Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

dokumen-dokumen yang mirip
Bab VI Implementasi. VI.1 Protokol Implementasi

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab II Tinjauan Pustaka

REKAYASA SISTEM. Konsep dan Prinsip Analisis

SOFTWARE ENGINEERING (REKAYASA PERANGKAT LUNAK)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Kerekayasaan Informasi Dalam Proses Bisnis

Rapid Application Development

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL

Bab IV Perancangan Lingkungan Kolaborasi

METODE DAN TEKNIK PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2


Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan Framework Enterprise Architecture pada perguruan tinggi.

REKAYASA PERANGKAT LUNAK LANJUT DESIGN ENGINEERING. Defri Kurniawan M.Kom

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. tetapi juga harus didukung oleh lingkungan internal yang baik. Lingkungan internal

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

Pengembangan Sistem Informasi

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

BAB 1 ASUMSI PERANAN PENGANALISIS SISTEM

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Aplikasi yang pendekatannya sistematis, disiplin, bisa terukur untuk pengembangan operasional dan pembuatan software. Tools. Methods.

BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI

Pengembangan Sistem Informasi

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

PROSES DESAIN FAKULTAS ILMU KOMPUTER - UNIVERSITAS BRAWIJAYA 3/14/2017

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

MI2193 PEMROGRAMAN WEB LANJUT PHP FRAMEWORK. Created by MTA Revised by HPU

1. PENDAHULUAN 1. PERANGKAT LUNAK DAN PERKEMBANGANNYA

BAB III LANDASAN TEORI

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

Tujuan 04/07/ :01

Teknik Informatika S1

Metodologi pengembangan sistem METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAN PALUPI RINI, M.KOM 1

MODUL 4 Unified Software Development Process (USDP)

Hanif Fakhrurroja, MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP

Hanif Fakhrurroja, MT

PERANCANGAN ENSIKLOPEDIA DALAM PENGEMBANGAN COLLABORATIVE ENVIRONMENT TESIS ANISA HERDIANI NIM (Program Studi Magister Informatika)

Tugas Softskill. Universitas Gundarma. : Sistem Informasi Manajemen. : Waldhi Supriono NPM : Kelas : 2 DB 12

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM

Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Rational Unified Process (RUP)

Model-Model Perusahaan. Mahendrawathi ER, Ph.D Mudjahidin, M.T.

STANDAR PENGEMBANGAN APLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL

Bab 3 Metodologi Penelitian

THE SOFTWARE PROCESS

CHAPTER 12. DEVELOPING BUSINESS SYSTEM (SUMMARY)

ANALISIS, DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

System Design. Jika system analysis menekankan pada masalah bisnis, system design menekankan pada segi teknis atau berfokus pada implementasi sistem.

BAB 2 LANDASAN TEORI

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems)

A. Tujuan dan Ruang Lingkup Proyek Perancangan Rekayasa Perangkat Lunak

BAB II DASAR TEORI Pengertian Framework

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK )

Review of Process Model. SE 3773 Manajemen Proyek Teknologi Informasi *Imelda Atastina*

Catatan Archimate 2.1

Proses Pengembangan 1

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perancangan Database

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Manejemen Pusat Data

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan beberapa komputer yang terhubung dalam Local Area Network

Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

Kontrak Kuliah. Desain Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT SOFTWARE MENURUT RUP

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering)

EDU SOFT. Statement Of Work

Nama : Rendi Setiawan Nim :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan perkembangan

Business Process Reengineering ( BPR )

STRATEGI. KONTEKS ORGANISASI STRATEGI, STRUKTUR, dan BUDAYA STRATEGIC MANAGEMENT. Konsep dan Proses Manajemen Proyek Sistem Informasi

Transkripsi:

