BAB I PENDAHULUAN. mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami. penyebab utama dari cedera tulang belakang adalah trauma, baik trauma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Cedera tulang belakang merupakan cedera pada tulang belakang baik

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RUANG MELATI I RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Issu Metodologi MOOD AND PERFORMANCE FOOD. Baseline. Expectancy dan Placebo 14/04/2014

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan angka kecelakaan dapat menyebabkan trauma mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami kecelakaan berat (Aston, 2003).Michael, (2002) menyebutkan bahwa penyebab utama dari cedera tulang belakang adalah trauma, baik trauma kecelakaan lalulintas maupun trauma olahraga.manifestasi yang muncul tergantung dari luas dan lokasi terjadinya kerusakan pada tulang belakang.cedera tulang belakang adalah terjadinya kerusakan di tulang belakang baik bagian vertebra servikal, vertebra toraka, vertebra lumbal, sacrum dan coccygeus. Akibat dari cederatulang belakang ada dua yaitu akibat langsung dimana terjadi gangguan fisik dan akibat tidak langsung yaitu syok psikologi dimana orang mengalami cacat yang tiba-tiba dan tergantung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Orang yang mengalami syok psikologi akan terjadi gangguan dalam tingkah laku, suasana hati, pikiran, dan kognitif. Dimana hal tersebut mempengaruhi dalam penilaian terhadap diri sendiri atau penilaian terhadap konsep diri (Michael, 2002). Perasaan trauma hingga gejala stres dan depresi dialami oleh penderita kerusakan tulang belakang. Pada gangguan trauma akan mengalami gejala sulit tidur, pikiran dan ingatan kacau, terisolasi, dan sering merasa ketakutan. Apabila tidak ditangani maka hal tersebut dapat mengalami depresi (Damayanti, 2004).

Depresi merupakan gangguan mood berupa kesedihan, yang berlangsung dalam waktu lama, dan menggangu kehidupan normal yang kejadiannya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan hidup (Raditya, 2012). Pada orang dewasa dengan cedera tulang belakang umumnya disertai dengan depresi(arango, LJC, dkk, 2011).Prevalensi status depresi pada orang dewasa dengan cedera tulang belakang yaitu 10 15% (Centers for Disease Control and Prevention, 2009). Menurut penelitian Ji Cheol Shin, dkk (2012) pada enam bulan pertama pasien cedera tulang belakang mengalami depresi berat sebesar 63,9%. Prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa (Riskesdas, 2007). Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia ± 150.000.000, jadi ada 1.740.000 orang yang mengalami gangguan mental emosional (Depkes, 2009). Menurut Riskesdas (2013) prevalensi gangguan mental emosional sebesar 6 %. Di provinsi Jawa Tengah prevalensi gangguan mental emosional sebesar 4,7%. Kadar serotonin dan dopamin yang rendah menjadi faktor neurobiologi utama sebagai penyebab depresi. Untuk meningkatkan kadar serotonin dan dopamin salah satunya dengan meningkatkan asupan niasin dan asam lemak omega-3 (Nurmiati, 2005). Niasin memiliki peran dalam perkembangan otak. Niasin sebenarnya bukan vitamin murni karena dapat dibentuk di dalam tubuh dari asam amino triptofan. Triptofan merupakan provitamin bagi niasin, 60 mg triptofan setara dengan 1 mg niasin.niasin diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi serotonin yang merupakan salah satu neurotransmitter di 2

otak. Niasin diberikan pada pasien depresikarena terhambatnya pengubahan asam amino triptofan menjadi niasiamida dalam otak, sehingga terjadi kekurangan niasin dan kelebihan triptofan bebas. Triptofan berlebihan dapat mendorong pembentukan zat halusinogen tertentu (yang menimbulkan khayalan), dapat menimbulkan kelainan pada suasana jiwa dan pengamatan.halusinogen ini dapat dirombak oleh enzim MAO (Mono Amino Oksidase) yang justru memerlukanniasiamida dan vitamin C untuk kerjanya.apabila niasin kurang, pembentukan serotoninpun berkurang.serotonin yang berkurang dapat menyebabkan timbulnya depresi mentalis (FKUI, 2007), sehingga vitamin ini banyak digunakan sebagai terapi alternatif pada depresi yang menghasilkan efek baik dalam meringankan gejala (Tjay, 2002). Peran perkembangan dalam otak selain niasin, asam lemak omega-3 juga berperan dalam perkembangan otak.asam lemak omega-3 merupakan salah satu asam lemak essensial pembentukan utama otak, sel saraf, dan retina yangdapat membantu kecerdasan dan mempengaruhi perilaku. Komponen asam lemak omega-3 yang paling banyak dibutuhkan otak adalah Docosahexaenoic Acid (DHA)yaitu sekitar 10 20% dari komposisi asam lemak total di otak. Docosahexaenoic Acid (DHA) merupakan asam lemak penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak (Anurogo, 2010). Kandungan asam lemak omega-3 lainnya yaitu Asam Alfa Linolenat (ALA) dan Eikosapentanoat(EPA) hanya dibutuhkan 1 % dari total asam lemak di otak, namun otak tidak dapat memproduksi Docosahexaenoic Acid(DHA) karena asam lemak omega-3 tergolong ke dalam asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Docosahexaenoic 3

