PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016


INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN UTARA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA(IPM) TAHUN 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BALI TAHUN 2017

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

Transkripsi:

BPS PROVINSI MALUKU No. 05/010/81/Th. I, 3 Oktober 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 Untuk melngkapi penghitungan IPM, UNDP memasukan aspek gender ke dalam konsep pembangunan manusia. IPG Maluku Tahun 2015 Pembangunan gender di Maluku pada tahun 2015 melambat ditandai dengan menurunya Indeks Pembangunan Gender (IPG) Maluku. Pada tahun 2015, IPG Maluku telah mencapai 92,54. Angka ini menurun sebesar 0,01 poin dibandingkan dengan IPG Maluku pada tahun 2014 yang sebesar 92,55. Pada tahun 2015, pembangunan gender di Maluku masih berstatus tinggi, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPG Maluku pada tahun 2015 tumbuh sebesar -0,01 persen dibandingkan tahun 2014. IDG Maluku Tahun 2015 Pemberdayaan gender di Maluku pada tahun 2015 mengalami perkembangan ditandai dengan meningkatnya Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Maluku. Pada tahun 2015, IDG Maluku telah mencapai 77,15. Angka ini menurun sebesar 0,17 poin dibandingkan dengan IPG Maluku pada tahun 2014 yang sebesar 76,99. Pada tahun 2015, pembangunan gender di Maluku masih berstatus tinggi, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IDG Maluku pada tahun 2015 tumbuh sebesar 0,22 persen dibandingkan tahun 2014. 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun 1995, lima tahun setelah UNDP memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). UNDP menggunakan metode yang sama hingga tahun 2009. Pada metode lama tersebut, IPG tidak mengukur langsung ketimpangan antar gender yang terjadi, namun hanya disparitas dari masing-masing komponen IPM untuk setiap gender. Selain itu, angka IPG metode ini tidak bisa diinterpretasikan terpisah dari IPM. Penghitungan IPG berhenti dilakukan oleh UNDP mulai tahun 2010 hingga 2013. Pada tahun 2014, UNDP kembali melakukan penghitungan IPG dengan menggunakan metode baru. Perubahan metode ini merupakan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi pada IPM. Selain sebagai penyempurnaan dari metode sebelumnya. IPG metode baru ini merupakan pengukuran langsung terhadap ketimpangan antar gender dalam pencapaian IPM. Pada metode baru ini digunakan rasio IPM perempuan dengan IPM laki- Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 1

laki, sehingga bisa terlihat pencapaian pembangunan manusia antara perempuan dengan laki-laki. Bagaimana Metode Baru? IPG pada tahun 2014 mengalami perubahan pada indikator yang digunakan dan juga metodologi penghitungannya. Dalam metode baru ini, dimensi yang digunakan masih sama seperti yang disampaikan sebelumnya, yaitu: 1) umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) 2) pengetahuan (knowledge); dan 3) standar hidup layak (decent standard of living). Menurut UNDP, ketiga dimensi tersebut digunakan sebagai pendekatan dalam mengukur kualitas hidup, dimana hakikatnya adalah mengukur capaian pembangunan manusia. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Pada tahun 2014, UNDP mengganti beberapa indikator untuk menyempurnakan metodologi yang digunakan. Pada dimensi pengetahuan dengan menggunakan angka harapan lama sekolah dan angka rata-rata lama sekolah. Selanjutnya untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. BPS mengukur dimensi umur panjang dan hidup sehat dengan menggunakan angka harapan hidup saat lahir yang didapatkan dari data Sensus Penduduk 2010 (SP2010). Kemudian mengukur dimensi pengetahuan dengan menggunakan angka harapan lama sekolah dan angka rata-rata lama sekolah yang didapatkan dari data SUSENAS. Selanjutnya untuk mengukur dimensi standar hidup layak tidak menggunakan PNB per kapita, karena tidak terdapat angka PNB per kapita hingga kabupaten/kota. Untuk dimensi ini, dilakukan pendekatan/proksi dengan menggunakan pengeluaran per kapita yang disesuaikan yang didapatkan dari SUSENAS. Pada penghitungan IPG, keseluruhan indikator diatas dihitung berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Pada indikator angka harapan lama sekolah, batas usia yang digunakan adalah 7 tahun ke atas. Ini merupakan indikator yang mengukur input dari dimensi pengetahuan. Sedangkan angka rata-rata lama sekolah memiliki batas usia yaitu 25 tahun ke atas. Indikator ini digunakan sebagai tolok ukur output dari dimensi pengetahuan. Sehingga pada dimensi ini, sudah mencakup baik indikator input maupun indikator output. Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat serta pengetahuan tidak diperlukan data sekunder dalam penghitungannya. Hanya pada dimensi standar hidup layak dibutuhkan beberapa data sekunder guna mendapatkan angka pengeluaran per kapita berdasarkan jenis kelamin. Data sekunder yang digunakan adalah upah yang diterima, jumlah angkatan kerja, serta jumlah penduduk untuk laki-laki dan perempuan. Penyusunan Indeks Komposit Penyusunan indeks komposit dimulai dengan membangun indeks untuk masingmasing komponen. Indeks untuk masing-masing komponen dihitung sama seperti pada metode lama. Perbedaannya hanya pada batasan untuk masing-masing komponen. Berikut adalah nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing komponen. 2 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

