1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini jumlah bank yang terdaftar di Bank Indonesia mencapai 145. Tabel 1.1 Jumlah Bank yang Terdaftar di BI

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga yang mengumpulkan dana dari

PENDAHULUAN. Industri Perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut, dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi dilakukan

I. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam khasanah lembaga bank, sebagai pelaku bisnis dan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu diantara lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. demikian, rasio tersebut relatif lebih rendah di banding negara kawasan Asia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bahkan dunia. dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia perbankan saat ini semakin pesat, banyak

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Kesatuan yuridis merupakan badan usaha yang umumnya berbadan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan pengeluaran dalam satu periode. Kinerja keuangan bank merupakan salah satu kondisi keuangan bank pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat pun semakin pintar dan

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau memenangkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds), dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (lack of funds). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, serta bank juga melayani kebutuhan pembiayaan, melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian dan peredaran uang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan fasilitas jasa bank lainnya. Dilihat dari segi kepemilikannya, bank umum terdiri dari bank pemerintah (BUMN dan BPD), bank swasta nasional, bank asing dan bank campuran. Sebelum terjadi krisis moneter, jumlah bank BUMN di Indonesia cukup banyak, namun setelah periode krisis moneter jumlah bank BUMN hanya empat bank, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN) dan Bank Mandiri (gabungan dari Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor, Bank Bumi Daya dan Bank Pembangunan Indonesia). Industri perbankan saat ini merupakan salah satu industri yang menunjukan persaingan yang begitu ketat. Persaingan yang ketat dapat dilihat dari banyaknya jumlah bank yang beroperasi di Indonesia. Dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Desember 2014, jumlah bank umum yang beroperasi sebanyak 119 bank yang terdiri dari 4 Bank BUMN, 38 BUSN devisa, 29 BUSN non devisa, 26 BPD, 12 Bank Campuran dan 10 Bank Asing. Persaingan antar kelompok bank yang ada di Indonesia, tampak jelas terjadi pada bank BUMN dan bank swasta (devisa) jika dilihat dari total pangsa pasarnya, dimana bank BUMN dan bank swasta mampu mendominasi pangsa pasar industri perbankan nasional dengan total 76%, hal tersebut tersaji pada Gambar 1. Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2014) Gambar 1 Pangsa pasar perbankan nasional berdasarkan total aset tahun 2014

2 Persaingan antara bank BUMN dan bank swasta tidak hanya terjadi pada perebutan market share di industri perbankan nasional, akan tetapi persaingan tersebut juga terjadi pada perkembangan jaringan bisnis dan pertumbuhan aset dari masing-masing kelompok bank. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Jumlah bank dan kantor bank BUMN dan swasta tahun 2013 2014 Kelompok Bank Bank BUMN BUSN (devisa) Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2014) Tahun 2013 2014 Jumlah Bank 4 4 Jumlah Kantor 6415 7198 Jumlah Bank 38 38 Jumlah Kantor 8052 8313 Berdasarkan pada Tabel 1, perbankan Indonesia dari kelompok bank BUMN dan bank swasta nasional (devisa) terus memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor di berbagai pelosok Indonesia. Dalam satu tahun terakhir ini (2013 2014) tercatat lebih dari 1000 unit kantor baru (kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas) dari kelompok bank BUMN dan bank swasta nasional (devisa). Pada tahun 2014, kelompok bank BUMN mengalami peningkatan jumlah kantor yang cukup besar yaitu 783 kantor. Jika dilihat dari jumlah kantor yang tersebar tersebut, bank BUMN memiliki jaringan yang kuat di seluruh wilayah Indonesia mengingat kelompok bank BUMN ini hanya berjumlah empat bank, sedangkan pada kelompok bank swasta nasional (devisa) terjadi peningkatan sebesar 261 kantor. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bank BUMN merupakan bank yang cukup agresif dalam melakukan pengembangan jaringan usahannya. Tabel 2 Laju pertumbuhan aset 10 bank terbesar di Indonesia pada tahun 2014 Total aset (triliun rupiah) CAGR Nama Bank Tahun (%) 2010 2011 2012 2013 2014 PT. BRI 398.393 456.531 535.209 606.370 778.018 18,21 PT. Bank Mandiri 406.000 489.107 563.105 648.250 757.039 16,86 PT. BNI 240.294 288.512 321.534 370.716 393.467 13,12 PT. BTN 68.386 89.122 111.749 131.170 144.576 20,58 Rata-rata bank BUMN 17,19 PT. Bank Central Asia 320.586 377.251 436.795 488.498 541.984 14,03 PT. Bank CIMB Niaga 142.637 164.138 192.613 211.427 226.910 12,31 PT. Bank Permata 73.582 101.534 132.130 165.543 185.091 25,94 PT. Bank Danamon 110.858 127.183 130.475 152.021 163.245 10,16 PT. Bank Panin 105.425 118.269 141.451 154.129 159.034 10,82 PT. BII 71.580 90.7401 111.161 134.446 135.241 17,24 Rata-rata bank swasta 15,08 Sumber: Laporan tahunan 2010 2014

