SUMMARY HASNI YUNUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA)

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

KUESIONER PENELITIAN

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI JENTIK SEBAGAI DETEKSI DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERBASIS MASYARAKAT DAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

92 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Fajarina Lathu INTISARI

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Rawasari Kota Jambi Bulan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. O1 X 0 O k : Observasi awal/pretest sebanyak 3 kali dalam 3minggu berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya di Kampung Taratak Paneh Kota Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

Transkripsi:

SUMMARY HUBUNGAN KEGIATAN SURVEY JENTIK SEBELUM DAN SETELAH ABATESASI TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DI KELURAHAN BOLIHUANGGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 HASNI YUNUS 811409153 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Hasni Yunus. 2013. Hubungan Kegiatan Survey Jentik Sebelum Dan Setelah Terhadap Angka Bebas Jentik Di Kelurahan Bolihuangga Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes dan Pembimbing II Lia Amalia, S.KM, M.Kes. Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan fogging massal, abatisasi massal, pemeriksaan jentik, serta penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kegiatan survey jentik sebelum dan setelah abatesasi terhadap angka bebas jentik di Kelurahan Bolihuangga Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi adalah semua rumah di Kelurahan Bolihuangga sebanyak 924 rumah dan sampel 279 rumah dengan menggunakan metode simple random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara survey. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat menggunakan uji statistik Paired T Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kegiatan survey jentik baik sebelum maupun setelah abatesasi dengan angka bebas jentik. Angka bebas jentik sebelum dan setelah abatisasi didapatkan nilai p=0,065 > 0,05 (H 0 diterima). Saran perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang sama dengan hanya mengubah metode survey jentik secara visual ke metode single larva untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan lengkap mengenai nyamuk Aedes aegypti. Kata Kunci : Survey Jentik, Abatisasi, dan Angka Bebas Jentik.

1. Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara massal, abatisasi massal, pemeriksaan jentik, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus (Widoyono, 2008: 59). Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamatan Limboto pada triwulan pertama tahun 2011 tidak dilaporkan. Pada triwulan kedua kepadatan jentik yang diukur dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) memperlihatkan angka cakupan rata-rata diatas 70%. Adapun upaya yang dilaksanakan oleh Puskesmas adalah Penyuluhan dan PSN. Pada triwulan ketiga diatas 80%, upaya yang dilaksanakan masih tetap sama yaitu penyuluhan dan PSN. Dan pada triwulan keempat terjadi peningkatan yaitu sebesar 83%-100%. Sedangkan pada tahun 2012 Angka Bebas Jentik pada triwulan pertama memperlihatkan angka cakupan rata-rata diatas 95%, walaupun ada satu Kelurahan yang Angka Bebas Jentiknya sangat rendah yaitu hanya 58% hingga triwulan ketiga, kelurahan tersebut adalah Kelurahan Bolihuangga. Apabila dibandingkan dengan standar nasional angka tersebut masih jauh berada dibawah standar yaitu 95%, yang berarti kepadatan jentik nyamuk di Kelurahan tersebut masih cukup tinggi, upaya yang telah dilaksanakan oleh pihak Puskesmas yaitu berupa penyuluhan dan PSN. Pada triwulan kedua mengalami penurunan menjadi 72% - 87%, pada triwulan ketiga cakupan rata-rata yaitu sebesar 80% - 90%, dan pada triwulan keempat berkisar antara 70% - 100%. Untuk container yang paling banyak ditemukan jentik berdasarkan hasil survey jentik adalah belakang kulkas, dispenser, ember, ban-ban bekas, tempurung kelapa, tempat minum ternak, dan bak mandi. Indikator dari pemberantasan vektor adalah angka bebas jentik (ABJ). ABJ merupakan angka bebas jentik yang dapat menggambarkan besaran masalah demam berdarah dengue (Puskesmas Limboto. 2012). 2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan Cross sectional study, dimana pengumpulan data, baik data yang bersifat variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk menganalisis hubungan antara kegiatan survey jentik sebelum dan setelah abatesasi terhadap angka bebas jentik.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah yang ada di Kelurahan Bolihuangga sebanyak 924 rumah yang tersebar di 5 lingkungan. Penarikan sampel ditentukan dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling, dan memakai rumus Notoatmodjo 2010 sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 279 dan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Tehnik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis Bivariat digunakan untuk menguji hubungan kegiatan survey jentik sebelum dan setelah kegiatan abatesasi. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Statistik Paired T Test. Tujuan Paired T Test adalah untuk menguji dua sampel yang berhubungan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda atau ataukah tidak. Dua sampel yang berpasangan/berhubungan adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, artinya bahwa satu sampel akan mempunyai dua data. Dengan ketentuan H 0 ditolak jika t hitung > t tabel, artinya ada beda secara signifikan antara rata-rata sebelum dan setelah. (Kurniawan 2009). Dengan rumus sebagai berikut : 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Bolihuangga adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo yang memiliki luas wilayah 582,5 ha/m 2, dengan jumlah kepala keluarga 1193 jiwa dan jumlah penduduk 4364 jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Bolihuangga adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Kayumerah Sebelah Selatan : Danau Limboto Sebelah Timur : Kelurahan Hunggaluwa Sebelah Barat : Kelurahan Tenilo Kondisi lingkungan di Kelurahan Bolihuangga proporsi terbesar penggunaan tanahnya adalah sebagai lahan persawahan, pemukiman dan perkebunan. Selain itu kondisi wilayah umumnya adalah dataran rendah dan kawasan rawa. Pekerjaan masyarakat yang dominan di Kelurahan Bolihuangga adalah petani dan buruh tani, sedangkan sebagian lainnya adalah PNS, POLRI, TNI, nelayan, peternak, pengrajin industri rumah tangga, pedagang keliling, montir, dan karyawan swasta. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. 3.1.2. Hasil Analisis Univariat Tabel 4.8 Angka Indikator Indeks Jentik Sebelum Kelur ahan Bolih uangg a Ruma h disurv ey Rum ah positi f jentik Con tain er disu rvey Container positif Angka Indikator Jentik CI BI (% (% ) ) HI (%) AB J (% ) 279 135 452 140 48,3 30,9 0,1 51, 6 Sumber Data Primer 2013. Berdasarkan tabel terlihat bahwa hasil angka indikator jentik HI, CI, BI berturut-turut adalah 48,3%, 30,9%, dan 50,1% serta ABJ 51,6%.

