BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

HUBUNGAN ANTARA PUSAT KENDALI (LOCUS OF CONTROL) DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak pulau serta keragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

PETUN JUK PENGERJAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang menjelaskan bahwa individu berperilaku dipengaruhi ekspektasi mengenai dirinya (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011) menyatakan bahwa locus of control merupakan gambaran keyakinan individu mengenai sumber penentu prilakunya. Menurut Rotter, terdapat empat aspek yang mendasari locus of control yaitu potensi prilaku, harapan, P-valuensur penguat dan suasana psikologis. Menurut Levenson (dalam Azwar, 2004) locus of control adalah kecenderungan pusat kendali individu yang dikenal juga dengan kecenderungan arah atribusi. Dalam bukunya Introduction to Psychology, Morgan (1986) menjelaskan bahwa locus of control adalah keyakinan individu yang berkaitan dengan penyebab berbagai peristiwa atau kejadian dalam hidupnya. Dengan demikian, locus of control adalah keyakinan individu terhadap penyebab utama perilaku dan kejadian serta peristiwa dalam hidupnya, apakah disebabkan oleh faktor dalam dirinya yaitu keputusan dan keinginannya sendiri atau disebabkan oleh faktor lain di luar dirinya. 11

12 2. Dimensi Locus of Control Menurut Rotter (1975) ada dua bentuk locus of control yaitu internal locus of control dan external locus of control (Baron, 1984). Individu dengan locus of control internal memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengendalikan kehidupannya sendiri. Individu bertindak berdasarkan keputusan, kemampuan dan usaha pribadinya sendiri. Sebaliknya, individu dengan locus of control eksternal meyakini bahwa kehidupannya dipengaruhi faktor lain diluar dirinya. Individu percaya bahwa tindakannya dikendalikan oleh nasib, keberuntungan, orang lain atau kekuatan lain diluar dirinya (Holt, 2007). Senada dengan pendapat Rotter, Morgan (1986) mengatakan bahwa jika individu meyakini bahwa dirinya bertanggungjawab terhadap berbagai peristiwa dalam hidupnya maka ia memiliki locus of control internal dan apabila individu meyakini bahwa berbagai kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh keberuntungan, nasib dan kekuatan lain di luar dirinya maka ia memiliki locus of control eksternal. Levenson ( dalam Azwar, 2004) mengajukan dimensi locus of control yang berbeda dari Rotter. Levenson memberikan tiga dimensi locus of control yaitu internality, chance dan powerful others. dimensi internality adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri seperti keterampilan dan potensipotensi yang dimilikinya. Dimensi chance adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang dan keberuntungan. Dimensi powerful others adalah keyakinan seseorang bahwa

13 kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang lebih berkuasa. Dimensi yang pertama, internality termasuk ke dalam locus of control internal karena pada dimensi ini individu melihat bahwa dirinya sendiri bertanggungjawab terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Sedangkan dimensi chance dan powerful other termasuk kedalam locus of control eksternal karena dimensi ini individu melihat bahwa kejadian dalam hidupnya di pengaruhi oleh faktor yang berada di luar dirinya yaitu nasib, keberuntungan dan orang lain yang lebih berkuasa (dalam Azwar, 2004). Menurut Weiten (dalam Cvetanovsky et al, 1994; Ghufron et al, 2011) orientasi locus of control dipandang sebagai sesuatu yang kontinum dari internal tinggi sampai eksternal rendah. Pada dasarnya ada dua tipe locus of control, yaitu internal dan eksternal tapi dalam kenyataannya tidak ada seorangpun yang mempunyai tipe locus of control internal dan eksternal secara murni. Jadi locus of control dapat dikatakan sebuah kontinum, sehingga setiap orang memiliki keduanya pada sisi yang berlainan ini berarti semakin dominan locus of control internal seseorang akan semakin lemah locus of control eksternalnya, demikian pula sebaliknya. 3. Faktor Pembentuk Locus of Control Secara umum, locus of control terbentuk melalui hubungan dengan keluarga, kebudayaan dan pengalaman masa lalu yang memperoleh penguatan. Rotter (dalam Anasta si, 2006) menilai atau menaksir terbentuknya locus of