Berdasarkan besaran aset dari tahun 2010 2014, laju pertumbuhan tahunan kelompok bank BUMN lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok bank BUMN memiliki penambahan aset yang lebih besar dari bank swasta nasional. Menurut pendapat Tanggulungan (2012), bahwa bank pemerintah memiliki keuntungan permodalan yang kuat karena kepemilikan mayoritas oleh pemerintah, sehingga dipersepsikan sebagai bank yang dalam hal permodalan dan kinerjanya akan selalu didukung oleh pemerintah. Persentase dari compound annual growth rate dapat dijadikan sebagai proyeksi pertumbuhan suatu bank dalam meningkatkan persaingannya. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa antara bank BUMN dan bank swasta memiliki tingkat persaingan yang cukup ketat dan kompetitif jika dilihat dari potensi pertumbuhan aset masing-masing bank. Hal ini juga dicerminkan dari selisih laju pertumbuhan aset keduanya yang relatif rendah. Dalam menentukan kinerja suatu bank lebih baik daripada bank lainnya, diperlukan adanya analisis atas laporan keuangan bank. Analisis rasio keuangan sering kali dipergunakan sebagai alat ukurnya. Menurut Sajali (2002), analisis rasio yang sering digunakan untuk menilai kinerja bank adalah analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Alat analisis rasio ini memiliki keterbatasan-keterbatasan diantaranya: (1). kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibeberapa bidang usaha, (2). informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan (Sawir 2005), dan (3). kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya (Harahap 2002). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei (2004), bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum dapat dilihat dari aspekaspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Ketentuan nilai kesehatan suatu bank didasarkan pada peringkat komposit yaitu PK-1 mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat, PK-2 sehat, PK-3 cukup sehat, PK-4 kurang sehat, dan PK-5 tidak sehat. Dalam prakteknya indikator CAMEL tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalam menilai kinerja keuangan suatu bank, hal ini dikarenakan keterbatasan akan aksesbilitas dan kompatibilitas data yang dibutuhkan, karena hanya pihak bank dan pengawas yang memiliki kemampuan dalam mengakses data tersebut, pihak publik hanya mampu mengakses hal-hal yang bersifat umum seperti laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan hanya mengukur aspek yang sifatnya kuantitatif. Menurut Sulistiyowati (2010), bahwa pendekatan CAMEL untuk menganalisis kinerja suatu bank dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat ditentukan, subyektifitas dan adakalanya ketidakkonsistenan, kelemahan lain dari metode CAMEL yang dirasakan perlu diperhatikan adalah persentase nilai bobot untuk variabel loan to deposit ratio yang sangat kecil (5%), padahal variabel tersebut sangat penting dalam menentukan laba perbankan. Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan dari analisis rasio keuangan tersebut, maka diperlukan suatu metode analisis yang merupakan penyempurna dari analisis rasio keuangan konvensional, yaitu analisis rasio dengan menggunakan metode radar. Menurut Hermanto (1993), metode radar merupakan bentuk gambaran visual ikhtisar perhitungan rasio kinerja perusahaan yang merupakan penyempurnaan dari analisis rasio keuangan. Tujuannya untuk 3

