BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Umum Wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PEMERINTAH KOTA BITUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Wilayah`

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PROFIL SANITASI SAAT INI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi fisik 2.1.1 Kondisi Geografis Posisi astronomis Kota Bitung yang terletak antara 1 0 23 23-1 0 35 39 Lintang Utara dan 125 0 1 43-125 0 18 13 Bujur Timur. Kota Bitung berbatasan dengan : - Sebelah utara dengan : Kecamatan Likupang (Kota Bitung dan Laut Maluku); - Sebelah Timur dengan : Laut Maluku dan Samudra Pasifik; - Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku; - Sebelah Barat dengan : Kecamatan Kauditan (Kota Bitung). Wilayah daratan mempunyai luas 313,50 km2 atau 31.350 Ha sedangkan luas wilayah perairan 439,80 Km2 atau 43.980 Ha. Dengan total panjang garis pantai 143,2 Km2, terdiri dari 46,3 Km daratan utama dan 96,9 Km keliling pulau Lembeh serta pulau-pulau kecil lainnya. 2.1.2 Kondisi Fisik. Topografi Dilihat dari aspek topografis, keadaan tanah sebagian besar daratan Kota Bitung 45,06 persen berbukit dan 32,73 persen bergunung. Hanya 4,18 persen merupakan dataran landai serta sisanya 18,03 persen berombak. Mulai dari bagian Timur, dari pesisir pantai Aertembaga,sampai dengan Tanjung Merah di Bagian Barat merupakan dataran yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0 15 derajat sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman. Pada bagian utara, keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit. Bagian utama dari lahan tersebut merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh. Keadaan tanahnya secara umum kasar dan ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura serta palawija. Pulau Lembeh memiliki pesisir pantai yang indah dan mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari. Kemiringan lereng di kota Bitung sebagian besar didominasi oleh kelerengan antara 25 40 %. Hal ini terlihat dari luas wilayah kelerengan 25 40 % yang mempunyai wilayah terluas yaitu sebesar 11.759 Ha atau sekitar 37,52 % dari total luas kota Bitung saat ini Daerah pesisir pulau Lembeh ini pada titik-titik tertentu dan daerah yang dianggap rawan di kota Bitung merupakan daerah rawan gelombang pasang/abrasi. Hampir setiap tahun daerah ini dilanda gelombang pasang. Gelombang pasang dapat mengakibatkan mundurnya garis pantai. Di kota Bitung, umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air terutama sungai dan anak sungai alamiah tidak mampu menampung akumulasi air hujan. Tanah bertekstur pasir yang mendominasi kota Bitung seringkali menambah daya rusak banjir karena sebagian material pasir ikut terangkut oleh aliran permukaan. Berkurangnya vegetasi pada daerah resapan air juga berkontribusi pada meningkatnya debit banjir, karena jika terjadi curah hujan tinggi, sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan terjadi banjir. Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 1

Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air cepat berubah/tertutup akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan airhujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang selanjutnya menyebabkan sedimentasi di sistem pengaliran air dan badan air lainnya. Di samping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Geologi Dilihat dari aspek Geologi secara visual terlihat bahwa kota Bitung hampir seluruh wilayahnya merupakan daerah perbukitan atau pegunungan. Dan hasil perhitungan menunjukkan bahwa daerah yang datar yaitu kemiringan lereng antara 0 8 % hanya memiliki luas paling kecil, yaitu 2.274 % atau sebesar 7,89 % dari total luas kota Bitung. Secara umum wilayah kota Bitung dan sekitarnya disusun oleh batuan vulkanik yang berumur Kuarter (Qv) yang terdiri atas lava, bom, lapili dan abu yang sebagian kecil ditutupi oleh endapan (Qs) yang terdiri atas pasir lanau, konglomerat dan lempung napalan (Efendi, 1976). Berdasarkan pemetaan geologi permukaan dan pendugaan reseistivitas bawah permukaan, wilayah kota Bitung umumnya disusun oleh batuan vulkanik dan vulkaniklastik yang sebagian ditutupi oleh endapan permukaan. Hidrologi dan Klimatologi Air permukaan di kota Bitung meliputi aliran-aliran sungai yang melintas di wilayah kota Bitung dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1: Nama Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kota Bitung N0 NAMA DAERAH ALIRAN SUNGAI PANJANG (Km) 1 Sungai Girian 17,50 2 Sungai Tewaan 8.75 3 Sungai Batu Putih 9,25 4 Sungai Rinondoran 11,25 5 Sungai Sagerat 9,50 Selain itu ada beberapa lokasi mata air di kota Bitung yang memiliki debit air yang cukup besar, yaitu : - Mata air dengan volume + 50 liter/detik, terletak di sekitar Lokasi RSUD Manembo-Nembo. - Mata air di kelurahan Danowudu yang dimanfaatkan kota Bitung termasuk pelabuhan Bitung berlokasi dibagian utara kelurahan. - Mata air (oleh masyarakat disebut mata air hujan) terletak di sebelah selatan kelurahan Donowudu yang berbatasan dengan kelurahan Girian Permai dan sudah dikelola oleh PDAM Bitung. - Mata Air di kelurahan Tewaang, sekarang ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat umum tapi belum memenuhi syarat. - Mata air di kelurahan Girian Indah (sebelah utara berbatasan dengan perkebunan kelurahan Danowudu kecamatan Ranowulu), saat ini dikelola dan dimanfaatkan oleh SECATA B (dahulu Dodik XII Wangurer) dan masyarakat kelurahan Girian IndahLingkungan VI. - Mata air di kelurahan Bitung Barat II - Mata air di kelurahan Aertembaga Dua (Lingkungan I) - Mata air di kelurahan Makawidey (Lingkungan I) - Mata air di kelurahan Kasawari Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 2

