BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemakai jalan raya. Ada bermacam-macam rambu lalu lintas yang dipasang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan suatu pelayanan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada era zaman globalisasi ini kendaraan sepeda motor semakin banyak

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB III METODE PENELITIAN

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu )

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan catatan korban dari usia 15 hingga 19 tahun yang tertinggi mencapai 3.841

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan 4 Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. dengan Kampus, sekolah, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede (moge) jumlahnya semakin bertambah dengan seiringnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB I. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara motor di bawah umur. Keterlibatan pelajar atau siswa SMP sebagai pengendara motor di bawah umur yaitu pengendara motor yang bertentangan dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 pasal 81 ayat 2, bahwa seseorang berhak memiliki SIM C pada usia 17 tahun (Chrisharyanto, 2011). Sedangkan, siswa SMP merupakan remaja awal yang rentang usianya 12 sampai 15 tahun (Monks, dkk, 2002, hlm. 260). Oleh karena itu, siswa SMP semestinya belum berhak mengendarai kendaraan bermotor dan belum berhak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Namun kenyataannya, banyak siswa SMP yang mengendarai kendaraan bermotor, hal ini jelas melanggar hukum. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2013 mencatat, bahwa kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang disebabkan oleh pelajar terjadi sebanyak 2.214 kecelakaan. Kabupaten Subang merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki tingkat kecelakaan pelajar tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lainnya, yaitu sebanyak 208 kecelakaan (BPS Jawa Barat, 2013, hlm. 197-198). Adanya kebebasan dalam berkendara ini membuat maraknya pengendara motor di bawah umur, sehingga mengakibatkan resiko terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Maraknya kasus kecelakaan menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan, kasus kecelakaan yang dikutip dari Hamzah (dalam Republika.co.id, 2013), merupakan kecelakaan maut yang dialami oleh AQJ berusia 13 tahun, seorang anak dari musisi ternama Indonesia menjadi pusat perhatian masyarakat karena kecelakaan yang dialaminya mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, hal ini tidak terlepas dari adanya izin serta kebebasan

2 yang diberikan oleh orang tua dalam mengemudikan kendaraannya di jalanan umum yang seharusnya tidak diperbolehkan, dalam kasus ini perilaku remaja juga cenderung bebas, perilaku ini terjadi karena kurangnya kontrol dari orang tua dan merupakan penunjukan keinginan remaja untuk dicintai dan diperhatikan. Beberapa kasus kecelakaan pengendara motor di bawah umur lainnya yang banyak terjadi di Indonesia, yakni kasus balapan kendaraan bermotor di Bale Pute, Luwu Sulawesi Selatan dikutip dari Suyeppa (dalam Wordpress.com, 2011) kecelakaan dialami oleh remaja yang mengendarai kendaraanya dengan kecepatan tinggi, serta tidak memperhatikan peraturan lalu lintas, mengakibatakan seorang pria mengalami koma akibat kelalaian remaja tersebut. Kasus kecelakaan lainnya di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dikutip dari Ferdianto (dalam Merdeka.com, 2014) remaja berusia 11 tahun, remaja tersebut mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia, karena mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan tanpa menggunakan helm pengaman. Kebanyakan dari kasus kecelakan yang dialami pengendara di bawah umur ini terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor, hal ini karena sepeda motor termasuk unsafe vehicle yang mengharuskan pengendaranya memiliki keahlian dan pengalaman (Lulie dan Hatmoko, 2003, hlm. 142). Sehubungan dengan hasil dari penelitian Riskinah (2012, hlm. 6) dalam aspek psikografi, speed dan DBQ (Driver Behavior Questionare) bahwa, pengendara motor usia muda cenderung melakukan pelanggaran secara tidak sengaja dan cenderung melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan saat berkendara. Hal ini dikarenakan pengalaman yang masih terbatas dalam berkendara. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelompok usia 15 sampai 20 tahun memiliki persentase kecelakaan yang tinggi, yakni ditinjau dari penyebabnya 63% kecelakaan disebabkan oleh diri sendiri, 52% karena terburu-buru, 15% karena perhatian teralihkan, dan 11% karena kantuk. Maka dari data tersebut, kesadaran diri sendiri merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan, karena kurangnya kontrol

