SIMULASI KONTROL LAMPU LALU LINTAS SISTEM DETEKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PLC UNTUK PERSIMPANGAN JALAN WARIBANG-WR. SUPRATMAN DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PERSIAPAN PEMPROGRAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Susdarminasari Taini-L2F Halaman 1

PERCOBAAN 3 I. JUDUL PERCOBAAN PLC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Traffic Light adalah suatu lampu indikator pemberi sinyal yang di tempatkan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 3 PLC s Hardware

BAB III LANDASAN TEORI. lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun

t o l e a r n t o k n o w P L C BASIC I Instruktur : TOTOK NUR ALIF S.Pd NIP

PENGEMBANGAN SISTEM TRAFFIC LIGHTS BERDASARKAN KEPADATAN KENDARAAN MENGGUNAKAN PLC

APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK

Sudarmaji SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

WORKSHOP INSTRUMENTASI MODUL PRAKTIKUM PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

SIMULASI MODEL KONTROL MESIN MIXER MENGGUNAKAN PLC DAN PROGRAM KOMPUTER INTELLUTION FIX

PEMODELAN SIMULASI KONTROL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN PLC

Teknik Pemrograman PLC

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLER (PLC)

PENGOPERASIAN PLC OLEH LINGGA NURRAHMAN

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH BERBASIS PLC OMRON CPM 2A

BAB IV INSTRUKSI INSTRUKSI DASAR PLC

Sortasi BAB II TEORI DASAR 2.1 PROSES PENYORTIR OBJEK. Proses penyortiran merupakan sebuah proses pemisahan atau penyeleksian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI KENDALI TRAFFIC LIGHT 4 JALUR DENGAN PLC DISUSUN OLEH:??????????????????????????????????

PENGERTIAN PLC UNY-PLC-THT 2

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

BAB III TEORI DASAR. o Lebih mudah untuk menemukan kesalahan dan kerusakan karena PLC memiliki fasilitas self diagnosis.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

PURWARUPA ALAT PEMILAH BARANG BERDASARKAN UKURAN DIMENSI BERBASIS PLC OMRON SYSMAC CPM1

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL

INSTALASI MOTOR LISTRIK

SOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS XII TITIL MATA DIKLAT : MENGOPERASIKAN MESIN KENDALI ELEKTRONIK (011/KK/10) JUMLAH SOAL : PAKET : A

BAB III FUNGSI BAGIAN PLC. Processor. Catu Daya. Gambar 2. Block Diagram Perangkat Keras PLC

BAB IV BAHASA PROGRAM PLC

MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

APLIKASI ZELIO SOFT 2 PADA SISTEM KEAMANAN SMART ROOM DENGAN MENGGUNAKAN SMART RELAY

Gambar 2.1. Diagram pewaktuan Timer dengan ON-delay Ladder Diagram dari fungsi pewaktuan (on-delay) ditunjukkan dalam gambar 2.2. berikut ini.

BAB III METODE DAN PERANCANGAN

TIMER DAN COUNTER. ERI SETIADI NUGRAHA, S.Pd. 2012

Dasar-Dasar PLC Programmable Logic Controller (PLC)

BAB II SISTEM KENDALI, DIAGRAM TANGGA & PLC. Sejarah Perkembangan Sistem Kendali dan Otomtisasi Industri

ABSTRAK. Kata kunci : pengaturan lampu lalulintas, volume kendaraan, PLC, Metode Webster dan MKJI 1997, diagram ladder.

SISTEM KONTROL JARAK JAUH UNTUK PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER MELALUI SMS

sebagai perangkai peralatan control yang satu dengan yang lain.

