjang serta pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi untuk memacu pertumbuhan pada fase vegetatif 52

terutama daun dan batang (Lingga, 2005). Pada umur 22 HST kemungkinan tanaman sudah mulai masuk ke dalam masa senesen menuju fase generatif sehingga tingkat EC berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang atau tinggi tanaman. Jumlah Daun (helai) tingkat EC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi pada umur 14 30 HST. Perkembangan jumlah daun dengan perlakuan tingkat EC 1,5 ms cm -1 dan 2,5 ms cm -1 pada umur 26 30 HST mengalami penurunan (Tabel 2). Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai) pada Berbagai Tingkat EC umur 14 30 HST Jumlah Daun pada umur (HST) 14 18 22 26 30 3,96 a 4,08 a 4,04 a 4,33 a 5,46 a 5,54 a 5,67 a 5,75 a 2,53 a 2,49 a 2,49 a 2,51 a 6,79 a 6,92 a 7,00 a 7,12 a 7,08 a 7,00 a 7,38 a 7,13 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan DMRT 5% Menurut Devlin (1975), air sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, akan tetapi air juga dapat membatasi pertumbuhan. Jika jumlah air terlalu sedikit akan menimbulkan kekeringan pada tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan air, stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO 2 yang berdifusi ke dalam daun. Selain itu menutupnya stomata akan mengakibatkan laju transpirasi menurun. Menurunnya laju transpirasi akan mengurangi suplai unsur hara dari larutan nutrisi aeroponik ke tanaman, karena transpirasi pada dasarnya memfasilitasi laju aliran air, sedangkan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman bercampur dengan air pada sistem aeroponik. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tingkat EC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi yang pada saat penelitian, pemberian larutan nutrisi masih kurang memenuhi kebutuhan tanaman sawi dalam masa pertumbuhannya. Luas Daun (cm 2 ) tingkat EC berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun pada umur 14 22 HST dan sangat berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 26 30 HST (Tabel 3). Tabel 3. Rataan Luas Daun Tanaman Sawi (cm2) pada Berbagai Tingkat EC umur 14 30 HST Luas Daun pada umur (HST) 14 18 22 26 30 3,70a 3,44a 3,47a 3,75a 3,89a 3,75a 3,84a 4,11a 5,12a 4,99a 5,07a 5,36a 7,12a 7,04a 7,26a 7,59b 12,98a 12,89a 13,07a 13,39b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan DMRT 5% 53