Tabel 1.1 Batas Minimum dan Maksimum Indikator IPG Maksimum Minimum Indikator Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) Angka Harapan Hidup (tahun) 82,5 87,5 17,5 22,5 Angka Harapan Lama Sekolah (tahun) 18 18 0 0 Angka Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 15 15 0 0 Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (Rp) 1.007.436 26.572.352 Penyusunan indeks masing-masing indikator, digunakan rumus sebagai berikut: ( ) ( ) dimana: : indeks komponen ke-i : nilai minimum komponen : nilai maksimum komponen Setelah masing-masing komponen memiliki indeks, dilakukan penghitungan untuk indeks pendidikan. Penghitungan indeks pendidikan menggunakan rata-rata aritmatik yaitu: Metode agregasi yang dilakukan guna mendapatkan angka IPM laki-laki dan perempuan sama seperti metode agregasi yang dilakukan ketika ingin mendapatkan angka IPM. Metode agregasi yang digunakan adalah rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut. Penggunaan rata-rata geometrik ini sangat beralasan, yaitu rata-rata geometrik cenderung sensitif terhadap ketimpangan. Tidak seperti rata-rata aritmatik yang dapat menutupi ketimpangan yang terjadi antardimensi, rata-rata geometrik menuntut keseimbangan antardimensi. Pada metode baru, penghitungan angka IPG tidak lagi dengan membandingkannya dengan angka IPM, namun dengan menggunakan rasio sebagai berikut. Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 3

Angka ini menunjukkan rasio antara pembangunan perempuan dan pembangunan laki-laki. Ketika angka indeks pembangunan gender makin mendekati 100, maka pembangunan gender semakin seimbang atau merata. Namun semakin menjauhi 100, maka pembangunan gender makin timpang antar jenis kelamin. Perubahan Interpretasi Akibat perubahan metodologi yang terjadi, terjadi pula perubahan interpretasi dari angka IPG. Pada metode lama, angka IPG yang dihasilkan harus dibandingkan dengan angka IPM. Semakin kecil selisih angka IPG dengan angka IPM, maka semakin kecil ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Pada metode baru, interpretasi dari angka IPG berubah. Interpretasi angka IPG tidak perlu dibandingkan lagi dengan angka IPM. Semakin kecil jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin setara pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Namun semakin besar jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin terjadi ketimpangan pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Angka 100 dijadikan patokan untuk menginterpretasikan angka IPG karena angka tersebut merupakan nilai rasio paling sempurna. Perkembangan IPG Maluku Tahun 2010-2015 Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender. Secara umum, pembangunan gender Maluku terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPG Maluku meningkat dari 91,79 pada tahun 2010 menjadi 92,54 pada tahun 2015. Selama periode tersebut, IPG Maluku rata-rata tumbuh sebesar 0,16 persen per tahun. Pada periode 2014-2015, IPG Maluku tumbuh -0,01 persen. Pertumbuhan pada periode tersebut melambat apabila dibandingkan dengan kenaikan pada perode 2013-2014, yakni tumbuh sebesar 0,10 persen. Meskipun selama periode 2010 hingga 2015 IPG Maluku menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan gender Maluku masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan gender Maluku masih berstatus tinggi, dan masih sama sejak tahun 2010. 4 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER MENURUT PROVINSI, 2014 dan 2015 CAPAIAN IPG 2014 Papua: DKI Jakarta: 94,60 Sumbar: 94,74 CAPAIAN IPG 2015 Papua: 78,52 1 90-100 2 85-90 0-85 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 5