- Mata air di kelurahan Pintu Kota kecamatan Lembeh Utara, yang sangat baik untuk dikonsumsi. - Mata air di kelurahan Batukota (Lingkungan I/Baturiri) - Tiga mata air di kelurahan Gunung Woka yang dapat difungsikan untuk kebutuhan masyarakat, untuk sementara masih digunakan melayani khusus masyarakat Kel. Gunung Woka. - Mata air di kelurahan Kareko, lokasinya ada 2 di Lingkungan I RT 01 - Mata air di kelurahan Binuang, tapi belum ditata dengan baik. - Mata air di kelurahan Posokan yang ditata dengan baik, untuk saat ini masih dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Di kota Bitung terdapat delapan gunung, yaitu Gunung Duasudara (1.351 m), Gunung Tangkoko (774 m), Gunung Batuangus (1.099 m), Gunung Klabat (1.990 m), Gunung Woka (370 m), Gunung Lembeh (430 m), Gunung Temboan Sela (430 m), Gunung Wiau (861 m). Gunung Batuangus masih tercatat sebagai gunung berapi namun tidak aktif. Juga terdapat lima buah sungai kecil yang bermuara di Selat Lembeh, yaitu Girian, Sagerat, Tanjung Merah, Tewaan, Rinondoran. Kota Bitung merupakan satu-satunya kota di Sulawesi Utara dan bahkan kedua sesudah kota Pontianak di Indonesia yang memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Sebagian besar hutan di kota Bitung berdasarkan data BPS tahun 2003 dapat diklasifikasikan dengan hutan lindung seluas 4.611 Ha, hutan wisata 1.271,5 Ha, hutan cagar alam 7.495 Ha. Iklim di kota Bitung hanya terdiri dari 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di wilayah ini. Pada bulan Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan karena angin yang bertiup dari arah Barat/Barat Laut banyak mengandung air. Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi musim kemarau karena angin yang bertiup dari arah Timur tidak banyak mengandung air. Jumlah curah hujan di kota Bitung cukup beragam menurut bulan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bitung, curah hujan tertinggi selama tahun 2009 terjadi pada bulan November yang mencapai 312,4 mm. Sedangkan pada bulan September curah hujan mengalami titik terendah yakni hanya 5 mm. Namun sepanjang tahun 2009 curah hujan rata-rata di kota Bitung adalah sebesar 133.3 mm. Jika melihat perbandingan curah hujan sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009, terlihat bahwa rata-rata curah hujan yang terjadi adalah sebesar 152.03 mm/tahun. Selama selang 10 tahun terakhir, dari data yang ada terlihat bahwa bulan September memiliki curah hujan yang kecil, yaitu rata-rata 35.26 mm/tahun. Sedangkan curah hujan Januari dalam selang waktu 10 tahun terakhir ini memiliki curah hujan tertinggi, yaitu rata-rata sebesar 241.24 mm/tahun. 2.1.3 Administratif. Berdasarkan Peraturan Walikota Bitung no 5 tahun 2007 tentang peresmian hasil pemekaran, wilayah kota Bitung mengalami pemekaran, secara administratif terbagi dalam Delapan Wilayah Kecamatan serta 69 (Enam Puluh Sembilan ) Kelurahan, sbb : Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan Nama Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Administrasi Terbangun Kelurahan/Desa (Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total RANOWULU 11 17,117.00 51.43 251 10.85 MATUARI 8 3,610.00 10.85 422 18.24 GIRIAN 7 516.60 1.55 373 16.12 MADIDIR 8 3,045.00 9.15 540 23.34 MAESA 8 965.40 2.90 323 13.96 AERTEMBAGA 10 2,610.60 7.84 226 9.77 LEMBEH UTARA 10 3,061.50 9.20 90 3.89 LEMBEH SELATAN 7 2,353.00 7.07 89 3.85 69 33,279.10 100.00 2,314.00 100.00 Sumber: Bitung Dalam Angka 2012 (BPS), RTRW Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 3

Dari delapan kecamatan tersebut di atas maka kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan Ranowulu yaitu 17,117 Ha sedangkan yang paling kecil adalah kecamatan Girian 516.60 Ha. Letak masing-masing kecamatan tersebut di atas, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Peta Kota Bitung Sumber: Rancangan RTRW Kota Bitung 2011-2031 Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 4

Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai Kota Bitung, Sumber : RTRW Kota Bitung 2013-2033 (Peta) Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 5

Peta 2.2 : Peta Administrasi Kota Bitung, Sumber : RTRW Kota Bitung 2013-2033 (Peta) Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 6

2.2 Demografi Jumlah penduduk kota Bitung pada tahun 2011 menurut data Badan Pusat Statistik berjumlah 217.869 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 111.904 jiwa dan perempuan 105.965 jiwa dan tersebar di 8 (delapan) kecamatan. Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk pada tahun 2000 dimana penduduk kota Bitung berjumlah 140.270 jiwa berarti setiap tahun rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai hampir 3 persen. Dilihat dari sebaran penduduk perkecamatan pada tahun 2011, sebagian besar penduduk Bitung terkonsentrasi di kecamatan Maesa dimana 20,66 persen penduduk Bitung tinggal di kecamatan ini. Selebihnya tersebar bervariasi di setiap kecamatan. Kecamatan Madidir 17,20 persen, kecamatan Aertembaga 14,71 persen, kecamatan Girian 14,66 persen, kecamatan Matuari 14,09 persen, kecamatan Ranowulu 8,80 persen, kecamatan Lembeh Selatan 5,36 persen dan paling sedikit di kecamatan Lembeh Utara yang hanya 4,53 persen. Jika dihubungkan dengan luas wilayah kota Bitung yang 332,79 km2, maka kepadatan penduduk mencapai sekitar 655 jiwa per kilometer persegi. Angka ini tergolong padat sebagaimana daerah perkotaan lainnya. Sedangkan perkembangan jumlah penduduk kota Bitung selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Jumlah Penduduk Kota Bitung Tahun 2005 2010 TAHUN JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 2005 87.670 82.106 169.776 2006 86.018 83.544 169.562 2007 84.611 89.392 174.003 2008 88.425 89.841 178.266 2009 89.591 91.027 180.618 2010 96.001 91.651 187.652 2011 111.904 105.965 217.869 Sumber Data : BPS Kota Bitung Untuk Menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada pertumbuhan geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : Pn = P0 ( 1 + r ) n dimana : Pn = jumlah penduduk pada n tahun P0 = jumlah penduduk pada awal tahun r = tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 7

Tabel 2.3: Jumlah dan kepadatan penduduk dan kepadatannya 5 tahun terakhir Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan pddk Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 RANOWULU 17,903 17,230 19,166 19,741 20,333 71.33 68.65 76.36 78.65 81.01 MATUARI 26,925 27,180 30,706 31,627 32,576 63.80 64.41 72.76 74.95 77.19 GIRIAN 29,802 27,862 31,936 32,894 33,881 79.90 74.70 85.62 88.19 90.83 MADIDIR 38,369 33,482 37,463 38,587 39,744 71.05 62.00 69.38 71.46 73.60 MAESA 40,925 36,007 45,018 46,369 47,760 126.70 111.48 139.37 143.56 147.86 AERTEMBAGA 30,235 28,262 32,043 33,004 33,994 133.78 125.05 141.78 146.04 150.42 LEMBEH UTARA 9,613 8,509 9,860 10,156 10,460 106.81 94.54 109.56 112.84 116.23 LEMBEH SELATAN 11,734 9,120 11,677 12,027 12,388 131.84 102.47 131.20 135.14 139.19 JUMLAH 205,506 187,652 217,869 224,405 231,137 Sumber : Bitung Dalam Angka 2012. + hasil perhitungan Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 8

