PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL OLEH DIRMALA NIM JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TPS PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

Dedi Kurniawan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

FAKULTAS EKONOMI UNNES

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE KELAS XI DI SMA N 2 OKU

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN METODE THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KELAS V SDN PATI WETAN 01 PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN THINK PAIR AND SHARE ( TPS )

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB V PEMBAHASAN. yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (tps)

Macam-Macam Model Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Edumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

Transkripsi:

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari berbagai macam tipe dapat menjadi salah satu pilihan dalam pembelajaran akuntansi. Tentunya pemilihan tipe dalam model pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan materi yang diajarkan kepada peserta didik. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai untuk pembelajaran akuntansi adalah tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi. Model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsepkonsep yang yang sulit dalam akuntansi. Kata Kunci : Pembelajaran, Akuntansi Kooperatif Tipe Think-Pair-Share I. Pendahuluan Alternatif model pembelajaran yang menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar diantaranya adalah menempatkan peserta didik secara kelompok-kelompok. Peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya, apalagi masih banyak peserta didik yang canggung untuk bertanya kepada pendidiknya. Selain itu, dengan berkelompok peserta didik mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktikkan sikap atau perilaku pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka. Bagi mereka yang tidak suka dengan pelajaran akuntansi secara tidak langsung akan dituntut untuk belajar akuntansi dan untuk membantu temannya sehingga memotivasi belajar mereka. Hal ini akan berpengaruh pula pada prestasi belajar peserta didik. Semakin mereka mau belajar akuntansi maka akan semakin mudah bagi mereka untuk memahami konsep akuntansi dan mempraktekkannya sehingga prestasi belajar yang akan diperoleh meningkat. * Tajuddin, Dosen tetap STAIN Palopo sementara mengikuti pendidikan pada program pasca sarjana (S3) di Universitas Pajajaran Bandung. 10

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 11 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin,2007:5). Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, pengembangan kualitas diri peserta didik terutama aspek afektif dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang fungsinya kognitif, afektif, maupun konatif. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi saling percaya, terbuka, dan rileks di antara anggota kelompok memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh dan memberi masukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta ketrampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran (Solihatin, 2007:6). Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman, dkk, 2003:260). II. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik dan peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Driscoll dalam Robert E. Slavin (2008:179) mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Namun bukan perubahan yang disebabkan oleh perkembangan (seperti tumbuh makin tinggi) tetapi karena pebelajar merasakan dan mengalami sendiri pembelajaran melalui pengalamannya. Sementara Gino et al (1996:32) mengemukakan bahwa, Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor interen dan faktor eksteren dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran menurut Damyati dan Mujiono (2002:247) yaitu kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selanjutnya, Damyati dan Mujiono (2002:286) menerangkan bahwa hakekat pembelajaran diantaranya adalah:

12 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 1) Kegiatan yang dimaksud untuk membelajarkan pebelajar; 2) Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu sistem; 3) Kegiatan yang dimaksud untuk memberikan pengalaman belajar kepada pebelajar; 4) Kegiatan yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran; 5) Kegiatn yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem penyajian dan sistem evaluasi dalam realisasinya. Kegiatan belajar mengajar terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Nana Sudjana (2009:22) proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama, yaitu : 1) Tujuan Sebagai arah dari proses belajar-mengajar yang hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. 2) Bahan Seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai pada tujuan yang telah ditetapkan. 3) Metode dan alat Cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. 4) Penilaian Upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda adanya upaya pendidik mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar, dan tujuan belajar dapat tercapai. Adapun ciri-ciri pembelajaran tersebut seperti yang diungkapkan Gino et al (1996:12) terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar, yaitu : 1) Motivasi belajar dan upaya memotivasi siswa yang belajar;

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 13 2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya; 3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya; 4) Suasana belajar dan upaya pengembangannya; 5) Kondisi subyek yang belajar dan upaya penyiapan serta peneguhannya. Berdasarkan pada definisi yang telah diungkapkan, dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh pendidik untuk membuat peserta didik belajar sehingga terjadi perubahan dalam diri peserta didik. III. Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, agar tujuan tersebut dapat tercapai, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman. Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Robert A.Slavin (2009:4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing sehingga pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, dkk dalam bukunya Isjoni (2009:27-28), yaitu: 1) Hasil belajar akademik. Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang yang sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui

14 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Cooperative learning mengajarkan kepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial penting dimiliki peserta didik karena saat ini banyak peserta didik masih kurang dalam hal keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif dapat mencapai hasil yang maksimal jika memenuhi lima unsur yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Apabila kelima unsur tersebut dapat di penuhi, maka pembelajaran kooperatif yang memotivasi peserta didik untuk belajar dapat diterapkan dengan positif. Selanjutnya Sugiyanto (2008:38-39) menyebutkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Saling ketergantungan positif; 2) Interaksi tatap muka; 3) Akuntabilitas individual; 4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari sekumpulan strategi pendidik dalam menerapkan model pembelajara kooperatif, yaitu Student Team-Achievement Division (STAD), Jigsaw, investigasi kelompok (Teams Games Tournaments/TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Number Head Together (NHT) (Trianto, 2007:49). IV. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe. Tentunya pemilihan tipe dalam model pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan materi yang diajarkan kepada peserta didik. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai untuk mata kuliah akuntansi adalah tipe metode Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi. Tipe pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sangat populer karena mudah pengelolaan kelasnya. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 15 Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Arends dalam Trianto (2009:81) menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosesur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi peserta didik banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Think Pair Share (TPS) memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Melalui cara seperti ini diharapkan peserta didik mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) perlu diterapkan oleh seorang pendidik karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut: 1) Think Pair Share (TPS) membantu menstrukturkan diskusi; 2) Think Pair Share (TPS) meningkatkan partisipasi peserta didik dan meningkatkan banyaknya informasi yang diingat siswa. Think Pair Share (TPS) membuat peserta didik belajar satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri peserta didik meningkat dan semua peserta didik mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan Pendidik, tidak seperti biasanya hanya peserta didik tertentu saja yang menjawab; 3) Think Pair Share (TPS) meningkatkan kualitas kontribusi peserta didik dalam diskusi kelas; 4) Peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) mampu membuat peserta didik merasakan: 1) Saling ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain; 2) Menjunjung akuntabilitas individu karena mau tidak mau mereka harus saling berbagi ide dan wakil kelompok harus berbagi ide pasangannya dan pasangan yang lain atau keseluruh kelas;