Tabel 1.1. IPG MENURUT PROVINSI, 2010-2015 Provinsi/Kabupaten/Kota IPG 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ACEH 89,05 89,30 90,32 90,61 91,50 92,07 SUMATERA UTARA 89,43 89,57 90,04 90,07 90,26 90,96 SUMATERA BARAT 91,98 92,82 92,98 93,02 94,04 94,74 RIAU 85,17 85,74 86,29 86,74 87,62 87,75 JAMBI 83,04 83,94 85,91 87,69 87,88 88,44 SUMATERA SELATAN 89,73 89,92 90,79 91,25 91,64 92,22 BENGKULU 88,88 89,47 90,51 90,55 91,02 91,38 LAMPUNG 87,18 88,23 88,49 88,84 89,62 89,89 KEP. BANGKA BELITUNG 86,87 87,10 87,54 87,73 87,74 88,37 KEPULAUAN RIAU 92,05 92,11 92,23 92,81 93,20 93,22 DKI JAKARTA 93,76 93,76 94,11 94,26 94,60 94,72 JAWA BARAT 86,94 87,12 87,79 88,21 88,35 89,11 JAWA TENGAH 90,32 90,92 91,12 91,50 91,89 92,21 D I YOGYAKARTA 92,82 93,56 93,73 94,15 94,31 94,41 JAWA TIMUR 88,80 89,28 89,36 90,22 90,83 91,07 BANTEN 90,22 90,22 90,28 90,31 90,99 91,11 BALI 90,90 91,67 92,78 93,00 93,32 92,71 NUSA TENGGARA BARAT 86,53 87,60 88,85 89,44 90,02 90,23 NUSA TENGGARA TIMUR 90,06 90,66 91,47 91,74 92,76 92,91 KALIMANTAN BARAT 84,09 84,10 84,28 84,39 84,72 85,61 KALIMANTAN TENGAH 88,02 88,11 88,13 88,47 89,33 89,25 KALIMANTAN SELATAN 88,00 88,09 88,33 88,33 88,46 88,55 KALIMANTAN TIMUR 83,00 83,18 84,33 84,69 84,75 85,07 KALIMANTAN UTARA 85,63 85,67 85,68 SULAWESI UTARA 93,10 93,29 93,38 93,75 94,58 94,64 SULAWESI TENGAH 91,23 91,70 91,77 91,84 92,69 92,25 SULAWESI SELATAN 91,54 91,79 91,96 92,34 92,60 92,92 SULAWESI TENGGARA 87,90 88,06 88,42 89,24 89,56 90,30 GORONTALO 83,26 84,19 84,54 84,57 85,09 85,87 SULAWESI BARAT 87,53 87,60 87,90 88,56 89,18 89,52 MALUKU 91,79 92,36 92,38 92,46 92,55 92,54 MALUKU UTARA 85,29 85,31 87,06 87,96 88,79 88,86 PAPUA BARAT 81,15 81,34 81,57 81,72 81,95 81,99 PAPUA 73,93 74,99 76,42 77,61 78,57 78,52 INDONESIA 89,42 89,52 90,07 90,19 90,34 91,03 Tabel 1.2. IPG PROVINSI MALUKU, 2010-2015 AHH EYS MYS Pengeluaran IPM Tahun Laki- Laki Perem puan Laki- Laki Perem puan Laki- Laki Perem puan Laki- Laki Perem puan Laki- Laki Peremp uan IPG 2010 62,59 66,42 12,39 12,88 8,95 8,35 10.733 6.717 68,56 62,93 91,79 2011 62,74 66,58 12,46 13,24 8,99 8,41 10.773 7.798 68,79 63,53 92,36 2012 62,90 66,74 12,65 13,32 9,03 8,47 10.813 6.880 69,14 63,88 92,38 2013 63,04 66,90 13,01 13,70 9,11 8,52 10.854 6.929 69,69 64,43 92,46 2014 63,11 66,98 13,33 13,72 9,42 8,90 10.874 7.097 70,41 65,16 92,55 2015 63,11 67,28 13,47 13,73 9,42 8,91 10.989 7.217 70,80 65,52 92,54 6 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

2. INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER (IDG) Indeks pemberdayaan gender (IDG) memperlihatkan sejauh mana peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi yang disebut sebagai dimensi IDG. Dalam penghitungan IDG, terlebih dahulu dihitung EDEP yaitu indeks untuk masingmasing komponen berdasarkan persentase yang ekuivalen dengan distribusi yang merata (Equally Distributed Equivalent Persentage). Selanjutnya, masing-masing indeks komponen, yaitu nilai EDEP dibagi 50. Nilai 50 dianggap sebagai kontribusi ideal dari masing-masing kelompok gender untuk semua komponen IDG. Untuk penghitungan masing-masing indeks dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Penyusunan Indeks Indeks keterwakilan di parlemen (I par ) ( ) dan { } dimana, P f = proporsi penduduk perempuan P m = proporsi penduduk laki-laki X f = proporsi keterwakilan perempuan di parlemen X m = proporsi keterwakilan laki-laki di parlemen 2. Indeks pengambilan keputusan (I DM ) ( ) dan { } dimana, P f = proporsi penduduk perempuan P m = proporsi penduduk laki-laki Y f = proporsi perempuan sebagai tenaga profesional Y m = proporsi laki-laki sebagai tenaga professional 3. Indeks distribusi pendapatan (I inc-dis ) Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 7

Penghitungan indeks distribusi pendapatan menggunakan formula yang sama dengan penghitungan IPM metode lama. Untuk menghitung indeks ini digunakan batas maksimum dan minimum dari pengeluaran perkapita. Batas maksimum dan minimum pengeluaran perkapita pada metode lama adalah sebagai berikut: Komponen Satuan Minimum Maksimum Pengeluaran a. 300.000 (1996) Rupiah 732.720 perkapita b. 360.000 (1999 dst) Sebelumnya harus menghitung terlebih dahulu proporsi sumbangan pendapatan yang diperoleh dari: Dimana i = Laki-laki (m) atau perempuan (f) Kemudian menghitung EDEP dengan rumus sebagai berikut. ( ) dan ( ) dimana, P f = proporsi penduduk perempuan P m = proporsi penduduk laki-laki Z f = proporsi sumbangan pendapatan perempuan Z m = proporsi sumbangan pendapatan laki-laki 4. Indeks pemberdayaan gender IDG = 1/3 (I( par ) + I( DM ) +I (inc-dis) ) 8 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

Perkembangan IDG Maluku Tahun 2010-2015 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menunjukkan apakah wanita dapat secara aktif berperan serta dalam kehidupan ekonomi dan politik.. Secara umum, pemberdayaan gender Maluku terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPG Maluku meningkat dari 75,94 pada tahun 2010 menjadi 77,15 pada tahun 2015. Selama periode tersebut, IDG Maluku tumbuh 0,22 persen. Pertumbuhan pada periode tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan perode 2013-2014, yakni tumbuh sebesar -3,38 persen. Meskipun selama periode 2010 hingga 2015 IPG Maluku menunjukkan kemajuan yang besar, status pemberdayaan gender Maluku masih stagnan. Hingga saat ini, pemberdayaan gender Maluku masih berstatus tinggi, dan masih sama sejak tahun 2010. Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 9

CAPAIAN IDG MENURUT PROVINSI, 2014 DAN 2015 CAPAIAN IDG 2014 Kalteng: 77,90 Papua Barat: 47,97 Kalteng: 77,87 CAPAIAN IDG 2015 Papua Barat: 48,19 1 70-80 2 60-70 50-60 4 40-50 10 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