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012

RANCANG BANGUN SIMULATOR KONTROL LAMPU RAMBU LALU LINTAS BERBASIS PLC OMRON CPM1A

Bab VI : Contoh-contoh Aplikasi ZEN

Materi 4: Microprocessor-Based Control

Gambar 4.2 Simbol LOAD. Gambar 4.3. Simbol LOAD NOT

BAB V OPERASIONAL PROGRAMMING CONSOLE

ORGANISASI SISTEM KOMPUTER & ORGANISASI CPU Oleh: Priyanto

Pemisahan Produk Cacad Menggunakan PLC Schneider Twido TWD20DTK

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI. Programmable Logic Controller (PLC) diperkenalkan pertama kali pada tahun

Yudha Bhara P

TRAINER PRAKTIKUM MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (PROGRAMMING LOGIC CONTROLLER)

Pengantar Programable Logic Control. Dr. Fatchul Arifin, MT

Semua Timer diatas menggunakan jenis timer OnDellay. Untuk jenis-jenis timer bisa dilihat sebagai berikut:

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

Abstrak. Arbye S L2F Halaman 1

MATERI PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

SOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS XII TITIL MATA DIKLAT : MENGOPERASIKAN MESIN KENDALI ELEKTRONIK (011/KK/10) JUMLAH SOAL : PAKET : B

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

PLC UNTUK PENGENDALI LIFT

PERANCANGAN APLIKASI OMRON SYSMAC CPM1A PADA SISTEM OTOMATISASI POMPA AIR UNTUK PENGISIAN WATER TANK DI APARTEMENT GRIYA PRAPANCA

OMRON PCM1A. Programmable Logic Controller (PLC) ( Instruksi Dasar Pemrograman dengan Ladder Diagram )

Pemrograman Programmable Logic Controller

BAB VI MENGENAL TRAINER " BATO - 05 "

Otomasi Sistem dengan PLC

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM

Materi. Siswa Mampu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran teknologi dewasa ini dalam dunia industri telah berkembang dengan pesat.

DIAGRAM LADDER. Dr. Fatchul Arifin, MT

Penggunaan PLC di industri dimaksudkan untuk menggantikan penggunaan rangkaian relay dan timer. Keuntungan penggunaan PLC antara lain :

DAFTAR ISI Daerah SR(Special Relay) Daerah TR(Tempory Relay) Daerah DM (Data Memory) Daerah HR(Holding Relay)..

BAB V PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

KOMPONEN INTERFACING. Yoyo somantri Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

TE Programmable Logic Controller Petunjuk Praktikum PLC

Kontrol Mesin Bor PCB Otomatis dengan Menggunakan Programmable Logic Controller

Prototipe Pemantau Dan Pengendali Lampu Lalu Lintas Berbasis µcat89s52

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN:

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SUATU PEMAHAMAN DASAR PERALATAN PENGENDALI DI INDUSTRI BAGI MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penerapannya yang semakin luas pada alat-alat elektronik dari segi audio dan

BAB III KONFIGURASI SISTEM

OMRON PCM1A. Programmable Logic Controller (PLC) ( Instruksi Dasar Pemrograman dengan Ladder Diagram )

Apa Itu PLC? Gambar 1.1 Penggunaan PLC di industri

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas

BAB III PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL)

PERENCANAAN APLIKASI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) OMRON CPM1A SEBAGAI PUSAT SISTEM PEMOMPAAN RPA I DAN RPA II DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU III

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan. Teknik Elektro Universitas Lampung

Optimalisasi Smart Relay Zelio sebagai Kontroler Lampu dan Pendingin Ruangan

MODEL SISTEM PARKIR INFORMATIF BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2014 sampai dengan Desember 2014.

Bab 2 Relay Prinsip dan Aplikasi

Pemrograman Programmable Logic Controller

DETEKTOR JUMLAH BARANG DI MINIMARKET MENGGUNAKAN SENSOR INFRARED DAN PPI 8255 SEBAGAI INTERFACE

Transkripsi:

