PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI 2012

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II LANDASAN TEORI

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Tabung Vortex

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK

Fisika I. Gelombang Bunyi

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Antiremed Kelas 11 FISIKA

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB II LANDASAN TEORI

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK Arda Rahardja Lukitobudi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Telp. 022-2013789 Fax. 022-2013889 Abstrak Sistem Refrigerasi Thermoakustik adalah suatu sistem refrigerasi yang ramah terhadap lingkungan karena menggunakan gas inert sebagai fluida kerjanya. Disebut Thermoakustik karena sistem refrigerasi ini menggunakan audio speaker atau acoustic driver sebagai penghasil gelombang suara yang berfungsi sekaligus sebagai penggerak sistem. Dengan komponen utama berupa acoustic driver, function generator, tabung resonator, stack dan penguat daya, maka sistem ini dapat mencapai perbedaan temperatur sebesar 5,1 o C terhadap suhu lingkungan 26,2 o C pada posisi stack ¼ dari panjang gelombangnya dimana temperatur sebelum stack adalah sebesar 28,7 o C dan temperatur sesudah stack adalah sebesar 21,1 o C. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada posisi ini, COP carnot adalah sebesar 0,0258. acoustic driver yang dipergunakan adalah sebesar 600 watt PMPO dengan daya input sebesar 129,36 watt. PENDAHULUAN Di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, penggunaan sistem refrigerasi thermoakustik masih dalam taraf pengembangan dan pembuatan prototype dan belum memasuki tahapan komersial. Mudahmudahan dalam waktu tidak terlalu lama, suatu kulkas thermoakustik sudah terdapat dipasaran. Thermoakustik adalah suatu bidang yang berhubungan dengan suatu fenomena fisis dimana perbedaan suhu dapat membangkitkan bunyi dan sebaliknya gelombang suara dapat menghasilkan perbedaan suhu. Jika sejumlah kalor dilepaskan ke udara saat terjadi kondensasi (kompresi) atau diserap saat terjadi evaporasi (ekspansi), maka akan terjadi vibrasi pada partikel partikel udara. Demikian pula pada proses sebaliknya, akan terjadi perbedaan suhu yang dihasilkan dari osilasi akustik yang disebut sebagai fenomena refrigerasi thermoakustik. Berbeda dengan sistem refrigerasi konvensional seperti sistem refrigerasi kompresi uap yang menggunakan kompresor sebagai penggerak sistem maka sistem refrigerasi thermoakustik menggunakan audio speaker atau acoustic driver sebagai penghasil gelombang suara sekaligus berfungsi sebagai penggerak sistem. Komponen utama sistem ini terdiri dari acoustic driver, function generator, tabung resonator, stack dan penguat daya. Sistem ini menggunakan gas inert yaitu nitrogen sebagai fluida kerjanya dan sama sekali tidak menggunakan refrigeran CFC, HCFC ataupun HC sehingga ramah terhadap lingkungan. Unjuk kerja dari sistem ini dinyatakan oleh rumus : COPc = Th Tc Tc dimana Th = temperatur sebelum stack, o K Tc = temperatur sesudah stack, o K CARA KERJA SISTEM Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa sistem refrigerasi thermoakustik menggunakan gelombang suara untuk membuat gradien temperatur sebelum dan sesudah stack. Tabung resonator yang dipakai jenis closed end tube sehingga terjadi resonansi akustik pada tabung sehingga gas akan berosilasi bolak balik. Seluruh partikel gas akan mengalami kompresi peningkatan suhu ketika bergerak