14 control internal atau eksternal pada diri individu disebabkan karena adanya faktor penguatan (reinforcement). Rotter menulis efek penguatan mengikuti perilaku tertentu... bukan sekedar proses pencapaian melainkan tergantung apakah orang itu memandang hubungan kausal antara perilaku dan ganjarannya (1996). Menurut Rotter, individu internal memandang prilaku terhadap sebuah reinforcement merupakan hubungan sebab akibat sehingga individu dengan orientasi internal yakin bahwa dirinya mampu mengendalikan reinforcement yang diterimanya, sedangkan individu dengan orientasi eksternal yang lebih memandang reinforcement sebagai sebuah hal yang datang tiba-tiba dan tidak dapat dikendalikan sehingga mereka cenderung pasrah (Cvetanovsky et al, 1994). Kontrol internal merujuk pada persepsi atas sebuah peristiwa sebagai sesuatu yang tergantung pada perilaku seseorang atau pada ciri-ciri seseorang yang relatif tetap. Sebaliknya, kontrol eksternal mengindikasikan bahwa penguatan positif atau negatif mengikuti tindakan tertentu yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak seluruhnya tergantung pada tindakannya sendiri, melainkan sebagai hasil peluang, nasib atau kenberuntungan, atau bisa dianggap sebagai sesuatu yang ada dibawah kontrol orang lain yang berkuasa dan tidak terduga (dalam Anastasi, 2006). Selain faktor penguatan, pola pengasuhan orangtua juga mempengaruhi terbentuknya locus of control dalam diri individu. Menurut Soemanto (1990) parenthal behavior berhubungan dengan perkembangan kontrol anak. Orangtua yang hangat, mendorong, membantu dan mengharap anak segera dapat berdiri

15 sendiri pada usia yang masih muda, maka anaknya akan mempunyai locus of control internal. Sebaliknya orangtua yang dominan, selalu melarang, mengancam, mengakibatkan anaknya mempunyai locus of control eksternal. Menurut Gershaw (dalam Fatmawati, 2006) terbentuknya locus of control internal dihubungkan dengan status ekonomi yang lebih tinggi, gaya keluarga (family style) dan stabilitas budaya ( cultural stability) dan pengalaman yang mendorong kearah penghargaan. Sebaliknya, locus of control eksternal dihubungkan dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah, sebab orang-orang miskin mempunyai lebih sedikit kendali atas hidupnya. Ketika mereka mengalami kegelisahan atau kerusuhan sosial mereka cendrung meningkatkan pengharapan atas kontrol di luar dirinya sehingga membuat mereka akan cendrung lebih eksternal. B. Pernikahan Karena Kehamilan Pranikah 1. Pengertian Hamil Pranikah Hamil merupakan sebuah proses diawali dengan keluarnya sel telur yang sudah matang dari indung telur. Ketika telur yang matang itu berada pada saluran telur dan pada saat itu ada sperma yang masuk dan bertemu dengan sel telur maka keduanya akan menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (dalam Srijauhari, 2008). Menurut Kamus Oxford (1995), kehamilan atau pregnant diartikan sebagai having a baby or young animal in the womb yaitu mempunyai bayi atau hewan kecil di dalam kandungan (rahim).

16 Kehamilan terjadi ketika seorang laki-laki dan perempuan melakukan hubungan badan lalu terjadi pembuahan, yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang sudah matang lalu menyatu dan membentuk sel yang akan bertumbuh di dalam rahim perempuan. Kehamilan sangat dinantikan dan dinginkan oleh pasangan suami isteri yang terikat dalam pernikahan yang sah. Namun ada juga kehamilan yang terjadi pada pasangan yang belum terikat dalam pernikahan yang sah maupun pernikahan yang tidak sah. Dalam Kompilasi Hukum Islam (Abdurrahman, 1995, dalam Rahman, 2008), pengertian perkawinan atau pernikahan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut: Pasal 2 Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pasal 3 Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinmah, mawaddah, dan rahmah. Secara yuridis, di Indonesia definisi tentang perkawinan diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Pasal 1 sebagai berikut : Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seseorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan bunyi Undang-undang tersebut dapat disimpulkan dua hal dalam perkawinan, yaitu adanya ikatan dan tujuan. Ikatan dalam perkawinan dapat berupa ikatan lahir dan ikatan batin. Ikatan lahir adalah ikatan yang tampak, ikatan formal sesuai dengan peraturan yang ada. Ikatan formal ini adalah nyata,

17 baik yang mengikat dirinya. Suami dan istri maupun orang lain, yaitu masyarakat luas. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak tampak secara langsung, merupakan ikatan psikologis. Sedangkan tujuan perkawinan secara umum adalah usaha membentuk keluarga (rumah tangga) yan g bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari pengertian pernikahan dan kehamilan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa hamil di luar nikah merupakan sebuah peristiwa kehamilan yang terjadi ketika pasangan (laki -laki dan perempuan) belum melangsungkan pernikahan yang disahkan oleh lembaga perkawinan untuk membentuk rumah tangga. 2. Penyebab Hamil Pranikah Hamil di luar nikah merupakan salah satu bentuk kehamilan tidak diinginkan pada individu. Banyak hal yang menjadi penyebab kehamilan yang tidak diinginkan ini, diantaranya adalah: 1. Kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada individu yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Kehamilan ini akan lebih memberatkan perempuan jika pasangannya tidak bertanggungjawab atas kehamilan yang terjadi. 2. Pengaruh media yang menampilkan berbagai tayangan yang membangkitkan libido seksual. 3. Pengaruh pergaulan teman sebaya, sehingga memaksa remaja sama dengan teman-temannya bahkan juga untuk urusan pacaran dan kencan.