SIMULASI KONTROL LAMPU LALU LINTAS SISTEM DETEKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PLC UNTUK PERSIMPANGAN JALAN WARIBANG-WR. SUPRATMAN DENPASAR Oleh :, I.B. Staff pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Udayana ABSTRAK Pengaturan lampu lalu lintas yang ada sekarang ini kebayakan menggunakan sistem pengaturan waktu tetap dimana lampu diatur agar bekerja berdasarkan waktu tetap, tanpa memperhatikan naik turunya arus lalu lintas. Untuk itu, ditawarkan suatu sistem detektor (traffic actuated).dengan memanfaatkan PLC (programmeble logic controller) sebagai kontroller. Pada penelitian ini dibuat suatu alat simulasi dengan PLC tipe CPM1A merk Omron. Proses kerja alat ini berupa pengiriman input dari sensor yang dipasang pada badan jalan, yang mana sensor ini mendekteksi ada dan tidaknya kendaraan. Alat yang dirancang ini berjalan dengan baik, dimana ada alat bekerja pada enam keadaan yaitu: keadaan upacara, prioritas phase I, prioritas phase II, emergency phase I, emergency phase II dan keadaan normal. Kata kunci : PLC, lampu lalu lintas, sistem detektor 1. PENDAHULUAN Pengaturan lampu lalu lintas yang ada sekarang ini kebanyakan menggunakan sistem pengaturan waktu tetap dimana lampu diatur agar bekerja berdasarkan waktu tetap, tanpa memperhatikan naik turunnya arus lalu lintas. Kelemahan dari sistem ini adalah kaku menyebabkan hambatan atau penundaan yang tidak perlu. Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem kontrol yang dapat mengurangi penundaan yang tidak perlu dan dapat memberikan prioritas untuk iring-iringan mobil pejabat, pemadam kebakaran dan ambulans tanpa mengalami hambatan akibat dari pengaturan lampu lalu lintas. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dibuat kontrol lampu lalu lintas sistem detektor (traffic actuated). Untuk membuat kontrol lampu lalu lintas sistem detektor selain detektor itu sendiri juga diperlukan suatu perangkat lain yang bisa mengontrol kerja lampu lalu lintas. Sistem kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan PLC tipe CPM1A merk Omron. PLC akan bekerja sesuai dengan input yang diterimanya. Ada enam kondisi input yaitu input untuk kondisi upacara, prioritas phase I, prioritas phase II, emergency phase I, emergency phase II dan input untuk kondisi normal. 2. PLC (programmable logic controller). PLC (Programmable Logic Controler) merupakan suatu peralatan elektronik yang dioperasikan secara digital. Didalamnya terdapat memori (yang dapat diprogram) tempat menyimpan intruksi-intruksi yang penggunaanya yang berkaitan dengan fungsi pengendalian tertentu. Didalamnya terdapat juga rangkaian logika, urutan eksekusi, perhitungan, selang waktu, dan fungsi aritmatika. PLC terdiri dari CPU (central prosesing unit), memori, pemrograman PLC, catu daya PLC, Masukan PLC, pengaturan atau antar muka masukan, keluaran PLC, pengaturan atau antar muka keluaran dan jalur ektensi atau tambahan. Gambar 1 Elemen-elemen dasar PLC 2.1 PLC Omron CPM1A Tiap-tiap PLC pada dasarnya merupakan sebuah mikrokontroller (CPU-nya PLC bisa berupa mikrokontroler maupun mikroprosesor) yang dilengkapi dengan periferal yang berupa masukan digital, keluaran digital atau relay. Perangkat lunak programnya menggunakan apa yang dinamakan sebagai diagram tangga atau ladder diagram. CPM1A memiliki 12 masukan (D0-D11) dan 8 keluaran (O0- O7). Gambar 2 PLC Omron CPM1A Teknologi Elektro 17 Vol.4.2 Juli - Desember 2005