Provinsi/Kabupaten/Kota Tabel 2.1. IDG MENURUT PROVINSI, 2010-2015 Keterlibatan Perempuan di Parlemen (%) Perempuan sbg Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) Aceh 14,81 52,43 33,72 65,57 Sumatera Utara 13,00 53,47 35,99 66,83 Sumatera Barat 10,77 56,75 36,40 64,06 Riau 27,69 49,24 27,58 74,59 Jambi 14,55 48,66 28,82 64,22 Sumatera Selatan 17,33 53,31 34,55 70,36 Bengkulu 15,56 52,27 35,10 68,86 Lampung 13,10 46,24 29,02 62,01 Kep. Bangka Belitung 8,89 49,64 25,17 56,29 Kepulauan Riau 13,33 46,41 27,12 62,15 Dki Jakarta 17,92 44,69 37,54 71,41 Jawa Barat 22,00 40,00 29,03 69,02 Jawa Tengah 24,24 47,72 34,06 74,80 D I Yogyakarta 12,73 45,30 40,46 68,75 Jawa Timur 15,00 46,44 35,17 68,41 Banten 18,82 41,32 30,34 67,94 Bali 9,09 45,46 36,39 62,99 Nusa Tenggara Barat 9,23 43,95 31,68 58,69 Nusa Tenggara Timur 10,77 47,52 42,71 64,75 Kalimantan Barat 10,77 46,77 34,87 64,44 Kalimantan Tengah 26,67 45,07 33,26 77,87 Kalimantan Selatan 16,36 45,03 35,38 70,05 Kalimantan Timur 10,91 42,40 22,54 55,96 Kalimantan Utara 20,00 39,70 25,41 67,31 Sulawesi Utara 28,89 55,16 30,81 76,43 Sulawesi Tengah 15,56 48,30 29,30 65,57 Sulawesi Selatan 17,65 52,95 31,12 66,99 Sulawesi Tenggara 20,00 48,73 35,85 72,14 Gorontalo 28,89 58,53 25,05 69,26 Sulawesi Barat 18,75 53,28 36,17 72,19 Maluku 26,67 49,71 37,09 77,15 Maluku Utara 13,89 44,57 36,32 65,74 Papua Barat 4,44 37,52 25,86 48,19 Papua 12,73 34,08 35,97 63,69 Indonesia 17,32 46,03 36,03 70,83 IDG Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 11

TAHUN Tabel 2.2. IDG PROVINSI MALUKU, 2010-2015 Keterlibatan Perempuan di Parlemen (%) Perempuan sebagai Tenaga Profesional (%) Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) 2010 28,89 42,44 34,62 75,94 2012 28,89 50,81 35,13 76,51 2012 31,82 49,68 35,58 78,72 2013 33,33 48,95 36,22 79,93 2014 26,67 48,79 36,88 76,99 2015 26,67 49,71 37,09 77,15 IDG 12 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016

CATATAN TEKNIS I. Sumber Data o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). o Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS) II. Penyusunan Indeks Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: Indeks Kesehatan I Kese atan AHH AHH min AHH maks AHH min Indeks Pendidikan I HLS I RLS HLS HLS min HLS maks HLS min RLS RLS min RLS maks RLSS min I Pendidikan I HLS +I RLS Indeks Pengeluaran I pengeluaran ln pengeluaran ln pengeluaran maks ln pengeluaran min ln pengeluaran min Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut. Komponen Satuan Min Max Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH 0) Tahun 20 85 Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Rupiah 1.007.436 26.572.352 Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai: IPM I Kese atan I Pendidikan I Pengeluaran III. Status Pembangunan Manusia Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pembangunan manusia. 1. Kelompok sangat tinggi : IPM 80 2. Kelompok tinggi : 70 IPM < 80 3. Kelompok sedang : 60 IPM < 70 4. Kelompok rendah : IPM < Berita 60 Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016 13

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: BIDANG NERACA WILAYAH DAN ANALISIS BPS PROVINSI MALUKU u.p. Erhard V. Hatulesila, SE., MM BPS PROVINSI MALUKU Jl. Wolter Mongonsidi-Passo Ambon - 97232 Telepon: (0911) 361320-361321, Fax (0911) 361319 E-mail: bps8100@mailhost.bps.go.id 14 Berita Resmi Statistik No. 05/10/81/Th. I, 3 Oktober 2016