4 memberikan gambaran yang menyeluruh tentang posisi perusahaan dan kemungkinan perkembangannya. Analisis radar mampu memberikan wawasan jangka menengah dan jangka panjang dibandingkan dengan analisis rasio tradisional (dupont) yang bersifat jangka pendek (Hermanto 1993). Metode radar dikatakan sebagai penyempurna dari rasio keuangan konvensional dikarenakan adanya indikator tambahan berupa analisis potensi pertumbuhan perusahaan, yang dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat perkembangan suatu perusahaan. Kelebihan lain dari metode radar yang dapat diidentifikasi adalah memiliki bobot atau kepentingan yang sama dari setiap aspek kinerja keuangannya, sehingga jika bank tidak mampu menjaga kinerja keuangan dari setiap aspeknya, maka bank tersebut memiliki kemungkinan mengalami masalah dalam menjalankan kegiatan usahanya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kelebihan yang ada pada metode ini, maka diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih komprehensif dibandingkan dengan alat analisis rasio keuangan lain pada umumnya. Penelitian dengan menggunakan metode radar pada industri perbankan dapat dikatakan masih sangat jarang digunakan oleh para analis. Diketahui bahwa Nasta (2004) melakukan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode radar serta cluster strategis pada bank umum nasional devisa di Indonesia, dan Pratiwi (2001) dalam menguji analisis cluster strategis dengan metode radar pada kelompok bank umum di Indonesia. Berdasarkan dua penelitian tersebut, metode radar dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu aspek likuiditas, solvabilitas, produktivitas, profitabilitas dan potensi pertumbuhan. Dengan masih sangat jarangnya metode ini digunakan dan dengan kelebihan metode radar sebagai penyempurna dari analisis rasio keuangan, peneliti tertarik menggunakan metode ini untuk mengukur kinerja keuangan antara kelompok bank BUMN dan bank swasta. Kinerja keuangan juga menjadi dasar bagi investor dalam menentukan keputusan investasinya, karena berhubungan dengan prediksi atau naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut untuk mendapatkan kemungkinan keuntungan yang besar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembelian saham suatu perusahaan didasarkan pada pertimbangan kinerja keuangannya (Wijayanti 2010). Oleh karena itu, bagi sebuah perusahaan menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap diminati oleh investor, karena semakin banyak investor yang membeli saham suatu perusahaan, maka harga sahamnya akan semakin naik. Menurut Devitra (2013), mengungkapkan bahwa semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Dalam proses pemilihan saham diperlukan adanya suatu alat analisis atau pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian suatu saham. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh para investor untuk menilai kewajaran harga saham di bursa efek adalah price earning ratio (Guler dan Yimaz 2008). Para pelaku pasar modal lebih menaruh perhatian terhadap PER yang dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan (Sartono 2001). Menurut Sitepu dan Linda (2013), para investor biasanya lebih