Selain adanya indikator keluaran dan masukan, terlihat juga adanya 4 macam lampu indikator, yaitu: Tabel 1. Arti lampu indikator PLC CPM1A. Indikator Status PWR ON Catu daya disalurkan ke PLC (hijau) OFF Catu daya tidak disalurkan ke PLC PLC dalam kodisi mode kerja RUN ON RUN atau MONITOR. (hijau) PLC dalam kondisi mode PROGRAM OFF atau munculnya kesalahan yang fatal. Data sedang dikirim melalui port Kedip COMM perifedral. (kuning) Tidak ada proses pengiriman data OFF melalui port perifedral. Muncul suatu kesalahan fatal (operasi ON PLC berhenti). ERR/ALM Muncul Suatu kesalahan tak-fatal (merah) Kedip (operasi berlanjut). OFF Operasi berjalan dengan normal. Selain 4 lampu indikator, juga biasa ditemukan adanya fasilitas untuk melakukan hubungan komunikasi dengan komputer, melalui RS-232C atau yang lebih dikenal dengan port serial (perhatikan gambar 2 disebelah kanan). 2.1.1 Operasional PLC Omron CPM1A 2.1.1.1 Mode Kerja Unit PLC CPM1A dapat bekerja dalam tiga mode yaitu: 1. Mode PROGRAM Program atau diagram tangga tidak dapat bekerja dalam mode program ini. Mode ini digunakan untuk melakukan beberapa operasi dalam persiapan eksekusi program: a. Mengubah parameter-perameter inisial/operasi sebagaimana terdapat di dalam Setup PC. b. Menulis, menyalin atau memeriksa program. c. Memeriksa pengkabelan dengan cara memaksa bitbit I/O ke kondisi set atau reset. 2. Mode MONITOR. Program atau diagram tangga berjalan dalam MONITOR ini dan beberapa operasi dapat dilakukan melalui sebuah piranti pemrograman. Secara umum, mode MONITOR digunakan untuk melakukan lacakkesalahan (debug atau troubleshoting), operasi pengujian dan melakukan penyesuaian (adjustment): a. Pengendalian on-line (langsung). b. Mengawasi memori I/O selama PLC beroperasi. c. Memaksa set atau reset bit-bit I/O, mengubah nilainilai dan mengubah nilai saat ini selama PLC beroperasi. 3. Mode RUN. Program atau diagram tangga dijalankan dengan kecepatan normal pada mode run ini. Operasi-operasi seperti pengeditan on-line, memaksa set atau reset bitbit I/O dan mengubah nilai-nilai tidak dapat dilakukan dalam mode ini, tetapi status dari bit I/O dapat diawasi. 2.1.1.2 Struktur Memori PLC Omron CPM1A. Memori PLC Omron CPM1A memiliki fungsi-fungsi khusus. Masing-masing lokasi memori memiliki ukuran 16-bit atau 1 word, beberapa word membentuk daerah atau region dan masing-masing region ini memiliki fungsi khusus. 1. Daerah IR. Bagian memori ini digunakan untuk menyimpan status keluaran dan masukan PLC. Beberapa bit berhubungan langsung dengan terminal masukan dan keluaran PLC (terminal sekrup). Daerah memori IR terbagi atas tiga macam area yaitu: Tabel 2. Pembagian IR pada CPM1A Memori Word Bit Fungsi IR masukan keluaran kerja IR 000- IR009 IR 010- IR019 IR 020- IR049 IR 200- IR231 IR 000.00- IR009.15 IR 010.00- IR019.15 IR 020.00- IR049.15 IR 200.00- IR231.15 Bit-bit ini dapat dialokasikan ke terminalterminal I/O Bit-bit ini dapat digunakan dengan bebas didalam program 2. Daerah SR. Daerah ini merupakan bagian kusus dari lokasi memori yang digunakan sebagai bit-bit kontrol dan status (flag), digunakan untuk pencacah dan intrupsi. 3. Daerah TR. Saat pindah ke subprogram selama eksekusi program, maka semua data yang terkait hingga batasan RETURN subprogram akan disimpan dalam daerah TR ini. 4. Daerah HR. Bit-bit pada daerah HR ini digunakan untuk menyimpan data dan tidak akan hilang walaupun PLC sudah tidak mendapatkan catu daya atau PLC sudah dimatikan, karana menggunakan baterai. Untuk CPM1A daerah ini terdiri dari 20 word, HR00 hingga HR19 atau 320 bit, HR00.00 hingga HR19.15. 5. Daerah AR. Daerah AR merupakan daerah lain yang digunakan untuk menyimpan bit-bit kontrol dan status, kesalahan dan waktu sistem. Sebagaimana daerah HR, daerah AR juga dilengkapi dengan baterai, sehingga data-data kontrol maupun status tetap akan tersimpan walaupun PLC sudah dimatikan. Pada CPM1A daerah ini terdiri dari 24 word, AR00 hingga AR23 atau 384 bit, AR00.00 hingga AR23.15. 6. Daerah LR. Digunakan sebagai pertukaran data saat dilakukan koneksi atau hubungan dengan PLC yang lain. Untuk CPM1A, daerah ini terdiri dari 16 word, LR00 hingga LR15 atau 256 bit, LR00.00 hingga LR15.15. 7. Daerah Pewaktu/Pencacah (Timer/Counter)-T/C. Daearah ini digunakan untuk menyimpan nilainilai pewaktu atau pencacah. Untuk CPM1A terdapat 226 lokasi (TC000 hingga TC225). 8. Daerah DM. Daearah ini berisikan data-data yang terkait dengan pengaturan komunikasi dengan komputer dan data pada saat ada kesalahan. Teknologi Elektro 18 Vol.4.2 Juli - Desember 2005