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan kolaborasi yang berisi seluruh elemen informasi dan pengetahuan yang dikelola ensiklopedia dalam mendukung pembentukan dan pemeliharaan suatu lingkungan kolaborasi. Untuk mendukung peran ensiklopedia sebagai perangkat terotomasi yang mampu meningkatkan kecepatan dalam membangun dan memodifikasi sistem, serta mengkoordinasikan sejumlah besar pengetahuan yang harus dikelola dan diperbaharui, maka dirancang otomasi pengembangan ensiklopedia yang berisi transformasi model antar layer dalam ensiklopedia. Bagian ini akan menghasilkan suatu model otomasi yang mencakup proses transformasi, validasi, dan transformasi balik model antar layer. V.1 Pemetaan Lingkungan Kolaborasi terhadap Ensiklopedia Dalam perancangan ensiklopedia, dilakukan pemetaan atas layer dalam ensiklopedia dengan level yang ada dalam collaborative framework. Pemetaan ini didasarkan pada aktivitas yang dilakukan di masing-masing layer atau level. Dengan adanya sinkronisasi antara layer pada ensiklopedia dan level pada collaborative framework maka diharapkan sistem collaborative akan terbangun sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Berdasarkan karakteristik layer dalam ensiklopedia, dan level pada collaborative framework, maka secara keseluruhan pemetaan layer pada ensiklopedia terhadap collaborative framework dapat diilustrasikan seperti pada Gambar V.1. 88

89 Gambar V.1 Pemetaan Collaborative Framework Level Layer terhadap Ensiklopedia Dari Gambar V.1 dapat dilihat bahwa layer information strategy planning mengakomodasi elemen dalam requirement level. Layer business area analysis mengakomodasi elemen dalam capability level. Layer design system mengakomodasi service level dan technology level. Layer construction hanya mewakili ensiklopedia. Elemen detail lingkungan kolaborasi yang diakomodasi oleh ensiklopedia akan dijelaskan pada bab V.1.1 hingga bab V.1.4.

90 V.1.1 Information Strategy Planning Layer ini berfokus pada tujuan top management dan critical success factors (CSF). Dalam tahap ini dirumuskan bagaimana teknologi digunakan untuk menciptakan peluang baru atau competitive advantages. Disusun pula high-level overview mengenai enterprise, fungsi-fungsinya, data, dan kebutuhan informasi. Tujuan top management diturunkan menjadi peluang strategis, hierarki dari goal yang ingin dicapai, dan critical success factors. Dalam collaborative environment, critical success factors yang harus dikelola juga meliputi collaborative critical success factors. High-level overview perusahaan direpresentasikan dengan model enterprise. Fungsi-fungsi yang dibutuhkan didekomposisi, dan diklasifikasikan dalam work task dan transition task. Social protocols dan error management juga perlu didefinisikan dalam mendukung fungsi-fungsi yang telah ditetapkan. Diperlukan juga identifikasi terhadap kebutuhan informasi beserta rancangan informasi yang akan dikelola dalam collaborative system. Informasi yang dibutuhkan diantaranya group characteristics, dashboard, dan history. Ilustrasi rancangan layer information strategy planning dapat dilihat pada Gambar V.2. Sisi kiri menunjukkan kontribusi dari konsep collaborative environment, sisi kanan menunjukkan konsep information engineering (IE).

91 Model Kolaborasi Collaborative Critical Success Factors (CCSF) Dekomposisi fungsi (work task dan transition task) Rancangan informasi yang akan dikelola dalam collaborative system Social protocols Group characteristics Error management Konsep Dashboard dan History Information Strategy Planning Business Area Analysis System Design Peluang Strategis Critical Success Factors (enterprise) Model enterprise Hierarki dari goal yang ingin dicapai Construction Konsep Collaborative Environment Konsep Information Engineering Gambar V.2 Information Strategy Planning Langkah yang dilakukan dalam layer ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi tujuan, target, dan strategi organisasi. 2. Penentuan critical success factors dari enterprise. 3. Mendefinisikan permasalahan, peluang, dan informasi yang dibutuhkan dengan melakukan interview terhadap key executives. 4. Mengidentifikasi struktur organisasi. 5. Mengidentifikasi model kolaborasi yang sesuai diterapkan untuk menyelesaikan persoalan (dapat berupa gabungan beberapa model kolaborasi). 6. Pendefinisian Collaborative Critical Success Factors (CCSF) (dapat menggunakan CCSF yang telah didefinisikan pada Bab IV.5). 7. Mendekomposisi fungsi-fungsi yang mendukung proses kolaborasi, terdiri atas work tasks dan transition tasks. 8. Menetapkan social protocols yang digunakan.