menyukai price earning ratio untuk digunakan dalam membantu mengidentifikasi harga saham, sehingga investor dapat mengambil suatu keputusan dalam menghadapi fluktuasi harga saham dengan cara membeli saham yang undervalue dan menjualnya saat overvalue, serta mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini PER dijadikan sebagai indikator harga saham, karena indikator tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap penentuan keputusan investor dalam memilih saham suatu perusahaan. Hayati (2010), menjelaskan bahwa alasan utama price earning ratio digunakan dalam analisis harga saham, karena PER akan memudahkan dan membantu para analis dan investor dalam penilaian saham, di samping itu PER juga dapat membantu para analis untuk memperbaiki judgement karena harga saham pada saat ini merupakan cermin prospek perusahaan di masa yang akan datang. Saham dengan nilai PER yang tinggi memberikan indikasi bahwa prospek ke depan saham tersebut baik dan akan tercermin pada tingginya harga saham (Purwaningrum 2011). 5 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, terlihat adanya persaingan antara kelompok bank BUMN dengan bank swasta jika dilihat dari pertumbuhan aset keduanya, dimana kelompok bank swasta mampu mendekati perolehan dari bank BUMN, meskipun bank swasta memiliki perkembangan jaringan usaha yang jauh lebih rendah daripada bank BUMN. Berdasarkan dari hasil penelitianpenelitian sebelumnya disebutkan bahwa, kinerja keuangan kelompok bank BUMN tidak selalu lebih baik dari bank swasta, bahkan kinerja keduanya dapat dikatakan sama. Hal ini diungkapkan oleh Tanggulungan (2012), bahwa kinerja keuangan bank pemerintah dari sisi capital, earning, dan liquidity tidak berbeda secara signifikan dengan bank swasta, sedangkan dalam penelitian dari Marsuki et al. (2012), disebutkan bahwa kinerja rasio likuiditas bank swasta lebih baik daripada bank pemerintah, namun untuk kinerja rasio kecukupan modal dan profitabilitasnya tidak berbeda signifikan atau sama, begitu juga dengan penelitian Ahmad et al. (2014), yang menyebutkan bahwa nilai rata-rata kinerja rasio likuiditas bank swasta lebih baik daripada bank BUMN, namun untuk kinerja profitabilitasnya, bank BUMN lebih baik daripada bank swasta, sedangkan kinerja kecukupan modal kedua kelompok bank tidak berbeda signifikan atau sama. Berdasarkan uraian tersebut, hasil penelitian yang membandingkan kinerja bank pemerintah (BUMN) dan bank swasta nasional sangat beragam, sehingga memunculkan sebuah pertanyaan tentang kinerja keuangan yang sebenarnya dari masing-masing kelompok bank, apakah bank tersebut mengalami kemajuan yang signifikan atau justru mengalami kemunduran. Hai ini tentunya mendorong adanya pengujian atau penelitian lebih lanjut, selain untuk mengetahui perkembangan dari kedua kelompok bank tersebut, juga untuk memberikan gambaran lain terkait perbandingan kinerja keuangan antara bank BUMN dan bank swasta dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu metode radar. Dalam penelitian ini dilakukan analisis harga saham. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari kinerja keuangan bank terhadap harga sahamnya atau dengan kata lain untuk melihat variabel-variabel kinerja keuangan bank yang

6 paling diapresiasi oleh investor atau pasar modal sebagai penentu keputusan investasinya. Menurut Haryetti (2012), dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan akan dapat mempengaruhi harga sahamnya, karena informasi dari laporan keuangan atau rasio keuangan akan memberi pengaruh terhadap keputusan para investor dalam menanamkan modalnya. Sehingga semakin baik kinerja suatu bank maka akan semakin berminat investor untuk menanamkan modalnya dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan antara kelompok bank BUMN dan bank swasta? 2. Bagaimana pengaruh variabel kinerja keuangan bank terhadap harga saham? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis perbandingan kinerja keuangan antara kelompok bank BUMN dan bank swasta. 2. Menganalisis pengaruh variabel kinerja keuangan bank terhadap harga saham. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat umum pengguna jasa perbankan baik kreditur, debitur maupun investor dalam menganalisis kinerja bank sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya. Bagi sektor industri perbankan, hal ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan finansial guna meningkatkan kinerja perusahaannya, sehingga dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan secara akademis, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur di bidang manajemen keuangan. Selain itu diharapkan pula dapat memperkaya pengembangan ilmu dalam bidang keuangan perbankan. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Perbankan Penilaian kinerja perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan karena operasi perbankan sangat peka terhadap maju mundurnya perekonomian suatu negara (Setyani 2002). Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam kegiatan operasionalnya, baik yang menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan, penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Menurut Widati (2012), bahwa bank dikatakan memiliki kinerja yang baik jika mampu menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan modal yang memadai.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB