BAB IV KESIMPULAN. perluasan wilayah Kota Padang. Sebelum tahun 2000 kelurahan ini terdiri dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peranan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia sebagai kawasan yang memiliki keragaman jenis tumbuhan dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata adalah dunia yang universal, artinya siapapun akan menyatakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata yang dapat menarik perhatian para wisatawan mulai dari

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sejumlah pulau (Joko Christanto, 2010: 1). Pulaupulau

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pariwisata di Sumatera Barat. Untuk itu peningkatan kunjungan wisatawan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

Oleh : Slamet Heri Winarno

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB 8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. Perilaku Pengunjun g

INTERVIEW GUIDE ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

5.1. DASAR PERTIMBANGAN PENENTUAN KAWASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. di utara, Kabupaten lamongan di timur, Kabupaten nganjuk, Kabupaten madiun,

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami perubahan secara meningkat. Jenis wisata dewasa ini bermacammacam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PERTANIAN. KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KOTA PADANG Nomor : 900/2.75/SK/Diperta/2017 TENTANG

2015 PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BERDASARKAN PREFERENSI WISATAMWAN DI BANYU PANAS KABUTPATEN CIREEBON

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki banyak kekayaan alam dan kekayaan budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

W R I T T E N B Y M. R U S L I A N O R M A I K A

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

Jurnal Pendidikan dan Keluarga Volume 9 Issue 1 Juni 2017 e-issn: p-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agrowisata

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TARIF RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

BAB V PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

ANALYSIS OF INCOME ORNAMENTAL PLANTS FARMING IN AGRO ZONE LUBUK MINTURUN SUNGAI LAREH VILLAGE DISTRICT OF KOTO TANGAH PADANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Lubuk Minturun Sungai Lareh merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Koto Tangah. Pada tahun 1980 Lubuk Minturun masuk ke wilayah administratif Kota Padang yang mana pada tahun sebelumnya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Padang Pariman. Hal ini terjadi karena adanya perluasan wilayah Kota Padang. Sebelum tahun 2000 kelurahan ini terdiri dari kelurahan Lubuk Minturun dan kelurahan Sungai Lareh. Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2000, maka dijadikanlah kedua kelurahan tersebut menjadi Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Setelah Lubuk Minturun masuk ke Kota Padang pada tahun 1980, Lubuk Minturun mulai diperhatikan pemerintah Kota Padang dan banyak yang melakukan pembangunan perumahan di daerah tersebut. Dengan bertambah luasnya wilayah admistrasi Kotamadya Padang, maka obyek-obyek wisata semakin banyak pula dan potensial untuk dikembangkan, termasuk wilayah Lubuk Minturun Sungai Lareh. Pemandian Lubuk Minturun Sungai Lareh merupakan salah satu obyek wisata potensial di Kota Padang. Lubuk Minturun Sungai Lareh sebenarnya memiliki beberapa obyek wisata yang menarik dikunjungi. Pemandian Sungai Lubuk Minturun ini sudah dipakai sejak tahun 1883 di mana merupakan tempat mandi noni-noni Belanda. Selain itu juga terdapat Nurzikrillah atau sering juga disebut dengan Makkah 66

Mini yang didirikan pada tahun 2000 di mana dijadikan sebagai tempat menasik haji tiap tahunnya. Ada juga wisata di bawah pengelolaan pemerintah Kota Padang yaitu Balai Pembibitan Agrowisata (BPA) yang ada sejak tahun 2007 dan kawasan agrowisata didukung dengan banyaknya para penjual tanaman hias di sepanjang jalan Lubuk Minturun Sungai Lareh. Potensi ekonomi yang terdapat di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh adalah sektor pertanian dan pengrajin tanaman hias. Sektor tersebut sangat menunjang perekonomian masyarakat Lubuk Minturun. Apalagi sejak dicantumkannya daerah ini sebagai daerah agrowisata pada tahun 2007. Masyarakat mulai banyak yang menjadi pengrajin tanaman hias sebagai salah satu mata pencariannya. Ada yang menjadikannya sebagai mata pencarian utama, namun tak sedikit juga yang menjadikannya sebagai mata pencarian sampingan atau tambahan. Tak hanya pertanian, di Lubuk Minturun Sungai Lareh juga terdapat peternakan seperti peternakan sapi, ayam buras dan perikanan. Di Lubuk Minturun rekreaksi perairanlah yang dikembangkan, dimana di aliran sungainya terdapat sebuah lokasi wisata alam. Wisata itu bernama pemandian sungai Lubuk Minturun. Aliran sungai tersebut sudah dipakai sejak zaman Belanda. Selain itu, aliran sungai itu pada sebelum tahun 1990 merupakan sumber kehidupan masyarakat. Selain tempat mandi warga sekitar, sungai itu dipakai untuk aktivitas lainnya seperti buang air, sumber air minum dan segala sesuatu yang berhubungan dengan air dilakukan di sungai tersebut. 67