ke arah sesudah stack. Sebaliknya, ketika partikel gas bergerak ke bagian sebelum stack akan mengalami ekspansi dan penurunan suhu. Panjang tabung resonator yang berkaitan dengan frekwensi resonansi memiliki pengaruh terhadap kecepatan gerak partikel molekul yang berada di dalam stack. Jika digunakan resonator pendek (frekwensi resonator tinggi), maka molekul molekul gas akan bergerak cepat di dalam celah stack sehingga perpindahan kalor dari bagian dingin ke bagian panas akan berlangsung dengan baik/cepat, yaitu laju perpindahan kalor jauh lebih besar daripada laju aliran balik kalor dari bagian panas ke bagian dingin secara konduksi melalui bahan stack. Sedangkan jika digunakan resonator yang lebih panjang (frekwensi resonansi lebih rendah), maka gerak molekul molekul gas akan melambat sehingga perpindahan kalor dari bagian dingin ke bagian panas akan berlangsung kurang efektip yaitu laju perpindahan kalor hanya sedikit lebih besar dari laju aliran balik kalor dari bagian panas ke bagian dingin secara konduksi melalui bahan stack. Partikel gas yang berada di dalam stack mengalami siklus, dimana fenomena thermoakustik dapat dilihat dengan mengamati pergerakan partikel fluida sepanjang stack yang berosilasi sepanjang pelat pelat stack yang terbagi menjadi empat tahap (Gambar 1). Tahap kedua terjadi ketika partikel gas melepas kalor ke lingkungan/dinding sebelum stack. Tahap ketiga terjadi ekspansi ketika partikel gas berosilasi ke bagian sesudah stack yang diikuti dengan penurunan suhu. Tahap terakhir ketika partikel gas menerima kalor dari lingkungan/ dinding sesudah stack. Gambar 2. Transfer kalor pada stack Itu sebabnya mengapa bagian sebelum stack akan menjadi panas dan sebaliknya bagian sesudah stack akan menjadi dingin. Gambar 3. Diagram P-V sistem refrigerasi thermoakustik Gambar 1. Cara kerja sistem refrigerasi thermoakustik Tahap pertama adalah tahap ketika terjadi kompresi pada partikel gas pada saat partikel gas berosilasi ke bagian sebelum stack yang diikuti dengan peningkatan suhu. Celah pada stack memiliki fungsi khusus dan paling penting dalam sistem refrigerasi thermoakustik, dimana jika jaraknya terlalu lebar maka tidak akan terjadi kontak termal antara partikel gas dengan stack sehingga suhu partikel gas akan mendekati suhu stack. Sebaliknya jika jaraknya terlalu dekat maka kontak termal partikel gas dengan stack terlalu kondusip sehingga akibatnya perpindahan kalor antara partikel gas dengan stack akan berlangsung secara isotermal sehingga tidak terdapat gradien suhu pada stack.