92 9. Mengidentifikasi karakteristik grup, meliputi tipe grup (jumlah, lokasi, homogenitas, kematangan grup, motivasi), group s time constraint (durasi,sinkronisitas), dan kebutuhan grup (kebutuhan hardware, software, training, kemahiran menggunakan perangkat). 10. Merencanakan konsep error management. Meliputi pendefinisian fault, error, failure, detector, dan exception dari sistem yang akan dibangun (dapat menggunakan konsep error management yang telah didefinisikan pada Bab IV.6) 11. Merancang konsep dashboard dan history yang dapat memudahkan proses kolaborasi antar participant. Keseluruhan hasil dari pelaksanaan langkah tersebut disimpan dan dikelola dalam ensiklopedia. V.1.2 Business Area Analysis Layer ini berfokus pada proses yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu business area, keterkaitan antar proses, dan data yang dibutuhkan. Layer business area analysis meliputi deskripsi dari proses model dan data model. Proses dan data model didefinisikan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi capability apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung work task, transition task dan social protocols yang telah didefinisikan pada layer information strategic planning. Capability tersebut kemudian dipetakan dalam model proses yang akan dibangun. Ilustrasi rancangan layer business area analysis dapat dilihat pada Gambar V.3. Sisi kiri menunjukkan kontribusi dari konsep collaborative environment, sisi kanan menunjukkan konsep information engineering (IE).

93 Dukungan terhadap Work Task Dukungan terhadap Transition Task Dukungan terhadap Social Protocols Information Strategy Planning Business Area Analysis Detailed Process Model Detailed Data Model System Design Construction Konsep Collaborative Environment Konsep Information Engineering Gambar V.3 Business Area Analysis Langkah yang dilakukan pada layer ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kapabilitas yang mendukung work tasks. 2. Mengidentifikasi kapabilitas yang mendukung transition tasks. 3. Mengidentifikasi kapabilitas yang mendukung social protocols. 4. Merancang process model. 5. Merancang data model. Keseluruhan hasil dari pelaksanaan langkah tersebut disimpan dan dikelola dalam ensiklopedia. Beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam tahap business area analysis adalah : 1. Target participant dari collaborative system harus dilibatkan secara intensif. 2. Seluruh perancangan tidak bergantung pada teknologi (technology independent). 3. Seluruh perancangan tidak bergantung pada sistem dan prosedur yang telah ada.

94 4. Perancangan sistem dan prosedur harus benar-benar dipersiapkan secara matang. Perlu diperkirakan sejumlah skenario yang mungkin terjadi. Konsep error management yang digunakan dalam rangka mengidentifikasi dan mengelola kemungkinan kesalahan juga harus dapat diakomodasi. V.1.3 Design of System Tujuan dari layer system design menurut (Martin, 1989) adalah sebagai berikut : 1. Melibatkan user secara penuh. Metode yang dapat digunakan misalnya mengajarkan user untuk membuat prosedurnya sendiri, menggunakan metode prototyping, membangun information center, menjalankan sesi joint application design. 2. Mempercepat perancangan sistem dan implementasi. 3. Membuat sistem yang fleksibel dan mudah diubah sesuai kebutuhan. 4. Mengotomasi desain, dokumentasi, dan pemeliharaan. 5. Melakukan perancangan berdasarkan ensiklopedia. 6. Menghubungkan otomasi desain dengan 4GL (fourth-generation language) atau code generator. 7. Menciptakan dan mengembangkan prototipe. Layer ini berfokus pada implementasi proses pada suatu business area ke dalam suatu prosedur dan cara kerja dari prosedur tersebut. Pada level ini dideskripsikan struktur program, screen design/interface (antarmuka), dan elemen yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan teknologi yang digunakan dalam sistem kolaborasi. Dalam layer ini juga direncanakan alternatif service dan teknologi yang dapat digunakan dalam rangka mendukung aktivitas kolaborasi. Ilustrasi rancangan layer design of system dapat dilihat pada Gambar V.4. Sisi kiri menunjukkan kontribusi dari konsep collaborative environment, sisi kanan menunjukkan konsep information engineering (IE).