3.1.3. Hasil Analisis Bivariat Berikut ini adalah tabel hasil analisis bivariat Angka Bebas Jentik sebelum Abatisasi dan setelah Abatisasi yang menggunakan rumus statisik Paired T Test. Tabel 4.10 Hasil Angka Bebas Jentik Sebelum dan Setelah Rata-Rata Sampel Standard Deviasi n Nilai p (p value) Sebel um Abate sasi 51.60 00 Sesudah Sebelum Sesudah 56.0200 10.70864 14.48458 α (sig) 5 0,065 0,05 Berdasarkan uji statistik SPSS pada tabel diatas diketahui bahwa nilai p (p value) = 0,065 > α=0,05 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai (α=0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum abatisasi dengan setelah abatisasi. Sehinga survey jentik baik sebelum maupun setelah abatesasi tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap angka bebas jentik. 3.2. Pembahasan 3.2.1. Kegiatan Survey Jentik Hasil survey jentik sebelum abatesasi di Kelurahan Bolihuangga menunjukkan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 51,6%. Angka-angka indeks jentik seperti House Index (HI), Container Index (CI), dan Breteau Index (BI) yang diperoleh ini berturut-turut sebesar 48,3%, 30,9%, dan 50,1%. Dan hasil survey jentik setelah abatesasi menunjukkan hasil sebagai berikut, HI (43,7%), CI (70,7%), BI (73,3%), dan ABJ (56,2%). Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ABJ setelah adanya kegiatan abatisasi yang dilaksanakan di setiap rumah yang positif di temukan jentik, walaupun masih dibawah ABJ Nasional yang diharapkan sebesar 95%. Peningkatan Angka Bebas Jentik ini yaitu dari 51,6% menjadi 56,2%. 3.2.2. Kegiatan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan hasil angka bebas jentik sebelum dan setelah kegiatan abatisasi mengalami peningkatan yaitu dari 51,6% menjadi 56,2%, meskipun belum memenuhi standar (95%). Hasil ini diperoleh dengan cara membandingkan angka bebas jentik sebelum dan setelah abatesasi untuk masing-masing lingkungan kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik T Test sehingga didapatkan hasil perhitungan seperti diatas. Data yang dimasukkan adalah data per lingkungan bukan per rumah tangga, hal ini dimaksudkan untuk memperkecil data yang akan diolah karena data yang ada sudah termasuk data homogen sehingga tidak perlu dihitung per rumah. Kegiatan abatisasi ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan survey jentik. Namun hasilnya diketahui 2 minggu berikutnya setelah di survey kembali. Tempat-tempat yang di taburkan bubuk abate hanya yang positif di temukan jentik nyamuk dan memungkinkan untuk di abate seperti bak mandi dan juga sumur yang positif jentik. Tempat-tempat lain yang positif di temukan jentik seperti ember, belakang kulkas, dispenser, kaleng bekas cat, dan tempat minum ternak tidak di abate karena tidak memungkinkan.