GELOMBANG BUNYI PADA GAS DI DALAM TABUNG Pada gelombang bunyi, arah getaran partikel gas searah dengan arah rambatan (disebut longitudinal). Jika tidak ada rintangan, maka gelombang bunyi akan menyebar ke semua arah dari sebuah sumber bunyi. Pada tabung (Gambar 3), gelombang bunyi dapat dianalogikan sebagai sebuah penghisap di ujung kiri tabung yang berisi gas mampat. Jika terdapat gelombang bunyi yang merambat ke kanan, yang dianalogikan dengan penghisap yang bergerak ke kanan, akan memampatkan gas yang ada di sebelah kanannya sehingga tekanan dan massa jenis gas akan meningkat, dan daerah ini disebut perapatan. Gas yang dimampatkan akan bergerak ke kanan dan akan memampatkan lapisan lapisan gas berikutnya. Gambar 4. Gelombang bunyi dalam tabung yang dihasilkan oleh sebuah penghisap yang berisolasi Jika kemudian penghisap ditarik mundur, maka gas yang ada disebelah kanan akan mengembang sehingga tekanan dan massa jenisnya akan menurun, dan daerah ini disebut perenggangan dimana sebuah denyut perenggangan akan berjalan sepanjang tabung tersebut. Jika penghisap tersebut berosilasi bolak balik, maka suatu deretan kontinyu perapatan dan perenggangan akan berjalan ke kanan sepanjang tabung tersebut dengan kecepatan tetap. Dan panjang gelombang diukur antara jarak perapatan dan perenggangan dengan rumus : c = f. λ dimana c = kecepatan suara pada gas f = frekwensi gelombang suara λ = panjang gelombang suara METODOLOGI Acoustic driver yang digunakan memiliki impedansi sebesar 8 ohm dengan daya input sebesar 700 watt. Tabung resonator jenis closed end tube memiliki diameter 2 inchi dengan panjang 1,71 meter untuk frekwensi 200Hz, 1,14 meter untuk frekwensi 300 Hz dan 0,855 meter untuk frekwensi 400 Hz. Sedangkan stack terbuat dari bahan mylar yang memiliki konduktivitas thermal rendah sebesar 0,16 W/mK dengan diameter 1 mm dan panjang 25 cm yang berjumlah 500 buah yang diikat membentuk sebuah silinder yang pas/sesuai mengisi diameter bagian dalam tabung. Variasi posisi stack diletakkan tepat pada ¼, ½ dan ¾ panjang tabung (panjang tabung sama dengan satu kali panjang gelombangnya). Sehingga untuk frekwensi 300 Hz, dengan panjang tabung 1,14 m, posisi stack adalah 28,5 cm, 57 cm dan 85,5 cm. Untuk frekwensi 200 Hz dengan panjang tabung 1,71 m, posisi stack pada 42,75 cm, 85,5 cm dan 128,25 cm. Untuk frekwensi 400 Hz dengan panjang tabung 85,5 m, posisi stack pada 21,375 cm, 42,75 cm dan 64,125 cm. Function generator digunakan untuk menghasilkan gelombang sinusoid yang frekwensi dan amplitudonya dapat bervariasi yang menjadi input acoustic driver. Penguat daya dirancang untuk dapat memberikan daya input ke acoustic driver pada kapasitas 150 watt dan 600 watt. Parameter parameter pengukuran yang diambil adalah : temperatur sebelum stack, temperatur sesudah stack, temperatur lingkungan, tegangan dan arus listrik input penguat daya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 data hasil pengukuran F = 300 Hz, Pergeseran sejauh = 28.5 cm dari penutup Pnjg Pipa Pwr II (watt) Posisi Tsblm Tssdh stack T Tlingk 0 1.14 600 28.5 26 26.1-0.1 26.2 10 1.14 600 28.5 28.3 20.9 7.4 26.1 20 1.14 600 28.5 28.7 21.1 7.6 26.2 30 1.14 600 28.5 29.3 21.4 7.9 26.2 40 1.14 600 28.5 29.7 21.7 8 26.3 50 1.14 600 28.5 30.1 22.2 7.9 26.1 60 1.14 600 28.5 30.5 22.6 7.9 26.2 70 1.14 600 28.5 31.6 22.8 8.8 26.4 80 1.14 600 28.5 32.7 23 9.7 26.2 90 1.14 600 28.5 36.1 22.8 13.3 26.9 100 1.14 600 28.5 38.3 22.8 15.5 26.4 110 1.14 600 28.5 38.3 22.8 15.5 26.5 Tabel 4.2 data hasil pengukuran F = 300 Hz, Posisi = 57 cm T Tlingk Pipa II stack stack stack (watt) 0 1.14 600 57 24.1 24.1 0 23.9 10 1.14 600 57 45.6 23.8 21.8 23.9 20 1.14 600 57 48.3 23.7 24.6 24.4 30 1.14 600 57 52.4 24.2 28.2 24.5 40 1.14 600 57 54.8 24.4 30.4 24.3 50 1.14 600 57 56.9 24.8 32.1 24.4 60 1.14 600 57 58.7 25.4 33.3 24.6 70 1.14 600 57 62.1 26 36.1 24.5 80 1.14 600 57 69.5 26.8 42.7 24.6 Tabel 4.6 data hasil pengukuran F = 200 Hz, 90 1.14 600 57 70.8 27.9 42.9 24.6 Pergeseran sejauh = 128.25 cm dari 100 1.14 600 57 71.3 28.4 42.9 24.3 penutup 110 1.14 600 57 71.5 29.2 42.3 24.6 T Tlingk Pipa II stack 120 1.14 600 57 72.2 32.5 39.7 24.7 (watt) 130 1.14 600 57 72.3 32.5 39.8 24.6 0 171 600 128.25 24.4 24.5-0.1 24.4 10 171 600 128.25 30.4 27.2 3.2 24.3 Tabel 4.3 data hasil pengukuran F = 300 Hz, Pergeseran stack sejauh = 85.5 cm dari penutup Pipa II stack T Tlingk 20 30 40 171 171 171 600 600 600 128.25 128.25 128.25 31.7 32.8 34.6 27.5 27.8 28.2 4.2 5 6.4 24.5 24.6 24.8 (watt) 50 171 600 128.25 36 28.9 7.1 25.1 0 114 600 85.5 24.9 24.8 0.1 24.8 10 114 600 85.5 25.8 23.2 2.6 24.8 20 114 600 85.5 37.1 28.1 9 25 30 114 600 85.5 39.6 28.6 11 25.4 40 114 600 85.5 41.5 29.5 12 25.5 50 114 600 85.5 43.6 30.2 13.4 25.4 60 114 600 85.5 44.2 30.3 13.9 25.2 70 114 600 85.5 45.7 31.3 14.4 25.3 80 114 600 85.5 45.9 32.2 13.7 25.4 90 114 600 85.5 46.2 32.3 13.9 25.3 Tabel 4.4 data hasil pengukuran F = 200 Hz, Pergeseran sejauh = 42.75 cm dari penutup T Tlingk Pipa II (watt) 0 171 600 42.75 25.9 25.8 0.1 25.8 10 171 600 42.75 30.7 27.6 3.1 26.1 20 171 600 42.75 33.2 28.7 4.5 26 30 171 600 42.75 35.3 29.1 6.2 26.1 40 171 600 42.75 36.5 30.4 6.1 26.2 50 171 600 42.75 37.9 31 6.9 25.9 60 171 600 42.75 38.4 31.7 6.7 26.1 70 171 600 42.75 39.2 31.8 7.4 26.2 80 171 600 42.75 39.3 31.8 7.5 26.2 90 171 600 42.75 25.9 25.8 0.1 25.8 Tabel 4.5 data hasil pengukuran F = 200 Hz, Pergeseran sejauh = 85.5 cm dari penutup T Tlingk Pipa II (watt) 0 171 600 85.5 27.2 27 0.2 27.1 10 171 600 85.5 27.8 25.5 2.3 26.8 20 171 600 85.5 27.9 25.2 2.7 26.6 30 171 600 85.5 28.5 24.8 3.7 26.9 40 171 600 85.5 29 24.2 4.8 26.8 50 171 600 85.5 30.6 24.8 5.8 27 60 171 600 85.5 31.4 24.6 6.8 26.8 70 171 600 85.5 31.8 24.7 7.1 26.8 80 171 600 85.5 31.6 24.8 6.8 27.2 90 171 600 85.5 31.8 24.7 7.1 27.2 60 171 600 128.25 37.1 29 8.1 25.2 70 171 600 128.25 37.8 29.5 8.3 25.5 80 171 600 128.25 38.2 29.5 8.7 25.6 90 171 600 128.25 38.4 29.5 8.9 25.5