95 Alternatif service yang mendukung aktivitas dalam Capability Level Alternatif teknologi yang sesuai dengan proses kolaborasi yang dilakukan Information Strategy Planning Business Area Analysis Data flow diagrams Program structures Screen design (User Interface) Dialog design Report design Database design System Design Construction Konsep Collaborative Environment Konsep Information Engineering Gambar V.4 Design of System Langkah yang dilakukan pada layer ini adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan alternatif service yang mendukung aktivitas dalam capability level 2. Mendefinisikan alternatif teknologi yang sesuai dengan proses kolaborasi yang dilakukan 3. Merancang struktur data 4. Merancang struktur program 5. Merancang antarmuka (user interface) 6. Merancang dialog. 7. Merancang report. 8. Merancang database. Keseluruhan hasil dari pelaksanaan langkah tersebut disimpan dan dikelola dalam ensiklopedia.

96 V.1.4 Construction Layer construction menerjemahkan keseluruhan komponen yang telah didefinisikan dalam layer design of system ke dalam suatu bahasa yang kemudian akan menjadi komponen utama dari collaborative system yang dibangun. Implementasi prosedur yang digunakan menggunakan code generator, fourth-generation languages, dan end-user tools. Design dihubungkan dengan construction untuk melakukan proses prototyping. Ilustrasi rancangan layer construction dapat dilihat pada Gambar V.5. Information Strategy Planning Business Area Analysis System Design Code Generator Construction Konsep Collaborative Environment Konsep Information Engineering Gambar V.5 Construction Berdasarkan pendefinisian informasi yang dilakukan pada tahapan information strategy planning, business area analysis, system design, dan construction, maka terbentuklah suatu ensiklopedia lingkungan kolaborasi. Ilustrasi ensiklopedia lingkungan kolaborasi dapat dilihat pada Gambar V.6.

97 Model Kolaborasi Collaborative Critical Success Factors (CCSF) Dekomposisi fungsi (work task dan transition task) Rancangan informasi yang akan dikelola dalam collaborative system Social protocols Group characteristics Error management Konsep Dashboard dan History Information Strategy Planning Peluang Strategis Critical Success Factors (enterprise) Model enterprise Hierarki dari goal yang ingin dicapai Detailed Process Model Detailed Data Model Dukungan terhadap Work Task Dukungan terhadap Transition Task Dukungan terhadap Social Protocols Alternatif service yang mendukung aktivitas dalam Capability Level Alternatif teknologi yang sesuai dengan proses kolaborasi yang dilakukan Business Area Analysis System Design Construction Data flow diagrams Program structures Screen design (User Interface) Dialog design Report design Database design Code Generator Konsep Collaborative Environment Konsep Information Engineering Gambar V.6 Ensiklopedia Lingkungan Kolaborasi V.2 Otomasi Pengembangan Salah satu peran ensiklopedia adalah untuk memastikan adanya kesesuaian antara tahap perencanaan, analisis, desain, dan implementasi, dan juga sebagai perangkat terotomasi untuk menghasilkan sebuah sistem yang dapat dipergunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu aturan yang mendukung transformasi model yang didefinisikan pada setiap layer dalam ensiklopedia. Transformasi model adalah proses untuk mengubah satu model ke model yang lain sesuai kebutuhan dengan menggunakan metode, syarat, dan aturan tertentu. Transformasi ini terjadi dalam tiga tahapan yaitu : (1) layer information strategy planning ke layer business area analysis (2) layer business area analysis ke layer system design (3) layer system design ke layer construction (code generator)

98 Ketiga tahapan tersebut diilustrasikan dalam Gambar V.7. Gambar V.7 Tahapan Transformasi Proses transformasi dilakukan dengan melakukan pemetaan model asal ke model sasaran. Model akan ditransformasikan sesuai dengan masukan tambahan berupa aturan, model lain, atau deskripsi lain. Proses pemetaan tersebut akan didokumentasikan dalam bentuk rekaman transformasi. Model yang telah dibangkitkan dapat divalidasi melalui proses validasi dan transformasi balik dengan masukan model sasaran dan rekaman transformasi. Dengan demikian keterhubungan antar model dalam satu layer ke model dalam layer sebelumnya dapat tetap terjamin. Konsep ini terinspirasi dari (Ayubi, 2007) yang membangun sistem pembangkit aplikasi menggunakan konsep MDA (Model Driven Architecture). Pola umum transformasi dapat dilihat pada Gambar V.8. Gambar V.8 Pola Umum Transformasi