16 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 3) Punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi karena seyogyanya tidak boleh ada peserta didik yang mencoba mendominasi; 4) Interaksi antar peserta didik cukup tinggi karena akan terlibat secara aktif dan sengaja berbicara atau mendengarkan. V. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS) menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pertama: Thinking (berpikir) Pada tahap ini Pendidik mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2) Tahap Kedua: Pairing (berpasangan) Pendidik meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari pertanyaan atau ide bila persoalan telah diidentifikasi. Biasanya Pendidik memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3) Tahap Ketiga: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir Pendidik meminta kepada pasangan untuk berbagi pada seluruh kelas. Hal ini akan efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai kurang lebih seperempat pasangan memiliki kesempatan untuk presentasi. Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair Share (TPS) adalah: Langkah : Pendidik menyampaikan pertanyaan. pertama Aktifitas : Pendidik melakukan apersepsi, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Langkah kedua : Peserta didik berpikir secara individual

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 17 Aktifitas : Pendidik memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk memikirkan jawaban dari suatu permasalahan yang telah disampaikan oleh pendidik. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta setiap peserta didik untuk menuliskan jawaban atau hasil pemikirannya. Langkah ketiga : Setiap peserta didik mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangannya Aktifitas Langkah keempat : Pendidik mengorganisasikan peserta didik untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Pendidik memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan lembar kerja peserta didik sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. : Peserta didik berbagi jawaban dengan seluruh kelas Aktifitas : Peserta didik mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok di depan kelas. Langkah kelima aktifitas : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah : Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Dalam tahapan Thinking, Pairing, dan Sharing inilah, kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi yang meliputi kemampuan mendengar, berbicara, membaca maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika

18 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 pembelajaran berlangsung akan terlihat. Adanya pemberian masalah dilakukan untuk melihat penguasaan dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah dipelajarinya. VI. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Anita Lie (2008:46) mengemukakan bahwa model kelompok berpasangan memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) Meningkatkan partisipasi; 2) Cocok untuk tugas sederhana; 3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok; 4) Interaksi lebih mudah; 5) Lebih mudah dan cepat membentuknya. Model Think Pair Share (TPS) ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan partisipasinya kepada orang lain. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri. Model ini dapat digunakan dalam semua mata kuliah atau mata pelajaran pada semua tingkatan peserta didik. Selain kelebihan tersebut di atas, model kelompok berpasangan juga memiliki beberapa kelemahan antara lain (Anita Lie, 2008:46): 1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitori; 2) Lebih sedikit ide yang muncul; 3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah. VII. Prestasi Belajar Akuntansi Prestasi merupakan kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Dewi Salma Prawiradilaga (2008:18) menyatakan bahwa indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar. Prestasi yang baik tentu didapat dengan proses belajar yang baik. Nana Syaodih Sumadinata (2003:102) menyatakan bahwa, Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, kemampuan berpikir, maupun keterampilan motorik. Sama halnya dengan Nana Sudjana (2009:22) yang menyatakan

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 19 bahwa, Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Hasil belajar tersebut dapat diketahui melalui proses evaluasi. Menurut S. Nasution (2005:78) bahwa evaluasi berguna untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah mencapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan. Olehnya itu, evaluasi memegang peranan penting dalam segala bentuk pembelajaran karena dengan evaluasi akan diketahui prestasi yang diperoleh peserta didik sehingga pendidik dapat menentukan balikan untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Menurut Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih (2003:2) bahwa Akuntansi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif dari suatu unit organisasi atau kesatuan ekonomi yang ditujukan kepada pemakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berdasarkan definisi tersebut, akuntansi dapat diartikan sebagai proses yang meliputi identifikasi, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi dalam kegiatannya dan dalam kegunaannya informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. Jadi, prestasi belajar akuntansi merupakan bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya dalam bidang akuntansi. VIII. Penutup Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh pendidik untuk membuat peserta didik belajar sehingga terjadi perubahan dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing sehingga pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Salah satu jenis pembelajaran kooperatif yaitu pendekatan Think Pair Share (TPS). Model Think Pair Share (TPS) ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan partisipasinya kepada orang lain. Selain itu, Think Pair Share (TPS) sangat sistematis sehingga waktu yang diberikan

20 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 kepada peserta didik untuk berpikir sudah cukup dan memungkinkan peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh pendidik sehingga dapat memperbaiki rasa percaya diri. Model ini dapat digunakan dalam semua mata kuliah atau mata pelajaran pada semua tingkatan peserta didik. Akuntansi sebagai suatu disiplin ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi maupun di sekolah, tentunya dapat menggunakan metode ini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran akuntansi. Daftar Rujukan Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih. 2003. Akuntansi Pengantar- Pendekatan Terpadu. Edisi 1, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Anita, Lie. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Damyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gino, Suwarni, Suripto, dan Sutijan. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Robert E.Slavin. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media. S. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Solihatin, Etin dkk.2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.