Tabel 3. Pembagian DM pada CPM1A Memori Word Fungsi DM Read/write Error Log Read-0nly PC Setup DM0000- DM1999 DM2022- DM2047 (2026 word) DM2000- DM2021 (22 word) DM6144- DM6599 (456 word) DM6600- DM6655 (56 word) DM hanya bisa diakses dalam satuan word saja. Nilai yang tersimpan akan tetap tersimpan walaupun PLC dimatikan. Digunakan untuk menyimpan kode kesalahan (error) yang muncul. Word-word ini dapat digunakan sebagai sebagai DM baca/tulis jika fungsi pencatat kesalahan (error log) tidak digunakan. Tidak dapat ditumpangi data lain untuk program. Digunakan untuk menyimpan berbagai parameter yang mengontrol operasi PLC. 2.1.2 Jalur-jalur keluaran PLC Omron CPM1A. Omron CPM1A menggunakan keluaran berupa relay, dengan adanya relay ini, menghubungkan dengan piranti eksternal menjadi lebih mudah. sedangkan garis-garis cabang (the branching lines) adalah baris intruksi atau anak tangga. Gambar 5. Contoh Program Ladder Diagram. 2.1.4.2 Fungtion Chart. Simbol yang dapat digunakan dalam sistem funtion Chart berupa simbol-simbol gerbang logika. 000.00 010.00 000.01 Tombol_On Tombol_Off 000.00 000.01 010.00 Kontak_ 010.00 & & Out Gambar 6. Contoh Program Function Chart. 2.1.4.3 Statement List. Pada ststement list baris instruksi diberi nomor secara berurutan dan beraturan untuk setiap instruksinya. Tabel 4. Statement List. Alamat Singkatan Instruksi Sistem PLC Instruksi Sistem PLC Gambar 3. Relay sebagai keluaran pada PLC Omron. 2.1.3 Jalur-jalur masukan PLC Omron CPM1A. Berbagai macam sensor, saklar atau komponen-komponen lain yang dapat digunakan untuk mengubah status bit dari memori status masukan PLC dapat dipasang atau digunakan sebagai masukan ke PLC. CPM1A sudah dilengkapi sumber tegangan 24 VDC guna memicu masukan untuk bisa melakukan perubahan pada memori. 000.00 LD LOAD 010.00 OR OR 000.01 AND NOT AND NOT 010.00 OUT OUTPUT 3. Simulasi Kontrol Lampu Lalu Lintas Menggunakan PLC CPM1A Merk OMRON. Pada PLC alamat input/output yang dipakai adalah seperti tabel berikut: Tabel 5. Alamat / PLC. Alamat 000.00 saklar kondisi upacara. 000.01 sensor pada phase I Gambar 4. Menghubungkan saklar dengan masukan PLC. 2.1.4 Penulisan Program. Dalam penulisan suatu program pada PLC terdapat beberapa cara tergantung dari type PLC yang digunakan, secara umum cara yang digunakan adalah sebagai berikut: 2.1.4.1 Diagram tangga (ladder diagram). Sebuah diagram tangga atau ladder diagram terdiri dari sebuah garis menurun ke bawah pada sisi kiri dengan garis-garis bercabang ke kanan. Garis yang ada disebelah sisi kiri disebut palang bis (bus bar), 000.02 sensor pada phase II 000.03 saklar emergency phase I 000.04 saklar emergency phase II 010.00 lampu merah pada phase II 010.01 lampu hijau pada phase II 010.02 lampu kuning pada phase II 010.03 lampu merah pada phase I 010.04 lampu hijau pada phase I 010.05 lampu kuning pada phase I Teknologi Elektro 19 Vol.4.2 Juli - Desember 2005