18 Selain itu Dianawati (2003) menyebutkan faktor-faktor yang menjadi alasan individu melakukan hubungan seks di luar nikah sehingga dapat menimbulkan dampak yaitu kehamilan di luar nikah adalah: 1. Tekanan yang datang dari teman pergaulan Lingkungan pergaulan dapat berpengaruh bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks. Pada umumnya mereka hanya ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya tersebut. 2. Tekanan dari pacar Jika di dalam lingkungan keluarga tidak dapat membicarakan masalah yang dihadapi maka mereka akan mencari solusi di luar rumah. Adanya perhatian dan cinta yang cukup dari orangtua dan anggota keluarga terdekat memudahkan remaja tersebut memasuki masa pubertas. Dengan demikian, mereka dapat melawan tekanan yang datang dari lingkungan pergaulan dan pasangan. Selain itu, kemampuan dan kepercayaan diri untuk tetap memegang teguh prinsip hidup menjadi sangat penting. Pandangan ini tidak sebatas masalah seksual tetapi juga dalam segala hal baik tentang apa yang seharusnya dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan. 3. Kebutuhan badaniah Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Begitupun dengan pasangan muda-mudi, mereka juga menginginkan hubungan seks, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan risiko yang akan mereka hadapi.

19 4. Rasa penasaran Rasa penasaran karena teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya semakin mendorong diri mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. 5. Pelampiasan diri Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya, karena terlanjur berbuat, bagi seorang perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas. Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. Bagi seorang anak mungkin aturan yang diterapan oleh kedua orangtuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak. Akibatnya, anak tersebut merasa tertekan, sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. 3. Pengertian Pernikahan Karena Kehamilan Pranikah Pernikahan merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan definisi pernikahan diatas, maka disini dapat disimpulkan bahwa pernikahan karena hamil di luar nikah merupakan suatu bentuk ikatan hubungan, baik lahir maupun batin antara seorang pria dan wanita yang disahkan oleh

20 lembaga perkawinan dan disaksikan oleh beberapa orang saksi untuk membentuk rumah tangga dengan kondisi wanita telah hamil sebelum perkawinan tersebut dilakukan. C. Kerangka Berfikir Di saat seseorang berada dalam tekanan baik secara fisik maupun psikologis maka akan memunculkan perilaku untuk mengatasi situasi tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara individu dalam menangani situasi yang mengandung tekanan, yaitu kesehatan fisik, locus of control, keterampilan memecahkan masalah ( problem solving), keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi (Mu tadin, 2002). Berdasarkan keterangan di atas salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam mengatasi tekanan yang ada dalam dirinya adalah locus of control, termasuk tekanan yang berasal dari dorongan seks dalam diri individu. Rotter (dalam Ghufron et al 2011) menyatakan bahwa locus of control merupakan gambaran keyakinan individu mengenai sumber penentu prilakunya. Locus of control merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu. Dalam penelitian ini locus of control yang ada dalam diri individu turut menentukan individu tersebut dalam pengambilan keputusan untuk melakukan hubungan seks pranikah. Pengambilan keputusan tersebut dapat dilihat dari tiga dimensi menurut Levenson (dalam Azwar, 2004) yaitu dimensi internality, chance dan powerful others. Menurut Weiten (dalam Cvetanovsky et al, 1994; Ghufron et al, 2011) orientasi locus of control dipandang sebagai sesuatu yang kontinum dari internal tinggi sampai eksternal rendah.

21 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo dan Handayani terhadap remaja pelaku seksual pranikah menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki eksternal locus of control. Pada penelitian Widodo perilaku seksual pranikah tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan seksualitas dan komunikasi antara orangtua dan anak yang kurang efektif dan pada penelitian Handayani perilaku seksual pranikah disebabkan oleh tingkat religiusitas yang rendah. Pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini adalah untuk menggungkap bagaimana gambaran locus of control pada pasangan suami isteri yang hamil sebelum pernikahan ketika mereka belum menikah atau ketika mereka dalam masa berpacaran yang kemudian mereka terlibat dalam perilaku seksual pranikah yang mengakibatkan terjadinya kehamilan pranikah hingga akhirnya merekapun menikah. Gambar 1 Dinamika Kerangka Berpikir Locus Of Control Pada Pasangan Suami Isteri Yang Hamil Sebelum Pernikahan Pasangan suami isteri yang hamil sebelum pernikahan Perilaku seks pranikah ketika pacaran Locus of control Hamil pranikah Menikah Internal locus of control External locus of control internality Chance Powerful others