Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

dokumen-dokumen yang mirip
Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN. Oleh: FILZA RIFQI AUFA ASLAM

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Nurhayati Jumaelah 1, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB 2, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

: INDAH DOANITA HASIBUAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium


MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.2 No.2 Mei 2015

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS NGUNTORONADI I KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB III METODE PENELITIAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TBC PARU BTA (+) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PKM CIPAGERAN KOTA CIMAHI PADA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

207 Artikel Penelitian Hubungan Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Short Course dengan Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Puskesmas Padang Pasir Kota Padang 2011-2013 Nurmadya 1, Irvan Medison 2, Hafni Bachtiar 3 Abstrak Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah utama kesehatan global di dunia. Pada tahun 2011, Indonesia berada di posisi keempat dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia. Dalam upaya penanggulangan TB, Indonesia telah mengadopsi strategi DOTS sejak tahun 1995. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011, angka keberhasilan pengobatan di Puskesmas Padang Pasir yaitu 71,43% dan angka ini belum mencapai target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan strategi DOTS dengan hasil pengobatan TB paru di Puskesmas Padang Pasir Kota Padang. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional study. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada responden menggunakan kuisioner yang kemudian di analisis melalui uji Chi-Square. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara pelaksanaan komitmen oleh petugas kesehatan (p-value : 0,000), pelaksanaan pemeriksaan dahak (p-value: 0,005, ketersedian OAT (p-value : 0,002) dengan hasil pengobatan TB paru. Hasil uji statistik pada peranan PMO (p-value : 0,185) dan pencatatan pelaporan penderita TB paru (p-value 0,184) menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan hasil pengobatan TB paru. Kata kunci: tuberkulosis paru, DOTS, hasil pengobatan Abstract Tuberculosis (TB) remains a major problem pulmonary global health in the world. In 2011, Indonesia was in fourth position with the highest number of TB patients in the world. InTB controlefforts, Indonesia hasadopted thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment success rate in Padang Pasir Health Center is 71.43% and this figure has not reached the national target. The study aims to determine the relationship implementation of the DOTS strategy with pulmonary TB treatment success in health centers Padang Padang Pasir.This type of study design was cross-sectional analytic study. Data were collected through interviews with respondents using a questionnaire which was then analyzed by chi-square test. The results of the chi -square statistical tests showed that the implementation of commitments by health workers (p - value: 0.000), the implementation of sputum examination (p - value : 0.005), availability of OAT (p - value : 0.002) have a correlation with the results of treatment of pulmonary tuberculosis. While results statistical tests on the role of the PMO (p - value : 0.185) reporting and recording of pulmonary TB patients (p value : 0.184) showed there was no correlation with the results of treatment of pulmonary tuberculosis. Keywords: pulmonary tuberculosis, DOTS, treatment success Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Paru/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian IKM FK UNAND Korespondensi: Nurmadya, E-mail : dyavirgo48@yahoo.com,telp: 085274791653 PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Myobacterium tuberculosis. 1 Tuberkulosis paru merupakan infeksi kronik

208 yang sudah sangat lama dikenal manusia dan sekarang penyakit inimasih menjadi masalah utama kesehatanglobal. 2 Laporan dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2011 Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat keempat dengan beban TB paru tertinggi di dunia. 3,4 Jumlah penderita TB paru BTA (+) yang diobati di seluruh Puskesmas di kota Padang pada tahun 2011 sebanyak 582 penderita dan dinyatakan sembuh sebanyak 507 penderita sehingga didapatkan angka penemuan kasus sebesar 70,1% dan keberhasilan pengobatan sebesar 81,8%. 5 Indonesia mulai mengadopsi DOTS sebagai strategi penanggulangan TB nasional sejak tahun 1995. 3 Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh unit pelayanan kesehatan terutama pada pusat kesehatan masyarakat yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. 6 Dalam penerapannya, Depertemen Kesehatan RI menetapkan beberapa indikator yaitu angka penemuan kasus baru atau Case Detection Rate (CDR) minimal 70%, angka konversi minimal 80%, dan angka kesembuhan minimal 85%. 7 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, Puskesmas Padang Pasir merupakan puskesmas dengan persentase kesembuhan paling rendah dan belum mencapai target indikator nasional yaitu, penderita TB paru BTA positif sebanyak 38 penderita dengan jumlah penderita yang sembuh hanya 17 penderita (51,5%). 8 Berdasarkan data ini sehingga dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan strategi DOTS di puskesmas tersebut dan melihat hubungannya dengan keberhasilan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan strategi DOTS dengan hasil pengobatan TB paru. METODE Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional, populasi penelitian adalah semua pasien TB paru yang telah selesai menjalani pengobatan di Puskesmas Padang Pasir kota Padang tahun 2011-2013. Subjek berjumlah 44 orang yang diambil dengan metode simple random sampling. Kriteria inklusi adalah pasien baru TB paru dewasa yang telah menjalani pengobatan selama 6 bulan dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah pasien yang meninggal dan pindah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil pengobatan yang dilihat dari rekam medis, sedangkan variabel independen adalah 5 komponen DOTS (pelaksanaan komitmen oleh petugas kesehatan puskesmas, pemeriksaan dahak miksroskopis, adanya peranan PMO, ketersediaan OAT yang berkesinambungan dan bermutu, pencatatan dan pelaporan yang diukur melalui wawancara dengan kuesioner. Langkah-langkah pengolahan data adalah pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan data, pemberian kode pada setiap data variabel, memasukkan data dalam program komputer serta pemeriksaan kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat.pada analisis bivariat dicari hubungan antara dua variabel dengan menggunakan rumus chi- square. HASIL Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik f % Jenis Kelamin Laki-laki perempuan 31 13 70,5 29,5 Usia 20-40 41-60 >61 29 11 4 65,9 25,0 9,1 Tingkat Pendidikan Terakhir Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD 18 17 9 40,9 38,6 20,5 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki. Lebih dari separuh responden termasuk kelompok usia produktif. Tingkat pendidikan terakhir responden dengan persentase tertinggi adalah tamat SMA. Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Jenis Variable Kriteria f (%) Hasil pengobatan 36 81,8 Tidak 8 18,2 Pelaksanaan Komitmen Baik 40 90,9 Oleh Petugas Kesehatan Tidak Baik 4 9,1