L1 Fase 1 GND Ground L2 Netral + 24 VDC Catu daya internal PLC untuk input. - 24 VDC Catu daya internal PLC untuk input. 3 Prioritas (utaraselatan) 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 dt 4. Cara Kerja Alat. Alat bekerja dalam enam kondisi. Tapi untuk kondisi normal lama waktu hijau (green time) yang dihasilkan pada phase I adalah selama 9,695 detik dan pada phase II selama 20,740 detik, waktu merah (red time) adalah selama 28,741 detik untuk phase I dan 17,695 detik untuk phase II, sedangkan waktu kuning (yellow time) untuk kedua phase adalah selama 3 detik dan merah semua (all red) selama 2 detik. 4.1 Otomatis. Dalam kondisi otomatis alat bekerja pada empat kondisi yaitu: 4.1.1 Kosong Diketahui bahwa semua kondisi sensor (S 0, S 1, S 2, S 3, S 4 ) dalam keadaan Off dengan kondisi seperti ini nyala lampu lalu lintas bekerja secara bergantian. 4.1.2 Padat. Diketahui bahwa kondisi sensor phase I dan phase II dalam keadaan On (ada picuan) sedangkan saklar upacara (S 0 ), saklar emergency phase I (S 3 ) dan saklar emergency phase II (S 4 ) dalam keadaan Off dengan kondisi seperti ini nyala lampu lalu lintas bekerja secara bergantian. 4.1.3 Prioritas Pada. Diketahui bahwa kondisi sensor pada phase I dalam keadaan On (ada picuan) sedangkan sensor pada phase II dalam keadaan Off (tidak ada pemicuan) dan kondisi saklar upacara, saklar emergency pada phase I dan saklar emergency pada phase II dalam keadaan Off 4.1.4 Prioritas Pada. prioritas pada phase II sama halnya dengan kondisi prioritas pada phase I hanya saja yang mendapat kondisi hijau adalah phase II dan kondisi merah pada phase I. Tabel 6. Kerja alat kondisi otomatis. 1 Kosong 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10dt 4 Prioritas (barattimur) 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 dt : S0 = Saklar upacara. S1 = Sensor pada phase I.. S2 = Sensor pada phase II. S3 = Saklar emergency pada phase I S4 = Saklar emergency pada phase II. M = Merah. K = Kuning H = Hijau 4.2 Upacara. Dalam kondisi ini, dimana nyala lampu semua phase dalam keadaan merah (all red). Keadaan ini berlangsung selama sensor upacara (Saklar_Upacara) dalam keadaan ON (bekerja), walaupun ada permintaan dari sensor lainya baik itu saklar emergency ataupun sensor pada masing-masing phase. Tabel 6. Kerja alat kondisi otomatis. 1 Upacara 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 dt 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 dt 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 dt 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 dt 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 dt 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 21dt 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4 dt 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 dt 2 Padat 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 dt 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 dt 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 dt 4.3 Emergency. emergency pada emergency pada phase I dimana kondisi nyala lampu untuk phase I Teknologi Elektro 20 Vol.4.2 Juli - Desember 2005