Acid (DHA) berhubungan dengan stabilitas membran neuron, fungsi serotonin dan transmisi dopamin dimana ketiga hal tersebut berhubungan dengan manifestasi depresi (dalam hal mood dan kognitif) (Rogers, dkk, 2008). Dalam penelitian Guilliams (2007) asam lemak omega-3 dapat meningkatkan serotonin, dimana serotonin merupakan neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi. Telah ditunjukkan bahwa dengan Docosahexaenoic Acid (DHA) yang defisit maka dalam kemampuan belajar ke tingkat yang lebih tinggi akan defisit juga (Catalan, dkk, 2002 dan Hashimoto, dkk, 2002), hal tersebut serupa dengan dampak Alzheimer. Pengaruh ini dihubungkan dengan perubahan dalam fluiditas selaput otak yang disebabkan oleh Docosahexaenoic Acid(DHA).Angka kecukupan asam lemak omega-3 untuk penderita depresi adalah 1 3 gram (Grober, 2012). Burgess, dkk (2000) menyatakan beberapa penelitian telah menghubungkan protein atau defisit energi dengan masalah perilaku atau kognitif. Efek dari kekurangan beberapa mikronutrien sudah banyak terbukti misalnya defisiensi iodine pada perinatal dapat menyebabkan retardasi mental, asam lemak omega-3, niasin yang berperan dalam perkembangan struktur dan fungsi otak, defisiensi asam folat menyebabkan spinabifidia, dan defisiensi zat besi akan menyebabkan anemia. Manifestasi patologis dari kurangnya zat-zat gizi ini akan berpengaruh pada perkembangan otak (Sinn, 2008). Cara pemenuhan kebutuhan gizi dari aspek gizi ada dua cara yaitu dengan mengkonsumsi suplemen gizi dan cara food based(pola dan kebiasaan makan). Konsumsi suplemen dilakukan dalam keadaan darurat 4

dan sifatnya sementara.cara ini tidak dianjurkan untuk jangka waktu lama karena berisiko kelebihan dosis dan tidak ekonomis. Jika dibandingkan, dengan carafood based merupakan cara yang lebih baik, aman, dan efektif. Keuntungan carafood based lainnya adalahpadasaat mengkonsumsi bahan makanan tidak hanya berisi niasin, asam lemak essensial dan asam lemak omega-3, tetapi juga zat gizi lainnya yang juga berperan vital untuk kesehatan dan kecerdasan otak (Almatsier, 2001). Berdasarkan data yang diperoleh dari RSO.Prof. DR. R. Soeharso Surakarta jumlah pasien dengan cedera tulang belakang dari bulan November sampai Desember 2014 sebesar 50 pasien. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara asupan niasin dan asam lemak omega-3 dengan status depresi pada pasien cedera tulang belakang di RSO. Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara asupan niasin dan asam lemak omega-3 denganstatus depresi pada pasien cedera tulang belakang di RSO. Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya hubungan antara asupan niasin dan asam lemak omega-3 dengan status depresi pada pasien cedera tulang belakang di RSO. Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan asupan niasin pada pasien 5

b. Mendeskripsikan asupanasam lemak omega-3 pada pasien c. Mendeskripsikanstatus depresi pada pasien d. Menganalisishubungan antara asupan niasin denganstatus depresi pada pasien e. Menganalisis hubungan antara asupan asam lemak omega-3 denganstatus depresi pada pasien D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instusi Rumah Sakit Memberikan masukan terhadap ahli gizi Rumah Sakit untuk meningkatkan asupan niasin dan asam lemak omega-3 pada pasien yang mengalami depresi cedera tulang belakang melalui menu makanan yang tinggi niasin dan asam lemak omega-3. 2. Bagi Pasien dan Keluarga Memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga agar lebih memperhatikan pasien yang mengalami depresi pada cedera tulang belakang dengan meningkatkan pola makan yang mengandung niasin dan asam lemak omega-3. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai fungsi niasin dan asam lemak omega-3 pada status depresi cedera tulang belakang. 6