Alternatifnya memberikan saran kepada masyarakat agar selalu memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan rumah seperti memperhatikan tempat-tempat yang dapat menampung air hujan, selalu menguras bak mandi semingggu 2x, menguras dan mengganti air bersih di ember atau tempayan yang dipakai untuk menyimpan air cadangan agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, mengecek penampungan air yang ada di bagian belakang kulkas maupun penampungan air di dispenser, dan selalu mengganti air setiap hari di tempat minum ternak. 4. Simpulan Dan Saran 4.1. Simpulan 1. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kegiatan survey jentik sebelum dan setelah abatesasi terhadap angka bebas jentik, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna karena nilai p (p value) = 0,065 > α (0,05), dimana Ho diterima. 4.2. Saran 1. Bagi Masyarakat Diharapkan kepada masyarakat Kelurahan Bolihuangga maupun masyarakat pada umumnya untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan, khususnya pada musim penghujan agar selalu memeriksa tempat- tempat penampungan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Meningkatkan kegiatan PSN DBD bukan hanya difokuskan pada TPA di dalam rumah, tetapi juga tempat perkembangbiakan lainnya yang ada di luar rumah dengan mengubur/mengamankan/menyi ngkirkan barang-barang bekas seperti ban, ember, kaleng, sisa perabotan dan mengaktifkan kembali kegiatan kerja bakti seminggu sekali. 2. Bagi Peneliti lain Bagi peneliti lain agar melanjutkannya dengan meneliti dan menambah variabel lainnya baik dengan uji hubungan atau pengaruh serta mengubah metode survey jentik dari visual ke single larva. 3. Bagi Instansi Terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dan Puskesmas Global Limboto) Diharapkan kepada instansi terkait agar selalu mengintervensi kegiatankegiatan di lapangan seperti survey jentik dan abatisasi, agar kita dapat mengukur sampai sejauh mana tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut dalam rangka mencegah dan menanggulangi angka kejadian penyakit yang berkembang di masyarakat. Merencanakan kegiatan PSN DBD dengan kerjasama lintas sektoral, bulan bakti 3M, mengaktifkan jum at bersih, meningkatkan PJB (Pemantauan Jentik Berkala) dan secara intensif melakukan penyuluhan tentang pemberantasan DBD.

DAFTAR PUSTAKA Boekoesoe. L. 2012. Bahan Ajar Pengendalian Vektor. Gorontalo: UNG Press. Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 2012. Data Penderita DBD 2012-2013 Kabupaten Gorontalo. Bidang P2PL. Gorontalo. Hasyimi dan Soekimo. 2004. Pengamatan Tempat Perindukkan Aedes aegypti Pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 3 No. 1: 37-42. Jakarta. Hasyimi, Sukowati, Kusriastuti, Muchlastriningsih. 2005. Situasi Vektor Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Vol. XV No. 2: 14-18. Kantor Kelurahan Bolihuangga. 2013. Data Kependudukan 2013 Kelurahan Bolihuangga. Kurniawan. A. 2009. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta: MediaKom. Mulia. M. R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.