99 V.2.1 Transformasi Information Strategy Planning ke Business Area Analysis Transformasi model pada layer information strategy planning ke model pada layer business area analysis dilakukan dalam dua tahap, yaitu : (1) Identifikasi objek model yang dapat ditransformasikan ke dalam layer business area analysis. Seluruh model yang telah teridentifikasi akan ditandai melaui proses penandaan model information strategy planning. (2) Objek model information strategy planning yang sudah ditandai kemudian akan ditransformasikan melalui proses pemetaan model information strategy planning ke model business area analysis. Aktivitas transformasi akan didokumentasikan dalam rekaman transformasi model information strategy planning-business area analysis. Rekaman ini berisi deskripsi keterhubungan objek yang terdapat dalam model information strategy planning dengan dengan objek yang terdapat dalam model business area analysis. Setelah proses transformasi, proses validasi dan tranformasi balik dapat dilakukan dengan masukan berupa rekaman transformasi dan model pada layer business area analysis. Ilustrasi proses transformasi model pada layer information strategy planning ke business area analysis dapat dilihat pada Gambar V.9. Transformasi (a)-(b) Transformasi (b)-(c) Gambar V.9 Transformasi Model pada Layer Information Strategy Planning ke Business Area Analysis

100 V.2.2 Transformasi Business Area Analysis ke System Design Transformasi model pada layer business area analysis ke model pada layer system design dilakukan dalam dua tahap, yaitu : (1) Identifikasi objek model yang dapat ditransformasikan ke dalam layer system design. Seluruh model yang telah teridentifikasi akan ditandai melaui proses penandaan model business area analysis. (2) Objek model business area analysis yang sudah ditandai kemudian akan ditransformasikan melalui proses pemetaan model business area analysis ke model system design. Aktivitas transformasi akan didokumentasikan dalam rekaman transformasi model business area analysis - system design. Rekaman ini berisi deskripsi keterhubungan objek yang terdapat dalam model business area analysis dengan dengan objek yang terdapat dalam model system design. Setelah proses transformasi, proses validasi dan tranformasi balik dapat dilakukan dengan masukan berupa rekaman transformasi dan model pada layer system design. Ilustrasi proses transformasi model pada layer business area analysis ke system design dapat dilihat pada Gambar V.10. Transformasi (a)-(b) Transformasi (b)-(c) Gambar V.10 Transformasi Model pada Layer Business Area Analysis ke System Design

101 V.2.3 Transformasi System Design ke Construction Transformasi model pada layer system design ke model pada layer construction dilakukan dalam dua tahap, yaitu : (1) Identifikasi objek model yang dapat ditransformasikan ke dalam layer construction. Seluruh model yang telah teridentifikasi akan ditandai melaui proses penandaan model system design. (2) Objek model system design yang sudah ditandai kemudian akan ditransformasikan melalui proses pemetaan model system design ke model construction. Masukan dalam proses transformasi adalah spesifikasi teknologi dan aspek interaksi dengan sistem lain. Objek yang dihasilkan adalah executable collaborative system, yaitu elemen-elemen pembentuk lingkungan kolaborasi yang dapat diaplikasikan dalam aktivitas perusahaan atau organisasi. Aktivitas transformasi akan didokumentasikan dalam rekaman transformasi model system design - construction. Rekaman ini berisi deskripsi keterhubungan objek yang terdapat dalam model system design dengan objek yang terdapat dalam executable collaborative system. Setelah proses transformasi, proses validasi dan tranformasi balik dapat dilakukan dengan masukan berupa rekaman transformasi dan executable collaborative system. Ilustrasi proses transformasi model pada layer construction ke cobstruction dapat dilihat pada Gambar V.11.