Selain tempat wisata pemandian alami, di Lubuk Minturun juga terdapat tempat wisata religi. Nama kawasan ini adalah komplek Nurzikrillah atau sering juga di sebut mekah mini. Awal pembangunannya yang didirikan hanya mesjid saja. Untuk fasilitas untuk manasik haji dibuatlah ka bah di dalam mesjid tersebut. Ternyata bangunan ini menarik perhatian sehingga banyak yang berkunjung diluar melakukan manasik haji dan datang untuk berwisata. Akhirnya diputuskanlah untuk memberi karcis masuk pada setiap pengunjung. Keunikan tempat ini dibandingkan dengan tempat manasik haji daerah-daerah lainnya adalah tempat ini memiliki fasilitas lengkap persis seperti yang ada di Mekah, hanya saja yang di Lubuk Minturun dalam versi mininya. Kemudian di sini juga perdapat wisata pertanian atau agrowisata. Lubuk minturun Sungai Lareh merupakan sebuah kelurahan yang dikelilingi daerah berbukitan dan dialiri sebuah sungai. Agrowisata yang ada di Lubuk Minturun Sungai Lareh ini adalah agrowisata yang menghandalkan para penjual bibit atau penangkar bunga sebagai objeknya. Lubuk Minturun dahulunya memang sudah dikenal sebagai kawasan yang memiliki banyak bibit tanaman. Ini dibuktikan dengan adanya PPA (pusat Pembibitan dan Agrowisata) pada tahun 2001 di daerah Lubuk Minturun. Namun pada saat itu PPA ini berada di bawah bidang perkebunan dan agrowisata. Kemudian pada tahun 2006 PPA ini berubah nama menjadi UPT BPA (Balai Pembibitan dan Agrowisata). Ini dilatar belakangi dengan keadaaan Lubuk Minturun yang dari dahulunya memang daerah yang memiliki banyak bibit yang 68

kemudian pemerintah mulai mencari tanah dan view yang bisa dijadikan sebagai daerah wisata. Apalagi saat ini kebanyakan orang mencari view wisata alam. UPT Balai Pembibitan dan Agrowisata ini memfokuskan pembibitan terhadap bibit-bibit tanaman buah yang terlalu rendah dikekola oleh masyarakat. Kemudian juga untuk mempertanahkan bibit-bibit unggul, nasional dan lokal yang sebenarnya banyak di sana namun belum terbudidayakan. Selain itu juga mengkoleksi tanaman buah unggul lokal seperti buah kelengkeng yang ada namun jarang berbuah. Untuk itu dikelola agar dapat berbuah dengan baik. Contoh lainnya bibit Durian Bayang dan Durian Aripan Solok, Jambu Biji dan Saos. Tujuan diadakannya hal itu bukan untuk bisnis, tapi untuk mempertahankan bibit lokal. Dengan adanya daerah wisata ini memberikan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya kunjungan wisatawan dari berbagai daerah, tentunya mereka membawa kebiasaan masing-masing. Hal ini memberikan pengaruh terhadap masyarakat yang ada di daerah wisata. Misalnya saja cara berpakaian yang dulunya biasanya saja, setelah melihat berbagai macam cara berpakaian pengunjung, masyarakat mulai mengikutinya. Begitu juga dengan cara bersikap. Masyarakat disini diberi bimbingan cara melayani pengunjung. Mereka tidak diperbolehlah menjual terlalu mahal atau memalak. Karna itu bisa mempengaruhi jumlah pengunjung. Dengan adanya lokasi wisata, tentulah memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat. Masyarakat sekitar pemandian yang dahulunya tidak 69

memiliki pekerjaan, sekarang mulai memiliki penghasilan tambahan. Dampak perekonomian ini juga bisa setelah adanya agrowisata. Saat ini para penjual tanaman hias semakin bertambah. Dengan adanya pertambahan ini, tentunya mereka memiliki pendapatan yang baik sehingga mau bekerja sebagai penjual tanaman hias. Dahulunya masyarakat yang penghasilannya pas-passan sekarang mulai membuka warung tanaman hias sebagai penghasilan tambahan. Namun tak sedikit juga diantaranya menjadikan hal ini sebagai mata pencarian pokok. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan temuan baru bahkan agrowisata yang dikembangkan di Lubuk Minturun belum berjalan dengan baik. Hal tersebut karena yang banyak dikenal agrowisata merupakan sebuah kawasan dimana pengunjung bisa menikmati pertaniannya. Biasanya di kawasan agrowisata pengunjung bisa memetik buah, ikut menanam bibit dan juga ketika pulang bisa membawa oleh-oleh dengan membawa buah atau dengan membawa bibit yang dibeli di lokasi tersebut, namun yang terjadi di Lubuk Minturun belum memenuhi kriteria tersebut, sehingga selain adanya UPT Balai Pembibitan dan Agrowisata,dan Balai Bebih Induk (BBI), yang ada di Lubuk Minturun hanyalah banyaknya penjual tanaman hias, namun belum sampai ke memetik buahdan menanam bibit 70