BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat. : Permohonan menjadi responden

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

JURNAL STIKES. ISSN Volume 7, Nomor 1, Juli 2014, halaman DAFTAR ISI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

HUBUNGAN LAMA PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI SMC RS. TELOGOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ERIYANTO NIM I

ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana sebagian besar pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan

DAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE

HUBUNGAN PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS PADA PASIEN BALITA DI RSIA IPHI BATU ABSTRAK

PEMBERIAN OBAT MELALUI IV TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

Rata-Rata Lama Hari Pemasangan Infus dalam Terjadinya Flebitis pada Pasien yang Dipasang Infus di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

1.5 Metode Penelitian Tahapan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dibagi bebrapa tahapan, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

HUBU GA LAMA PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PLEBITIS DI RSUD TUGUEJO SEMARA G ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG 2006

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013

TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jalan dan gawat darurat yang didalamnya tedapat tenaga kesehatan (UU No

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bengkak, streak formation dan atau terabanya Venous cord

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA DENGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Ponorogo, bermaksud melaksanankan penelitian dengan judul Perilaku

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP NYERI PADA PENDERITA FLEBITIS DI RS DKT JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). yang terus berkembang (Depkes RI, 1999).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencegah dan memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia diperlukan terapi intravena. Menurut Perdue dalam Hankins, Lonway, Hedrick, dan Perdue (2001) mengatakan bahwa terapi ini berkembang dari suatu tindakan yang dianggap ekstrim, dimana hanya digunakan pada kondisi kritis, terapi intravena dibutuhkan pada hampir 90% pasien yang menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan. Komplikasi pada terapi intravena salah satunya adalah phlebitis. Phlebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi mekanik, kimia, dan bacteri, Plebitis dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar pemasangan intravena atau sepanjang vena, nyeri dan pembengkakan (Hankins, Lonsway, Hedrick, & Perdue, 2004). Untuk mengendalikan kejadian phlebitis terapi intravena atau infus, harus mengikuti SOP, dalam penangananya agar tidak terjadi komplikasi phlebitis. Phlebitis terdiri dari 4 derajat, derajat satu ditandai dengan eritema pada daerah insersi dengan atau tanpa nyeri, derajat dua ditandai dengan nyeri pada daerah insersi disertai dengan eritema dan atau edema, derajat tiga ditandai dengan nyeri pada daerah insersi dengan eritema dan atau edema, derajat empat ditandai dengan nyeri pada daerah insersi disertai dengan eritema, pembentukan lapisan, 1

2 dan/atau pengerasan sepanjang vena >1 inci, dan atau keluaran purulen. Beberapa faktor yang menyebabkan phlebitis adalah mekanis, secara mekanis (mechanical phlebitis) tejadi ketika ukuran kanul terlalu besar sehingga menyebabkan gesekan pada area internal pembuluh darah yang mengakibatkan radang, secara kimia (chemical flebitis) semakin rendah atau tinggi Ph dari obat atau larutan,semakin besar resiko radang pembuluh darah (chemical flebitis, bacteri ( Bacterial phlebitis) dapat disebabkan oleh tehnik asepsis yang tidak benar selama mencampuran obat dan larutan atau saat penusukan serta saat perawatan. (Nursalam, 2011). Perawat harus betul betul mengetahui faktor penyebab diatas dan memahami SOP yang harus selalu dilakukan pada pemasangan infus. Phlebitis merupakan infeksi nosokomial, yakni infeksi yang didapatkan dari rumah sakit setelah dua hari perawatan ( Rohani, 2010). Tujuan dari memasang infus atau pemberian cairan intra vena adalah memberikan sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena untuk menggantikan kehilangan cairan tubuh atau zat-zat makanan, dan sebagai media pemberian obat. Pada dasarnya tindakan memasang infus adalah proses memasukan jarum intra cateter kedalam pembuluh darah vena yang kemudian disambungkan dengan selang infus dan dialirkan cairan infus (Aryani, 2009 & rohani, 2010). Sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dan meningkatkan resiko Phlebitis antara lain : trauma pada vena selama penusukan, cairan infus bersifat asam

3 atau alkali atau memiliki osmolalitas tinggi, penusukan ke pembuluh darah yang terlalu kecil, menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena, jarum infus lama tidak diganti, riwayat pasien dan kondisi sekarang, stabilitas kanul. Usaha untuk mencegah terjadinya phlebitis dan kepatuhan membutuhkan tanggung jawab dari perawat yang memberikan layanan. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. (Dinna. T, 2013). Menurut peneliti terdahulu Pada penelitian Dinna. T. (2013) yang melakukan penelitian yang berjudul hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP pemasangan inpus dengan kejadian flebitis di RSUD Tugurejo Semarang, didapatkan hasil dari 74 responden perawat sebagian besar menjalankan pemasangan inpus sesuai standar operasional prosedur dalam kategori patuh sebanyak 52 reponden dan sebagian besar pasien tidak mengalami flebitis 47 responden (90.4%) dan yang terjadi kejadian flebitis sebayak 5 (9,62%) responden. Pada responden yang tidak patuh sebanyak 22 responden, sebagian besar responden sebanyak 14 (63,6%) mengalami kejadian flebitis dan yang tidak terjadi hanya 8 (36,4%) responden. Kejadian flebitis terjadi pada pasien di karenakan perawat tidak melalukan teknik aseptik (cuci tangan dan memakai sarung tangan dengan benar). Kepatuhan merupakan bagian dari individu yang bersangkutan untuk mentaati mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam menjalankan tindakan pemasangan inpus sesuai SOP tergantung dari perilaku perawat itu sendiri.