102 Transformasi (a)-(b) Transformasi (b)-(c) Gambar V.11 Transformasi Model pada Layer Construction ke Construction V.2.4 Model Otomasi Otomasi pengembangan sistem adalah proses untuk melakukan pengembangan sistem secara otomatis, dengan seminimal mungkin mengikutsertakan campur tangan manusia. Otomasi pengembangan dilakukan terutama pada transformasi model yang didefinisikan oleh manusia menjadi model yang bisa dieksekusi. Model otomasi dideskripsikan berdasarkan transformasi yang dilakukan antar layer dalam ensiklopedia. Deskripsi model otomasi sudah dibahas secara detail pada bab V.5.1 V.5.3 dengan urutan sebagai berikut : 1. Transformasi information strategy planning ke business area analysis 2. Transformasi business area analysis ke system design 3. Transformasi system design ke construction Ilustrasi model otomasi dapat dilihat pada Gambar V.12.

103 Model pada layer Information Strategy Planning (a) Penandaan Model Information Strategy Planning Model pada layer Information Strategy Planning yang sudah ditandai (b) Pemetaan Model Information Strategy Planning-Business Area Analysis Rekaman Transformasi Model Information Strategy Planning-Business Area Analysis Validasi dan Transformasi Balik Model Information Strategy Planning-Business Area Analysis Model pada layer Business Area Analysis (c) Penandaan Model Business Area Analysis Model pada layer Business Area Analysis yang sudah ditandai (d) Validasi dan Transformasi Balik Model Business Area Analysis- System Design Pemetaan Model Business Area Analysis- System Design Rekaman Transformasi Model Business Area Analysis-System Design Model pada layer System Design (e) Penandaan Model System Design Model pada layer System Design yang sudah ditandai (f) Technology & System Interaction Validasi dan Transformasi Balik Model System Design- Construction Pemetaan Model System Design- Construction (Code Generator) Rekaman Transformasi Model System Design- Construction Executable Collaborative System (g) Gambar V.12 Model Otomasi

104 V.3 Maintenance Hal yang menarik dari suatu sistem yang kompleks adalah beragamnya desain dan implementasi. Sistem tersebut berkembang dalam sejumlah tahapan pada tempat dan waktu yang berbeda. Untuk memperoleh sistem yang dapat bertahan dalam jangka panjang diperlukan model data dan model proses yang terstruktur. Desain yang sangat kompleks harus direpresentasikan sedemikan rupa dalam ensiklopedia sehingga orang-orang yang berada dalam tempat berbeda dapat menambahkan desain ke dalamnya dengan mudah. Desain harus sesuai dengan standard, memiliki reusable component (komponen yang dapat diguna ulang), dan memiliki sebuah arsitektur yang mampu memfasilitasi penambahan fungsi baru. Ketika suatu sistem dirancang sedemikian sehingga dapat berkembang dengan mudah, siklus hidup pengembangan sistem akan menjadi sebuah siklus, seperti yang dapat dilihat pada Gambar V.13. Gambar V.13 Siklus Hidup Evolutionary Tahap maintenance atau pemeliharaan merupakan tahapan panjang dari sebuah sistem yang telah dibangun. Dalam tahap ini perlu dilakukan improvement atau perbaikan dan pengembangan agar sistem tetap dapat mendukung aktivitas dalam organisasi yang selalu mengalami perubahan pada rentang waktu tertentu.

105 Dengan menggunakan konsep ensiklopedia, sistem dirancang agar dapat mengakomodasi perubahan dengan cepat dan mudah. Proses pemeliharaan tidak dilakukan dengan mengubah kode, melainkan modifikasi desain yang selanjutnya diikuti dengan penciptaan kode kembali (regeneration of code). Dengan demikian perubahan dapat dilakukan dengan sederhana dan cepat. Ketika terjadi perubahan pada desain, maka ensiklopedia akan terbaharui (updated) secara otomatis. V.4 Kesimpulan Perancangan Model Ensiklopedia Konsep IE yang diterapkan dalam pembangunan dan pemeliharaan lingkungan (sistem) kolaborasi diharapkan dapat memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut : 1. Pembangunan sistem lebih cepat dengan adanya automated tools. 2. User terlibat secara langsung dalam proses perancangan sistem sehingga sistem yang dibangun akan sesuai dengan kebutuhan user. 3. Terbangunnya sistem yang berkualitas sehingga akan lebih sedikit revisi dan pemeliharaan. 4. Modifikasi pada prosedur dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. 5. End user dapat membuat sistem mereka sendiri dengan menggunakan end-user language and tools.