Secara fisiologis semakin lama umur tanaman maka indeks luas daun tanaman akan semakin besar karena terjadi pertumbuhan. Cahaya yang diterima tanaman dengan indeks luas daun besar akan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang memiliki luas indeks daun kecil. Menurut Junita dkk (2002) indeks luas daun yang besar pada suatu lahan yang luas belum tentu menunjukkan bahwa setiap individu mampu menyerap energi matahari secara efektif. Hal ini terjadi karena antara daun yang satu dengan lainnya dapat saling menaungi, sehingga tidak mendapatkan sinar matahari secara penuh. Panjang Akar Tanaman (cm) Hasil analisis menunjukkan tingkat EC 1 ms cm -1 dan tingkat EC 2,5 ms cm -1 berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar tanaman sawi sedangkan tingkat EC 1,5 ms cm -1 dan tingkat EC 2 ms cm -1 berpengaruh nyata (Tabel 4). Panjang akar tanaman sawi tertinggi terdapat pada ulangan ke-2 dengan perlakuan tingkat EC 2 ms cm -1. Tabel 4. Pengaruh Panjang Akar Tanaman Sawi (cm) terhadap Tingkat EC Panjang Akar Tanaman Panjang Akar Tanaman (cm) 6,70a 8,92c 8,72b 7,14a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan DMRT 5% Pertumbuhan tanaman dengan sistem aeroponik vertikal ini memiliki hasil yang baik karena respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak energi untuk pertumbuhan tanaman. Kebutuhan terhadap oksigen bagi sistem perakaran tanaman diperoleh dari sebagian akar yang tidak terkena semburan kabut larutan nutrisi (Morgan, 2000). Oksigen tetap diperoleh tanaman dari oksigen yang terlarut dalam larutan nutrisi, tetapi sebagian besar oksigen yang diserap tanaman diperoleh dari akar yang tidak terkena semburan kabut larutan nutrisi. Sedangkan sebagian akar yang terkena semburan kabut larutan nutrisi, menyerap unsur hara dan air yang diperlukan oleh tanaman. Sehingga oksigen, air, dan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat terpenuhi untuk pertumbuhan tanaman secara normal. Gangguan akar brupa kekurangan oksigen dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak sempurna serta menyebabkan menurunnya hasil panen. Bobot Basah Tanaman (g) tingkat EC 1,5 ms cm -1 dan tingkat EC 2 ms cm -1 berpengaruh tidak nyata sedangkan tingkat EC 1 ms cm -1 dan tingkat EC 2,5 ms cm -1 saling berpengaruh nyata (Tabel 5). Hasil bobot basah tertinggi terdapat pada ulangan 1 dengan perlakuan tingkat EC 2,5 ms cm -1. Tingkat EC 2,5 ms cm -1 berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tanaman, hal ini dipengaruhi oleh keadaan daun yang dihasilkan. Jumlah daun pada komoditi sayuran daun berpengaruh pada bobot basah tanaman. Semakin banyak jumlah daun maka itu menunjukkan bobot basah yang juga meningkat. Selain itu luas daun juga berpengaruh pada bobot basah tanaman. Luas daun semakin lebar diikuti bobot basah yang tinggi (Perwitasari dkk, 2012). Berdasarkan penampilan tanaman 54

sawi yang dihasilkan pada tingkat EC 2,5 ms cm -1 memiliki percabangan yang banyak dan luas daun yang tinggi dibandingkan dengan tanaman yang dihasilkan pada tingkat EC lainnya. Menurut Nurshanti (2010) bobot basah ditentukan oleh banyak percabangan dan daya tumbuh yang tinggi pada tanaman sawi atau caisim. Tabel 5. Pengaruh Bobot Basah Tanaman Sawi (g) terhadap Berbagai Tingkat EC Bobot Basah Tanaman Bobot Basah Tanaman (g) 17,85a 20,13b 22,37b 28,11c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan DMRT 5% SIMPULAN 1. Tingkat EC berpengaruh terhadap tinggi tanaman sawi pada umur 14 dan 18 HST, luas daun pada umur 26 dan 30 HST, panjang akar pada umur 30 HST, dan bobot basah pada umur 30 HST. 2. Tingkat EC 2,5 ms cm -1 memberikan pengaruh baik terhadap bobot basah. DAFTAR PUSTAKA Devlin, RM., dan FH. Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book Corporation a Subsidiarey of Champion Reinhold inc: New York. Jones, J. B. 2005. Hydroponics: A Practical Guide for the Soilless Grower. Second Edition. CRC Press. USA. 423p. Junita, F., S. Muhartini, dan D. Kastono. 2002. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi. Jurnal Ilmu Pertanian 2002, IX (1). Karsono, S., Sudarmodjo, dan Y. Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Memanfaatkan Rumah dan Pekarangan. Depok: PT. Agromedia Pustaka. Lingga, P. 2005. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya. Luebbers, T. and S. Hensley. 2012. Vertical Aeroponic Plant Growing System. United States: Patent Application Publication. US 2012/0297678 A1. Manurung, R. F. H., 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Anorganik Cair. Medan: Universitas Sumatera Utara. Morgan, L. 2000. Are Your Plants Suffocating? The Importance of Oxygen in Hydroponics. The Growing Edge, Vol. 12(6): 50 54. Perwitasari, B., M. Tripatmasari, dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica juncea L) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor Vol. 5(1): 14 25. Fakultas Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura. Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Trubus. 2013. Teknik Tanam Tanpa Tanah. No. 529 Edisi Desember 2013/XLIV. h. 20 23. 55