(utara-selatan) adalah hijau dan kondisi nyala lampu pada phase II (barat-timur) adalah merah. Tabel 7. Kerja alat kondisi Emergency. 1 Emergency pada 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 dt 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 dt 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 dt 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 dt Dari tabel 7 diatas saklar emergency pada phase I (S 3 ) dalam keadaan On sedangkan saklar emergency pada phase II (S 4 ) dan saklar upacara (S 0 ) dalam keaadaan Off. lampu lalu lintas akan memberikan kondisi hijau untuk phase I dan kondisi merah untuk phase II tanpa memperhatikan rolling waktu dan keadaan sensor tekanan baik sensor pada phase I (S 1 ) dan sensor pada phase II (S 2 ). ini akan berakhir apabila saklar emergensi pada phase I kembali keposisi Off. 4.4 Emergency. emergency pada emergency pada phase II dimana kondisi nyala lampu untuk phase II (barat-timur) adalah hijau dan kondisi nyala lampu pada phase I (utara-selatan) adalah merah. Tabel 8. Kerja alat kondisi Emergency. 1 Emergency pada 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 dt phase I 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 dt 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 dt 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 dt Dari tabel 8 diatas saklar emergency pada phase II (S 4 ) dalam keadaan On sedangkan saklar emergency pada phase I (S 3 ) dan saklar upacara (S 0 ) dalam keaadaan Off. lampu lalu lintas akan memberikan kondisi hijau untuk phase II dan kondisi merah untuk phase I tanpa memperhatikan rolling waktu dan keadaan sensor tekanan baik sensor pada phase I (S 1 ) dan sensor pada phase II (S 2 ). ini akan berakhir apabila saklar emergensi pada phase II kembali keposisi Off. 5. SIMPULAN. 1. Persimpangan Jalan Waribang-WR. Supratman terbagi atas dua phase (stage) yaitu phase I untuk Jalan Waribang dengan Jalan Sulatri dan phase II untuk Jalan WR. Supratman. Besarnya waktu hijau (green time) yang dihasilkan pada phase I adalah selama 9,695 detik dan pada phase II selama 20,740 detik, waktu merah (red time) adalah selama 28,741 detik untuk phase I dan 17,695 detik untuk phase II, sedangkan waktu kuning (yellow time) untuk kedua phase adalah selama 3 detik dan merah semua (all red) selama 2 detik. 2. Pengaturan lampu lalu lintas dengan sistem detektor dapat mengurangi delay yang tidak perlu dan dapat mengkondisikan keadaan khusus (emergency) dengan dilakukan operasi saklar. 3. Tingkat pelayanan persimpangan setelah dilakukan pengaturan lalu lintas dengan sistem pengaturan lampu lalu lintas adalah A. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Agfianto, E.P., 2004. Konsep, Pemrograman dan Aplikasi. Yogyakarta: Gava Media. 2. Budianto, M 2003. Pengenalan Dasar-Dasar PLC. Yogyakarta: Gava Media 3. Crispin, AJ 1997. Programeble Logic Controller and Their Egineering Aplication Seccound Edition. London: MC Graw-Hill Publishing Company. 4. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2000. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib. Denpasar: Depertemen Perhubungan. 5. Malkhamah Siti 1996. Survey Lampu Lalu-Lintas dan Penghantar Manejemen Lalu-Lintas. Yogyakarta: KMTS FT UGM. 6. Omron. 2001. Sysmac CPM1A/CPM2A Programming Manual. Japan: Omron Corporation. 7. Omron. 2003. Sysmac CPM1A/ CPM2A Operation Manual. Japan: Omron Corporation. 8. Pignataro,L.J. 1973. Traffic engineering, theory And Practice, Praktice Hall Inc. New Jersey: Englewood Cliffs. 9. Sumisjokartono. 1995. Elektronika Praktis. Jakarta:Gramedia. 10. Telemecanique. 1999. Katalog Produk Indonesia. Jakarta: Schneider Industri. 11. Warpani, S. 1993. Rekayasa Lalu-Lintas. Jakarta: Bhratara. 12. Webb, JW 1999. Programeble Logic Controllers Principles and Aplications Fourth Edition. New Jersey: Pritice Hall. Gambar 7.Hasil Rancangan Simulasi Alat. Teknologi Elektro 21 Vol.4.2 Juli - Desember 2005