Tabel 2.4: Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan pddk Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 RANOWULU 20,943 21,572 22,219 22,885 23,572 83.44 85.94 88.52 91.18 93.91 MATUARI 33,553 34,560 35,597 36,665 37,765 79.51 81.90 84.35 86.88 89.49 GIRIAN 34,897 35,944 37,023 38,133 39,277 93.56 96.37 99.26 102.23 105.30 MADIDIR 40,937 42,165 43,430 44,733 46,075 75.81 78.08 80.43 82.84 85.32 MAESA 49,192 50,668 52,188 53,754 55,366 152.30 156.87 161.57 166.42 171.41 AERTEMBAGA 35,014 36,065 37,147 38,261 39,409 154.93 159.58 164.37 169.30 174.38 LEMBEH UTARA 10,774 11,098 11,430 11,773 12,127 119.71 123.31 127.00 130.82 134.74 LEMBEH SELATAN 12,760 13,143 13,537 13,943 14,361 143.37 147.67 152.10 156.66 161.36 Sumber : Bitung Dalam Angka 2012. + hasil perhitungan Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 9

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Indikator utama kemajuan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kota Bitung dari 2007 sampai 2009 menunjukkan trend peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada 2007 pertumbuhan ekonomi kota Bitung sebesar 4,7%, yang kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 6,03%. Selanjutnya pada 2009 mencapai angka 6,05%. Dan pada tahun 2010 mencapai angka 6,88%. Laju pertumbuhan ini bisa dikatakan merupakan keberhasilan bagi pemerintah kota Bitung. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan pertumbuhan tahun lalu. Dilihat secara sektoral, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang pertumbuhannya pada tahun 2010 sebesar 14,55 persen. Suatu pertumbuhan yang cukup baik walaupun sedikit melambat dibanding tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan paling kecil tahun 2010 adalah pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan hanya 4,08 persen. Dilihat secara sektoral, pada tahun 2009 kontribusi sektor yang paling tinggi adalah sektor industri pengolahan sebesar 21,84 persen, sedangkan kontribusi paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian hanya 0,58 persen. Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan dengan kontribusi di tahun 2009 sebesar 21,84 persen terhadap perekonomian kota Bitung. Banyaknya perusahaan industri pengolahan menjadikan sektor ini besar dan pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 0,27 persen. Pertumbuhan ini masih dapat ditingkatkan dengan memberikan perhatian yang lebih intensif khususnya kepada industri perikanan dengan kemudahan pemberian perijinan dan penciptaan iklim usaha yang sehat, promosi industri keluar negeri untuk mengundang investor untuk menanamkan usahanya karena munculnya investor investor baru dapat memberikan multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi secara makro dan penyediaan bahan baku guna peningkatan kapasitas produksi perusahaan perusahaan. Sektor Angkutan dan Komunikasi merupakan sektor unggulan kedua dengan kontribusi sektor sebesar 21,29 persen. Tingginya kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dikarenakan adanya pelabuhan laut. Sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 3,88 persen dari tahun 2008 dan diharapkan pelabuhan peti kemas dapat meningkatkan pendapatan sektor ini di tahun mendatang. Sektor pertanian pada urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 19,22 persen, mengalami penurunan sebesar 0,68 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 19,90 persen. Sektor pertanian di kota Bitung didominasi oleh sub sektor perikanan khususnya perikanan laut yang menyumbang 16,58 persen terhadap total perekonomian kota Bitung. Sektor bangunan / kontruksi pada urutan keempat dengan kontribusi sebesar 14,75 persen mengalami pertumbuhan sebesar 1,03 persen dari tahun 2008. Pertumbuhan ini terkait dengan penyelenggaraan event internasional Sail Bunaken yang terkonsentrasi di Bitung, dari penyelenggaraan event tersebut, sarana dan prasarana dibangun atau diperbaharui yang berdampak langsung terhadap aktifitas ekonomi kota Bitung. Kelima adalah sektor perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi sebesar 7,36 persen mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar 0,35 persen yang merupakan dampak dari adanya event internasional yang diadakan. Keenam adalah sektor perbankan, lembaga keuangan dan Jasa Perusahaan memberikan kontribusi sebesar 6,65 persen, meningkat dari tahun 2008 sebesar 3,99 persen. Peningkatan yang cukup signifikan dapat menempatkan sektor ini menjadi salah satu sektor basis yang menjadi andalan kota Bitung. Ketujuh sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan perekonomian tahun 2009 adalah 6,56 persen, kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan tetap berperannya sektor ini dalam perekonomian kota Bitung. Kedelapan sektor listrik/gas/air bersih. Sektor ini memberikan kontribusi hanya 1,74 persen. Kesembilan sektor pertambangan dan penggalian. Dibandingkan sektor-sektor lain, sektor ini memberikan kontribusi yang paling kecil hanya 0,58 persen. Kecilnya kontribusi sektor ini dikarenakan memang tidak adanya kegiatan pertambangan skala besar. Berikut gambaran perkembangan pertumbuhan ekonomi kota Bitung dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 10