3 dari diri sendiri, serta usia yang masih labil akan sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan tersebut. Gesell, A, llg, & Ames (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa remaja usia 14 tahun emosinya seringkali tidak terkontrol, hal ini karena remaja tidak berusaha dalam mengendalikan perasaannya. Oleh sebab itu, remaja harus dapat mengontrol dirinya, agar dapat menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, serta dapat mengontrol setiap dorongan dalam dirinya sebelum ditampilkan dalam bentuk perilaku. Pembentukan perilaku pada remaja cenderung mendorong remaja untuk melakukan hal-hal yang mengandung resiko tinggi. Seperti halnya, kecelakaan kendaraan bermotor di Amerika Serikat merupakan penyebab utama kematian di kalangan remaja, kondisi tersebut mengakibatkan lebih dari sepertiga kematian remaja pada usia 15 sampai 19 tahun, kematian akibat kecelakaan bermotor ini disebabkan oleh ketidakmatangan remaja yang mengarah kepada pengambilan resiko dan ketidakpedulian orang tua (Papalia, dkk, 2008). Menurut Semin & Fiedler (dalam, Chrisharyanto, 2011, hlm. 45) pola pengasuhan yang diberikan orang tua dalam menekankan pentingnya perilaku patuh pada remaja terhadap peraturan menjadi faktor yang sangat berpengaruh jika nilai-nilai kepatuhan tersebut dijadikan acuan namun sebaliknya, jika nilai-nilai kepatuhan ini menjadi tidak perlu, maka remaja tidak akan merasa takut untuk melanggar peraturan. Dengan demikian, orang tua dapat menarik garis tipis antara memberikan kebebasan yang cukup serta memberikan perlindungan pada remaja dari ketidakdewasaan remaja dalam menilai. Hal ini akan sangat dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua (Papalia, dkk, 2008, hlm. 613). Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua bervariasi, variasi ini akan menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda pula pada remaja. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja, sebagai salah satu aspek perkembangan yang sifatnya dinamis. Seperti halnya sikap positif yang ditampilkan orang tua akan terbaca oleh remaja sehingga dapat menumbuhkan pandangan positif serta sikap menghargai diri sendiri pada remaja (Hans,

4 1993, hlm. 121). Oleh sebab itu, perlakuan orang tua terhadap remaja akan sangat mempengaruhi sikap serta perilaku pada remaja itu sendiri (Bornstein, 2002). Pola interaksi yang terjalin antara remaja dan orang tua, meliputi penerimaan remaja terhadap apa dan bagaimana orang tua memperlakukannya, yaitu tidak hanya pemenuhan kebutuhan secara fisik atau psikologis saja, melainkan orang tua juga mengajarkan remaja untuk mengetahui norma-norma yang berlaku di masyarakat, agar remaja dapat hidup sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungan (Maccoby, 1980) sehingga remaja dapat mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta dapat berfikir terlebih dahulu agar tidak melanggar peraturan, maka remaja akan dapat mengontrol dirinya dengan baik. Self-control menurut Gottfredson & Hirschi (dalam Praptiani, 2013, hlm. 3) merupakan pengendalian diri yang bersifat unidemential. Self-control juga merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi, dorongan-dorongan dari dalam diri untuk mengatur proses-proses fisik, psikologis, serta mengatur, membimbing, dan mengarahkan bentuk perilaku yang positif agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya (Feist, 2008). Menurut Gottfredson dan Hirschi (dalam Praptiani, 2013) individu yang memiliki self-control yang rendah akan cenderung bertindak impulsif, dan senang mengambil resiko. Selain itu, karakteristik individu yang memiliki self-control yang rendah juga memungkinkan individu tersebut terlibat pada perilaku menyimpang. Menurut Bucker (dalam Soekanto, 1998, hlm. 189) pada dasarnya setiap manusia memang memiliki dorongan untuk melanggar, meskipun pada kenyataanya tidak semua orang akan mewujudkan setiap dorongan-dorongan tersebut, maka kemamapuan mengontrol diri inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu selama masa remaja. Self-control yang rendah memiliki resiko terjadinya agresivitas. Semakin tinggi self-control individu maka semakin rendah agresivitasnya. Sebaliknya semakin rendah self-control individu maka semakin tinggi agresivitasnya (Praptiani, 2013, hlm. 4). Denson (2012, hlm. 23) dalam

