1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pulau-pulau kecil yang walaupun cukup potensial namun notabene memiliki banyak keterbatasan, sudah mulai dilirik untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kondisi keterpencilan, terbatasnya luasan lahan, terbatasnya sumberdaya manusia, dan berbagai keterbatasan lain, bukanlah halangan bagi kita untuk dapat memanfaatkan potensi-potensi lain yang cukup dapat diharapkan. Walaupun secara ekologis kondisi pulau-pulau kecil biasanya homogen, pada dasarnya pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil dapat bersifat multiple use. Sumberdaya pulau-pulau kecil misalnya, dapat saja dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas ekonomi, misalnya pariwisata, perikanan tangkap, perikanan budidaya dan lain-lain secara bersamaan atau bergantian sesuai kondisi alamnya. Potensi sumber daya pulau-pulau kecil yang tinggi saat ini belum atau belum banyak yang dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Potensi yang dimiliki tersebut antara lain keragaman hayati yang bernilai ekonomi tinggi (kerapu, kerang mutiara, ikan hias, napoleon, kima raksasa, teripang) serta kualitas keindahan terumbu karang dan keaslian dari pulau-pulau kecil yang berpotensi untuk pengembangan wisata bahari dimana kegiatan dari wisata bahari memiliki nilai keuntungan ekonomi paling tinggi dalam pemanfaatan terumbu karang jika pemanfaatannya secara lestari dibanding sektor lain, yaitu $ 23 100 - $ 270 000 per km 2 pertahun (Cesar 1997 in Burke et al. 2004). Wisata pada awalnya hanya dianggap sebagai salah satu bentuk aspek lain dari aktivitas manusia. Sejalan dengan berkembangnya zaman, perubahan global yang meliputi hubungan geopolitik, restrukturisasi keadaan dan pola sosial ekonomi, inovasi teknologi, tingginya perhatian dan kesadaran akan lingkungan menyebabkan pariwisata tidak sekedar memenuhi hukum permintaan saja tetapi memasuki spektrum yang lebih luas. Bagi sejumlah negara, pariwisata telah menjadi suatu industri utama andalan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
2 Kabupaten Buton merupakan daerah kepulauan dan 82% dari wilayahnya adalah perairan laut. Sebagai daerah kepulauan sumberdaya perikanan dan kelautan menjadi andalan modal dasar pembangunan daerah (DKP Buton 2006). Kabupaten Buton memiliki potensi perikanan dan wisata bahari yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ini terlihat pada beberapa lokasi di pulaupulau kecil Kabupaten Buton yang memiliki terumbu karang dan panorama bawah laut yang indah. Salah satu dari lokasi yang dimaksud adalah Pulau Liwutongkidi. 1.2 Perumusan Masalah Pemerintah Kabupaten Buton melalui Surat Keputusan Bupati Buton Nomor 1578 Tahun 2005 tentang Penetapan Pulau Liwutongkidi sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah, menjelaskan bahwa kegiatan ekowisata di wilayah KKLD Liwutongkidi (termasuk wilayah BASILIKA) diharapkan akan dapat memberikan kontribusi ekonomi dan membantu dalam pengelolaan KKLD. Hasil pengamatan visual yang dilakukan oleh Lembaga Napoleon (2006) menunjukkan bahwa kepulauan Silika (Siompu, Liwutongkidi, Kadatua) memiliki bentang terumbu karang tipe karang tepi (fringing reef). Sebaran vertikal terumbu karang umumnya pada rentang kedalaman 3 12 meter, dilanjutkan dengan bentangan pasir. Topografi bentang terumbu umumnya merupakan slope dengan kemiringan yang cukup curam. Kegiatan wisata dan rekreasi yang utama di Pulau Liwutongkidi saat ini adalah kegiatan di pantai dan wisata perairan. Hal ini menuntut diperhatikannya kelestarian ekosistem terumbu karang dan ekosistem lainnya diwilayah pesisir, karena pariwisata merupakan industri yang sangat peka terhadap perubahan eksternal, sehingga pemberdayaan masyarakat juga perlu jadi perhatian. Pemberdayaan masyarakat disini mencakup pemahaman akan potensi wisata. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini harus diarahkan pada peningkatan kesadaran dan kepedulian sehingga kelestarian lingkungan perairan dan daratannya dapat terjaga.
3 1.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah pentingnya melakukan suatu kajian kesesuaian dan daya dukung ekosistem terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti di pulau Liwutongkidi Kabupaten Buton. Selain itu diperlukan data potensi dan daya dukung lingkungan untuk pengembangan wisata bahari berbasis ekologis. Ekosistem terumbu karang yang terdapat dikawasan pesisir dan pulaupulau kecil memiliki beberapa manfaat. Manfaat yang terkandung dalam terumbu karang sangat besar dan beragam, yang dapat diidentifikasi ke dalam manfaat langsung yaitu sebagai habitat bagi ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan manfaat tidak langsung seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan sebagainya (Swearer et al. 1999 ; Cesar et al. 2003). juga merupakan lahan tempat mencari nafkah bagi masyarakat sekitarnya dan untuk pembangunan daerah. Melihat banyaknya fungsi yang dimiliki terumbu karang, bukan hal yang mustahil terjadi adanya benturan kepentingan antara para pihak yang terlibat dalam kegiatan didaerah pesisir dan pulau-pulau kecil. Benturan-benturan kepentingan ini pada akhirnya akan menempatkan kepentingan ekologi sebagai objek yang dikorbankan, sementara kemampuan sebagai suatu ekosistem untuk memulihkan kondisinya kembali seperti semula tergolong sangat lambat, sehingga pada akhirnya perlahan tapi pasti ekosistem terumbu karang akan makin terpuruk kondisinya dan bukan tidak mungkin suatu saat akan musnah keberadaanya. Menyadari akan pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suatu ekosistem dikaitkan dengan konsep keseimbangan lingkungan yang selama ini kita anut dan berhubungan pula dengan upaya untuk menjaga kelangsungan keanekaragaman hayati, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan dan konservasi serta kajian kesesuaian daya dukung ekosistem terumbu karang untuk pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan, salah satunya
4 untuk pengembangan wisata bahari. Alur berfikir yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pulau Liwutongkidi KKLD (SK Bupati Nomor 1578 Tahun 2005) Kawasan Wisata Perairan Potensi ekologis Potensi ekonomi Analisis kesesuaian untuk wisata Scenic Beauty Estimation (SBE) Analisis Travel Cost Method (TCM) Pengembangan Kawasan Pulau Liwutongkidi Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi kondisi ekologi terumbu karang di kawasan Pulau Liwutongkidi, 2. Menganalisis kesesuaian dan daya dukung terumbu karang bagi pengembangan ekowisata, dan 3. Mengestimasi nilai ekonomi wisata.
5 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak dalam memanfaatkan sumberdaya terumbu karang sebagai objek ekowisata dan sebagai arahan bagi pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan Pulau Liwutongkidi sebagai kawasan pengembangan ekowisata.