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bitung Sumber Data : BPS Kota Bitung Khusus untuk dana sektor sanitasi pada APBD Kota Bitung sampai dengan tahun 2012 masih kurang. Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 11

Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kota Bitung Tahun 2010 2014 No Realisasi Anggaran Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2 pertumbuhan A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) a.1.1 a.1.2 a.1.3 Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah a.2 Dana Perimbangan (Transfer) a.2.1 a.2.2 Dana bagi hasil Dana alokasi umum a.2.3 Dana alokasi khusus a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah a.3.1 a.3.2 a.3.3 a.3.4 a.3.5 Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya B Belanja (b1 + b.2) b.1 Belanja Tidak Langsung b.1.1 b.1.2 b.1.3 b.1.4 b.1.5 b.1.6 b.1.7 Belanja pegawai Bunga Subsidi Hibah Bantuan sosial Belanja bagi hasil Bantuan keuangan b.1.8 Belanja tidak terduga b.2 Belanja Langsung b.2.1 b.2.2 b.2.3 Belanja pegawai Belanja barang dan jasa Belanja modal C Pembiayaan Surplus/Defisit Anggaran Sumber : Realisasi APBD tahun -, diolah Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 12

Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kota Bitung Tahun 2010-2014 No SKPD Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2 pertumbuhan 1 PU-CK 1.a Investasi 1.b operasional/pemeliharaan (OM) 2 KLH 2.a Investasi 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 3 Kimtaru 3.a Investasi 3.b operasional/pemeliharaan (OM) 4 Dinkes 4.a Investasi 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 5 Bappeda 5.a Investasi 5.b operasional/pemeliharaan (OM) 6 Bapermas 6.a Investasi 6.b operasional/pemeliharaan (OM) n n.a n.b SKPD lainnya (sebutkan) Investasi operasional/pemeliharaan (OM) 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+ n) 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ na) 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+ nb) 11 Belanja Langsung 12 Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung(8/11) 13 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (9/8) 14 Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (10/8) Sumber : Keterangan : Realisasi APBD tahun 2010-2014, diolah investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 13

Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kota Bitung Tahun 2010 2014 Belanja Sanitasi (Rp.) No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Pertumbuhan 1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.1 Air Limbah Domestik 1.2 Sampah rumah tangga 1.3 Drainase perkotaan 1.4 PHBS 2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 2.1 DAK Sanitasi 2.2 DAK Lingkungan Hidup 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung Sumber : APBD tahun 2010 2014, diolah Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kota Bitung Tahun 2010-2014 Tahun No D e s k r i p s i 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 2 Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) Sumber : APBD dan BPS, diolah Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 14

Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita No SKPD 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi 2.b Potensi retribusi 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan (%) 4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 6 Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Sumber : Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kota Tahun 2010-2014 No D e s k r i p s i Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 3 Pertumbuhan Ekonomi (% ) Sumber : Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 15