4 Penelitian Ince (2012) tentang kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional pemasangan infus terhadap flebitis di RS Baptis Kediri menunjukan sebagian besar perawat memiliki tingkat kepatuhan pelaksanaan sesuai SOP, yakni sebesar 60 (88, 2%) sedangkan perawat yang memiliki tingkat kepatuhan pelaksanaan yang tidak sesuai sebesar 8 (11,8%). Menurut saya perawat adalah : Tenaga profesional yang mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan moral, bertanggung jawab serta berwenang melaksanakan asuhan keperawatan. Semua perawat dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan pemasangan infus yang sesuai dengan standar operasional prosedur. SOP adalah spesifikasi teknis yang dibakukan, merupakan catatan minimum berupa model yang akan ditiru, yang mengandung harapan spesifik, patokan pencapaian tingkatan dengan ketepatan kuantitas dan kualitas yang lebih terjamin. SOP di artikan juga tatacara secara tertulis yang dibakukan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu yang diacu oleh seluruh anggota kelompok untuk memudahkan pemahaman. (Sumijatun, 2010). Pemasangan infus diatas dalam Standar Opersional Prosedur (SOP). Infeksi Nosokomial (Phlebitis) terjadi karena SOP tidak dipatuhi oleh perawat. Tentang adanya kepatuhan perawat profesional terhadap anjuran, prosedur dan perawatan yang harus dilakukan dan ditaati. Dalam hal ini ketaatan dalam menjalankan SOP.

5 Angka kejadian phlebitis di Eka Hospital BSD, menurut laporan Panitia pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPPI) pada tahun 2013, dalam enam bulan terakhir dari bulan April sampai dengan September total angka kejadian phlebitis adalah 27 pasien, bulan April angka kejadian phlebitis 5 (1.95 ) dari insersi 346 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2555, Mei 7 (2.86 ) dari insersi 379 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2444, Juni 1 (0.37 ) dari insersi 334 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2683, Juli 4 (1.83 ) dari insersi 302 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2174, Agustus,5 (2.32 ) dari insersi 298 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2154, September 5 (2.28 ) dari insersi 320 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2188. Di bandingkan dengan kejadian phlebitis pada tahun 2012 mengalami penurunan, angka kejadian plebitis 36 pasien selama 6 bulan dari bulan April sampai dengan September. Bulan April angka kejadian phlebitis 4 (1.84 ) dari insersi 353 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2167, Mei 9 (3.64 ) dari insersi 330 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2469, Juni 4 (1.87 ) dari insersi 320 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2135, Juli 4 (1.84 ) dari insersi 354 dan jumlah hari pemakaian alat infus 2100, Agustus 11 (6.5 ) dari insersi 265 dan jumlah hari pemakaian alat infus 1687, September 4 (2.19 ) dari insersi 304 dan jumlah hari pemakaian alat infus 1819. Pada dokumentasi PPP1 Eka Hospital BSD pada pemasangan infus kejadian phlebitis ada 4 derajat dan yang ke 4 sudah termasuk luka infus. Analisa dari PPPI adalah kejadian phlebitis tahun 2012 sampai 2013 masih berpariasi, tetapi masih dibawah target indikator mutu. Target indikator mutu

6 di Eka hospital BSD adalah < 3. Sedangkan menurut Depkes adalah < 1.5% (dalam hitungan persen). Berdasarkan analisa PPPI diketahui bahwa kejadian phlebitis tahun 2012 angka kejadian tertinggi pada bulan Agustus kejadian tersebut terjadi di ruangan Pinus (pediatrik), dan tahun 2013 terbanyak kejadian di bulan Mei terjadi diruangan Pinus. Salah satu penyebab kejadian phlebitis yaitu perawat tidak patuh dalam melaksanakan prosedur pemasangan infus karena kurangnya pengetahuan perawat terhadap SOP, dan tehnik pemasangan infus tidak sesuai SOP. Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP pemasangan infus dengan kejadian phebitis diruang rawat Inap Eka Hospital BSD. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada Hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di ruang perawatan EKA Hospital BSD?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di ruang perawatan EKA Hospital BSD.

7 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik umur, lama kerja dan pendidikan perawat diruang rawat inap Eka Hospital BSD b. Mengidentifikasi kepatuhan perawat diruang rawat inap Eka Hospital BSD dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. c. Mengidentifikasi kejadian phlebitis di ruang rawat inap EKA Hospital BSD. d. Mengidentifikasi hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di ruang rawat inap EKA Hospital BSD. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi EKA Hospital BSD sebagai masukan kepada Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPPI) EKA Hospital BSD dalam pengambilan kebijakan mengenai kepatuhan perawat dalam pemasangan infus untuk mengurangi terjadinya phlebitis. 2. Bagi profesi keperawatan sebagai masukan dalam pengelolaan pencegahan phlebitis dengan memperhatikan faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya phlebitis. 3. Bagi peneliti bertambahnya pengetahuan, memperluas wawasan, memenuhi syarat lulus dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dalam bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian, khususnya yang berkaitan dengan kejadian phlebitis. 4. Bagi Penelitian sebagai dasar penelitian berikutnya.