Tabel 4.7 data hasil pengukuran F = 400 Hz, A = 20 Vss Pergeseran sejauh = 21.375 cm dari penutup Pnjg Pipa Pwr II (watt) Posisi Tsblm stack Tssdh T Tlingk 0 85.5 600 21.375 25.7 25.6 0.1 25.7 10 85.5 600 21.375 36.2 25.6 10.6 25.9 20 85.5 600 21.375 38.4 26 12.4 26 30 85.5 600 21.375 43.3 26.5 16.8 25.9 40 85.5 600 21.375 45.8 27.1 18.7 26.1 50 85.5 600 21.375 47.4 27.5 19.9 26.1 60 85.5 600 21.375 48.7 27.9 20.8 26.1 70 85.5 600 21.375 49.4 28 21.4 26.3 80 85.5 600 21.375 49.6 28 21.6 26.3 Tabel 4.8 data hasil pengukuran F = 400 Hz, A = 20 Vss Pergeseran sejauh = 42.75 cm dari penutup Pnjg Pipa Pwr II (watt) Posisi stack Tsblm Tssdh T Tlingk 0 85.5 600 42.75 25.7 25.6 0.1 25.7 10 85.5 600 42.75 36.2 25.6 10.6 25.9 20 85.5 600 42.75 38.4 26 12.4 26 30 85.5 600 42.75 41.4 26.3 15.1 25.9 40 85.5 600 42.75 44.9 26.8 18.1 25.9 50 85.5 600 42.75 46.8 27.3 19.5 26.1 60 85.5 600 42.75 48.7 27.9 20.8 26.2 70 85.5 600 42.75 48.9 27.9 21 26.1 Tabel 4.9 data hasil pengukuran F = 400 Hz, A = 20 Vss Pergeseran sejauh = 64.125 cm dari penutup Pnjg Pipa Pwr II (watt) Posisi Tsblm Tssdh T Tlingk 110 2.8 46.2 129.36 sejauh = 85.5 cm 0 85.5 600 64.125 24.7 24.5 0.2 24.5 10 85.5 600 64.125 36.4 25.2 11.2 24.7 20 85.5 600 64.125 39.5 26.1 13.4 24.8 30 85.5 600 64.125 42.6 26.9 15.7 25 40 85.5 600 64.125 44.9 27.5 17.4 25.1 50 85.5 600 64.125 47.2 28.2 19 25.1 60 85.5 600 64.125 48.6 28.9 19.7 25.3 70 85.5 600 64.125 50.2 29.3 20.9 25.2 80 85.5 600 64.125 45.9 32.2 13.7 25.4 90 85.5 600 64.125 46.2 32.3 13.9 25.3 Tabel 4.10 Data, dan pada F= 300 Hz, Pergeseran sejauh = 28.5 cm (Watt) 0 0 0 0 10 2.8 46.2 129.36 20 2.8 46.2 129.36 30 2.8 46.2 129.36 40 2.8 46.2 129.36 50 2.8 46.2 129.36 60 2.8 46.2 129.36 70 2.8 46.2 129.36 80 2.8 46.2 129.36 90 2.8 46.2 129.36 100 2.8 46.2 129.36 110 2.8 46.2 129.36 Tabel 4.11 data, dan pada F= 300 Hz, Power 600 watt, Pergeseran sejauh = 57 cm Tabel 4.12 data, dan pada F= 300 Hz, Power 600 watt, Pergeseran 0 2.8 46.2 129.36 10 2.8 46.2 129.36 20 2.8 46.2 129.36 30 2.8 46.2 129.36 40 2.8 46.2 129.36 50 2.8 46.2 129.36 60 2.8 46.2 129.36 70 2.8 46.2 129.36 80 2.8 46.2 129.36 90 2.8 46.2 129.36 0 2.8 46.2 129.36 10 2.8 46.2 129.36 20 2.8 46.2 129.36 30 2.8 46.2 129.36 40 2.8 46.2 129.36 50 2.8 46.2 129.36 60 2.8 46.2 129.36 70 2.8 46.2 129.36 80 2.8 46.2 129.36 90 2.8 46.2 129.36