2.4 Tata Ruang Wilayah Pusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional. Pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota ditentukan secara berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem, yaitu: pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; sub pusat pelayanan kota yang melayani sub wilayah kota; dan pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota. Rencana Pusat Pelayanan di Kota Bitung 2010 2030 adalah sebagai berikut: A. Pusat Pelayanan Kota di Kecamatan Lembeh Selatan, Kecamatan Maesa, dan Kecamatan Matuari Kawasan Pelabuhan Internasional yang berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan (yang akan dipindah ke Likupang), daerah jasa & perdagangan, kawasan pelabuhan perikanan, pusat kegiatan industri perikanan & maritim, serta sebagai Pangkalan Angkatan Laut di Kecamatan Lembeh Selatan dan Kecamatan Maesa. Kawasan Industri Tanjung Merah di Kecamatan Matuari Kawasan Terminal Penumpang Tipe A Tangkoko di Kelurahan Manembo-nembo Atas, Kecamatan Matuari yang juga berfungsi sebagai kawasan Perdagangan & Jasa di Kecamatan Matuari. B. Sub Pusat Pelayanan Kota di Kecamatan Matuari, Kecamatan Girian, dan Kecamatan Maesa. Kawasan Pasar Induk di Kecamatan Matuari yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan jasa. Kawasan perdagangan & jasa di Kecamatan Girian. Kawasan perkantoran pemerintah di Kecamatan Maesa yang juga berhimpitan dengan kawasan perdagangan & jasa C. Pusat Lingkungan Kawasan pusat lingkungan berupa kantor kecamatan dan kawasan perdagangan & jasa yang lingkup pelayanannya skala kecamatan atau lingkungan. Pusat Lingkungan di Kota Bitung 2010-2030 terdiri dari 8 (delapan) Pusat Lingkungan yang direncanakan di: 1. Pusat Lingkungan Kecamatan Lembeh Selatan 2. Pusat Lingkungan Kecamatan Lembeh Utara 3. Pusat Lingkungan Kecamatan Ranowulu 4. Pusat Lingkungan Kecamatan Aertembaga 5. Pusat Lingkungan Kecamatan Madidir 6. Pusat Lingkungan Kecamatan Girian 7. Pusat Lingkungan Kecamatan Matuari 8. Pusat Lingkungan Kecamatan Maesa Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 16

Peta 2.3 Rencana struktur ruang Kabupaten/Kota (ukuran A3) Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 17

Peta 2.4 Rencana pola ruang Kabupaten/Kota (ukuran A3) Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 18

2.5 Sosial dan Budaya 1. Fasilitas Pendidikan Sarana pendidikan di Kota Bitung tersebar di berbagai wilayah Kecamatan yang ada. Sarana pendidikan tersebut terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, baik yang berupa sekolah yang berstatus sebagai sekolah negeri ataupun swasta Tabel 2.11: Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Bitung tahun 2011 Jumlah Fasilitas Pendidikan Nama Kecamatan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA RANOWULU 16 3 2 MATUARI 9 3 1 GIRIAN 8 5 3 MADIDIR 13 6 7 MAESA 21 6 9 AERTEMBAGA 14 5 2 LEMBEH UTARA 13 3 1 LEMBEH SELATAN 12 5 2 Sumber :: Bitung dalam angka 2012, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bitung 2. Rumah Tangga Miskin Jumlah Rumah tangga miskin di Kota Bitung lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 2.12: Jumlah penduduk miskin per kecamatan Jumlah keluarga Nama Kecamatan miskin (KK) RANOWULU 168 Sumber:: BPS 2013 MATUARI 525 GIRIAN 319 MADIDIR 620 MAESA 713 AERTEMBAGA 410 LEMBEH UTARA 139 LEMBEH SELATAN 224 3. Jumlah Rumah Per Kecamatan Tabel 2.13: Jumlah rumah per kecamatan Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 19

Nama Kecamatan RANOWULU MATUARI GIRIAN MADIDIR MAESA AERTEMBAGA LEMBEH UTARA LEMBEH SELATAN Sumber:: BPS 2013 Jumlah Rumah 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Seiring dengan berjalannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia, maka jalannya roda pemerintahan sangat bergantung pada potensi sumber daya aparat pemerintah di daerah. Salah satu sumber daya yang dimaksud adalah banyaknya aparat pemerintah yang bertugas diberbagai lini pemerintahan. Aparat pemerintah terdiri dari PNS pada pemerintah daerah otonom Kota Bitung maupun yang berstatus PNS pada instansi vertikal. 1. Tugas dan Fungsi Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretaris Daerah mempunyai fungsi : Penyusunan kebijakan pemerintah daerah Pengkoordinasian pelaksaan tugas Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah Pembinaan administrasi dan aparatur Pemerintahan Daerah Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa Utara 1. Bupati 2. Wakil Bupati 3. Sekretaris Daerah 4. Asisten Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari : Bagian Pemerintahan Umum Bagian KESRA Bagian Administrasi Kemasyarakatan 5. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari : Bagian Administrasi Pembangunan Bagian SDA Bagian Perekonomian 6. Asisten Administrasi Umum, terdiri dari : Bagian Hukum Bagian Organisasi Bagian Umum Bagian Perlengkapan Bagian Humas dan Protokol Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 20

2.7 Komunikasi dan Media Pokja Sanitasi Kota Bitung Hal - 21