209 Pelaksanaan Pemeriksaan Baik 35 79,5 Dahak Tidak Baik 9 20,5 Peranan PMO Baik 32 77,7 Tidak Baik 12 27,3 Ketersediaan OAT Baik 36 81,8 berkesinambungan dan Tidak baik 8 18,2 bermutu Pencatatan dan Pelaporan Baik 39 88,6 Tidak Baik 5 11,4 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui dari 44 responden yang diteliti pada umumnya keberhasilan pengobatan Puskesmas Padang Pasir sudah baik, hampir seluruh responden menyatakan pelaksanaan komitmen petugas baik, sebagian besar responden menyatakan pelaksanaan komiten sudah baik, sebagian responden menyatakan peranan PMO sudah baik, pada umumnya responden menyatakan ketersediaan OAT sudah baik, dan pada umumnya responden menyatakan pencatatan dan pelaporan TB sudah baik. Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Hasil Pengobatan p Jumlah Tidak Value Komponen DOTS f % f % f % Pelaksanaan Komitmen Oleh Petugas Kesehatan Kurang Baik 4 100 0 0 4 100 0,000 Baik 4 10,0 36 90,0 40 100 Pemeriksaan dahak Mikroskopis Kurang baik 5 55,6 4 44,4 9 100 0,005 Baik 3 8,6 32 91,4 35 100 Peranan PMO Kurang baik 4 12,5 8 66,7 12 100,0 0,185 Baik 4 33,3 28 87,5 32 100,0 Ketersediaan OAT Kurang baik 5 62,5 3 37,5 8 100,0 0,002 Baik 3 8,3 33 91,7 36 100,0 Pencatatan dan Pelaporan Kurang baik 2 40,0 3 60,0 5 100,0 0,184 Baik 6 15,4 33 84,6 39 100,0 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari hasil uji statistik terdapat hubungan antara pelaksanaan komitmen oleh petugas kesehatan, pemeriksaan dahak, ketersediaan OAT dengan hasil pengobatan TB (p<0,005). Tidak terdapat hubungan antara peranan PMO dan pencatatan pelaporan TB dengan hasil pengobatan TB paru. PEMBAHASAN Hubungan Pelaksanaan Komitmen oleh Petugas denga hasil Pengobatan TB Paru Dari 44 responden yang diteliti, hampir seluruh responden menjawab bahwa pelaksanaan komitmen ini sudah baik yaitu sebanyak 40 responden (90,9%) dan 4 orang responden (9,1%) menjawab kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala 2002, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB paru di Puskesmas Helvetia, Medan mendapatkan hasil yang sama dari 30 responden hampir seluruh responden (96,67%) mengatakan pelaksanaan komitmen oleh petugas cukup baik. 9 Dari hasil penelitian didapatkan persentase responden yang tidak berhasil pengobatan lebih tinggi pada pelaksanaan komitmen yang kurang baik dibandingkan dengan yang baik. Dari hasil uji statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p= 0,000. Penelitian yang sama dilakukan oleh Nurmala (2002) di Puskesmas Helvetia Medan juga mendapatkan hubungan yang bermakna dengan nilai p-value 0,002. 9 Hubungan Pemeriksaan Dahak dengan Hasil Pengobatan TB Paru Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan lebih dari separuh responden (79,5%) menyatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan dahak di Puskesmas Padang Pasir sudah baik dan 22,6% mengatakan bahwa pelaksanaannya masih kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Ichlas tentang pelaksanaan DOTS di puskesmas Keramat Jati Jakarta tahun 2010, mendapat hasil yang sama bahwa lebih dari separuh penderita TB paru juga mengatakan bahwa pemeriksaan dahak sudah baik yaitu 76,7%. 10 pengobatan lebih tinggi pada pelaksanaan pemeriksaan yang kurang baik dibandingkan dengan yang baik. Dari hasil uji statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p= 0,005. Hasil penelitian Ichlas pada tahun 2010 di Puskesmas Keramat Jati juga sesuai dengan penelitian ini. Pada penelitian tersebut terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan

210 pemeriksaan dahak dengan hasil pengobatan TB paru dengan nilai p-value 0,038. 10 Hubungan Peranan PMO dengan hasil Pengobatan TB Paru Dari hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separuh responden menyatakan bahwa peranan PMO dalam mengawasi menelan obat sudah baik yaitu 72,7%. Penelitian yang dilakukan oleh Nomi (2010) juga medapatkan hasil yang sama terdapat 74% pelaksanaan kinerja PMO sudah baik dan 26% dengan kinerja yang kurang baik. 11 pengobatan lebih tinggi pada pelaksanaan komitmen yang baik dibandingkan dengan yang kurang baik. Dari hasil uji statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan p= 0,185. Hal ini berbeda dengan yang didapatkan Nomi (2010) tentang hubungan kinerja PMO dengan kesembuhan Pasien TB di Surakarta, dikatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peranan PMO dengan kesembuhan pasien dengan nilai p- value 0,029. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan waktu, tempat, populasi penelitian, tingkat kepatuhan dan pengetahuan pasien untuk teratur minum obat. 11 Hubungan Ketersediaan OAT dengan hasil Pengobatan TB Paru Pada umumnya (81,8%) responden menyatakan ketersediaan OAT di Puskesmas Padang Pasir sudah baik. Dari hasil penelitian didapatkan persentase responden yang tidak berhasil pengobatannya lebih tinggi pada ketersediaan OAT yang kurang baik dibandingkan dengan yang baik.dari hasil uji statistik didapatkan hubungan bermakna p=0,002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umar, Eko dan Rosalinda (2006) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara ketersedian OAT dengan kesembuhan pasien TB paru dengan p-value 0,022. 12 Hubungan Pencatatan dan Pelaporan TB dengan hasil Pengobatan TB Pada umumnya responden menyatakan bahwa pencatatan dan pelaporan penderita TB paru di Puskesmas Padang Pasir sudah baik yaitu 88,6%. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ichlas pada tahun 2010 juga mendapatkan hasil yang hampir sama yaitu 80% pencatatan dan pelaporan terlaksana baik dan 20% tidak terlaksana dengan baik. 10 pengobatan lebih tinggi pada pencatatan dan pelaporan yang kurang baik dibandingkan dengan yang baik. Dari hasil uji statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna p= 0,184. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ichlas (2010) yang menyatakan terdapat hubungan bermakna antara pencatatan dan pelaporan dengan hasil pengobatan dengan p-value 0,002. 10 Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan waktu, tempat, populasi dan sampel penelitian. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komitmen oleh petugas kesehatan dengan hasil pengobatan TB paru di Puskesmas Padang Pasir. Terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan pemeriksaan dahak dengan hasil pengobatan di Puskesmas Padang Pasir. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peranan PMO dengan hasil pengobatan TB paru di Puskesmas Padang Pasir. Terdapat hubungan bermakna antara ketersediaan OAT yang berkesinambungan dengan hasil pengobatan TB paru di Puskesmas Padang Pasir. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pencatatan dan pelaporan penderita TB paru dengan hasil pengobatan di Puskesmas Padang Pasir. DAFTAR PUSTAKA 1. Price SA, Lorraine MW. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Buku 2 Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2003. 2. WHO. Global tuberculosis report. 2012 (diunduh 14 Februari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/tb/publications/

211 global_report/gtbr12_main.pdf. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011 (diunduh 14 Februari 2013) Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www. depkes.go.id/_asset/_regulasi/stranas_tb.pdf. 4. WHO,Tuberculosis control in the Shout East Asia Region. 2012 (diunduh 13 Februari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.searo.who.int 5. Dinas Kesehatan Kota Padang, Profil kesehatan tahun 2010. Padang:2011. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan situasi terkini perkembangan tuberkulosis di Indonesia 2011. 2011 (diunduh 15 Januari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/indonesiar eport2011. 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional penanggulanggan tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta: 2011. 8. Dinas Kesehatan Kota Padang. Tabel profil kesehatan tahun 2010. Padang: 2011 9. Nurmala HS. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tuberkulosis paru di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2002 (skripsi). Medan: universitas Sumatera Utara.2002. 10. Rachmat, Ichlas B. Hubungan Penerapan strategi DOTS terhadap keberhasilan terapi TB Puskesmas Keramata Jati Periode Januari 2010 Oktober 2010. Jakarta: Universitas Veteran Jakarta; 2010. 11. Andita NP. Hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kesembuhan pasien TB paru kasus baru strategi DOTS. Surakarta: Universitatas Sebelas Maret. 2010. 12. Umar, Eko R, Rosalinda. Faktor-faktor penderita tuberkulosis paru putus berobat. Media Litbang Kesehatan. 2006 Desember, XVI:4.