Tabel 4.13 data, dan pada F= 200 Hz, Power 600 watt, Pergeseran sejauh = 42.75 cm dari penutup (A ) (Watt) 0 0 0 0 10 2.8 46.6 130.48 30 2.8 46.6 130.48 30 2.7 46.6 125.82 40 2.7 46.7 126.09 50 2.7 46.7 126.09 60 2.7 46.8 126.36 70 2.7 46.8 126.36 80 2.7 46.8 126.36 Tabel 4.14 data, dan pada F= 200 Hz, Power 600 watt, Pergeseran sejauh = 85.5 cm dari penutup (A ) (Watt) 0 2.8 46.9 131.32 10 2.8 46.8 131.04 20 2.8 46.8 131.04 30 2.8 46.7 130.76 40 2.8 46.7 130.76 50 2.8 46.7 130.76 60 2.8 46.7 130.76 70 2.8 46.7 130.76 80 2.8 46.7 130.76 90 2.8 46.7 130.76 20 3.2 46.2 147.84 Tabel 4.15 data, dan pada 30 3.2 46.2 147.84 F= 200 Hz, Power 600 watt, Pergeseran sejauh = 128.25 cm dari penutup 40 3.2 46.2 147.84 50 3.2 46.2 147.84 (A ) (Watt) 60 3.2 46.2 147.84 0 2.8 46.8 131.04 70 3.2 46.2 147.84 10 2.8 45.8 128.24 80 3.2 46.2 147.84 20 2.8 45.8 128.24 90 3.2 46.2 147.84 30 2.8 45.8 128.24 40 2.8 45.8 128.24 50 2.8 45.8 128.24 60 2.8 45.8 128.24 70 2.8 45.8 128.24 80 2.8 45.8 128.24 90 2.8 45.6 127.68 Tabel 4.16 data, dan pada F= 400 Hz, Power 600 watt, Pergeseran = 21.375 cm dari penutup 0 0 0 0 10 3.2 46.2 147.84 20 3.2 46.2 147.84 30 3.2 46.2 147.84 40 3.2 46.2 147.84 50 3.2 46.2 147.84 60 3.2 46.2 147.84 70 3.2 46.2 147.84 80 3.2 46.2 147.84 Tabel 4.17 data, dan pada F= 400 Hz, Power 600 watt, Pergeseran = 42.75 cm dari penutup 0 0 0 0 10 3.2 46.2 147.84 20 3.2 46.2 147.84 30 3.2 46.2 147.84 40 3.2 46.2 147.84 50 3.2 46.2 147.84 60 3.2 46.2 147.84 70 3.2 46.2 147.84 Tabel 4.18 data, dan pada F= 400 Hz, Power 600 watt, Pergeseran = 64.125 cm dari penutup 0 3.2 46.2 147.84 10 3.2 46.2 147.84 Temperatur sebelum stack, temperatur sesudah stack, dan temperatur lingkungan terhadap waktu pada frekuensi= 300 Hz, saat pergeseran stack sejauh 28.5 cm dari penutup