5 jurnalnya self-control and aggresion menyatakan bahwa saat dorongan untuk melakukan perilaku menyimpang atau agresi yang tinggi muncul, selfcontrol akan membantu individu dalam menurunkan agresinya dengan mempertimbangkan aturan serta norma sosial yang berlaku. Hasil penelitian Nasichah (dalam Ghufron, 2003), mengenai persepsi remaja terhadap pengasuhan serta penerapan disiplin yang diberikan oleh orang tua yang semakin demokratis cenderung membuat remaja memiliki kemampuan self-control yang semakin tinggi. Orang tua yang menerapkan sikap disiplin secara berkelanjutan sejak dini serta selalu konsisten terhadap konsekuensi yang dilakukan remaja, maka saat remaja menyimpang dari ketentuan atau aturan yang ada, sikap konsisten tersebut akan diinternalisasikan menjadi self-control bagi dirinya. Berdasarkan penelitian Resti (2000), anak yang dikatakan memiliki self-control juga akan mampu mengendalikan emosi dan mampu menunda keinginannya untuk dipenuhi pada saat yang tepat serta dapat menghindari perbuatan yang melanggar norma sosial. Cara orang tua memperlakukan, mengajarkan dan membimbing anak ini akan membentuk karakter tersendiri pada anak. Dengan peran orang tua, anak belajar diantaranya bagaimana cara berbicara, bersopan santun, berperilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan dapat memahami norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berbeda halnya dengan orang tua yang tidak memberikan batasan serta tanggung jawab kepada remaja, akan membuat remaja sulit dalam membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, sehingga membuat remaja bereksperimen dengan keseluruhan perilakunya (Nur,aeni, 1999). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2009, hlm. 11) bahwa rendahnya kontrol dari orang tua yang diterima oleh remaja, akan membuat remaja bereksperimen secara tidak terbatas dengan perilaku-perilakunya termasuk perilaku yang beresiko. Berdasarkan penjelasan mengenai fakta, teori dan penelitian sebelumya, perbedaan pola asuh yang diberikan oleh orang tua terhadap remaja memungkinkan terjadinya pembentukan self-control yang berbeda-

6 beda pula pada setiap remaja. Oleh karena itu, hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi tentang pola asuh orang tua dengan self-control pengendara motor di bawah umur di Kabupaten Subang. B. Rumusan Masalah Pengendara motor di bawah umur semakin meluas di kalangan remaja di Indonesia, sesuai dengan aturan hukum yang berlaku bahwa pengendara motor wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) yaitu pada usia 17 tahun. Maka dari itu siswa SMP seharusnya tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor namun kenyataannya banyak siswa SMP yang mengendarai kendaraan bermotor tanpa memiliki SIM. Akibatnya, berbagai fenomena kecelakaan bahkan kematian juga banyak dialami oleh pengendara motor di bawah umur. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini, yaitu: Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang pola asuh orang tua dengan self-control pengendara motor di bawah umur di kabupaten Subang? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu: Untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang pola asuh orang tua dengan self-control pengendara motor di bawah umur di kabupaten Subang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

7 a. Menjadi bahan referensi yang berguna bagi penelitian lainnya, terutama untuk variabel yang sama, yaitu variabel pola asuh dan variabel self-control. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua untuk memberikan pola asuh yang tepat bagi remaja dalam kaitannya dengan pengendara motor di bawah umur. b. Menjadi salah satu pertimbangan bagi guru dan pihak sekolah agar mensosialisasikan mengenai aturan hukum mengenai larangan penggunaan kendaraan bermotor kepada siswa. Bagi peneliti selanjutnya: a. Menjadi salah satu bahan yang dapat memberikan gambaran mengenai fenomena kecelakaan pengendara motor di bawah umur. b. Memberikan gagasan untuk meneliti faktor lain yang juga berhubungan dengan permasalahan remaja yang berkaitan dengan pengendara motor di bawah umur. E. Sistematika Penulisan Struktur penulisan skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Struktur penulisan yang dimaksud, yaitu sebagai berikut: BAB I BAB II PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas teori persepsi remaja tentang pola asuh orang tua yang terdiri dari definisi persepsi tentang pola asuh orang tua, dimensi pola asuh orang tua, faktor-faktor pola asuh orang tua dan jenis-jenis pola asuh orang tua. Kemudian akan membahas mengenai self-control meliputi definisi self-control, jenis-jenis self-

8 BAB III BAB IV BAB V control, faktor-faktor self-control, perkembangan self-control, dimensi self-control, serta teknik-teknik self-control. Kemudian akan membahas mengenai pengendara motor di bawah umur serta teori remaja meliputi tugas-tugas perkembangan remaja, serta faktor penyebab pengendara motor di bawah umur. METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjabaran yang rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengambilan data, instrumen penelitian yang terdiri dari kuesioner persepsi tentang pola asuh orang tua dan kuesioner self-control, analisis data, serta prosedur pelaksanaan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai hasil analisis dan pembahasan penelitian mengenai gambaran persepsi tentang pola asuh orang tua dan selfcontrol, serta hubungan dari keduanya pada pengendara motor di bawah umur. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang akan bermanfaat bagi perguruan tinggi dan peneliti selanjutnya.