Temperatur sebelum stack, temperatur sesudah stack, dan temperatur lingkungan terhadap waktu pada frekuensi= 300 Hz, saat pergeseran stack sejauh 57 cm dari penutup Pengaruh perubahan posisi stack terhadap = 200 Hz, saat pergeseran stack sejauh 128.25cm Temperatur sebelum stack, temperatur sesudah stack, dan temperatur lingkungan terhadap waktu pada frekuensi= 300 Hz, saat pergeseran stack sejauh 85.5 cm dari penutup Pengaruh perubahan posisi stack terhadap = 400 Hz, saat pergeseran stack sejauh 21.375 cm Pengaruh perubahan posisi stack terhadap stack dan temperatur lingkungan pada frekuensi = 200 Hz, saat pergeseran stack sejauh 42.75cm Pengaruh perubahan posisi stack terhadap = 400 Hz, saat pergeseran stack sejauh 42.75cm Pengaruh Perubahan posisi stack terhadap = 200 Hz, saat pergeseran stack sejauh 85.5cm Pengaruh Perubahan posisi stack terhadap = 400 Hz, saat pergeseran stack sejauh 64.125cm

KESIMPULAN Berdasarkan hasil perancangan, pengukuran, perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka sistem refrigerasi thermoakustik ini memberikan beberapa kesimpulan : 1. Sistem ini mampu menghasilkan gradien temperatur antara sebelum dan sesudah stack dimana temperatur sesudah stack lebih rendah dibanding sebelum stack dan pada kondisi tertentu lebih rendah dari temperatur lingkungan sehingga ke depan dapat dimanfaatkan sebagai pendingin walaupun pada saat ini belum mencapai tahap yang layak 2. Baik posisi stack, panjang tabung maupun frekwensi acoustic driver dapat mempengaruhi gradien temperatur yang didapat 3. Sistem ini dapat mencapai perbedaan temperatur sebesar 5,1 o C terhadap suhu lingkungan 26,2 o C pada posisi stack ¼ dari panjang gelombangnya dimana temperatur sebelum stack adalah sebesar 28,7 o C dan temperatur sesudah stack adalah sebesar 21,1 o C. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada posisi ini, COP carnot adalah sebesar 0,0258. acoustic driver yang dipergunakan adalah sebesar 600 watt PMPO dengan daya input sebesar 129,36 watt 4. Diperlukan peredam suara yang kuat untuk dapat mengurangi kebisingan yang ditimbulkan acoustic driver serta diperlukan heat exchanger baik pada bagian sebelum maupun sesudah stack agar kinerja sistem menjadi lebih baik. Setiawan, I., dkk, Pengaruh dimensi resonator silindris terhadap kinerja suatu pendingin thermoakustik, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta, 2008 Subkhan, Analisis sistem refrigerasi thermoakustik dengan variasi frekwensi gelombang suara, Tugas Akhir, Politeknik Negeri Bandung, 2008 PUSTAKA Dewi Permata Sari, Studi sistem refrigerasi thermoakustik dengan variasi jarak antar lapisan stack dan panjang resonator, Skripsi, Institut Teknologi Bandung, 2008 Gunawan Wibisana, Rancang bangun ulang sistem refrigerasi thermoakustik dengan memvariasikan perubahan posisi stack, Tugas Akhir, Politeknik Negeri Bandung, 2008