Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Pusat Perbelanjaan

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Hubungan Antar Fungsi Pada Kawasan Cihampelas Walk Bandung

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

INDIAN FESTIVAL WALK (INTEGRASI RUANG LUAR DAN RUANG DALAM)

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

INTEGRASI FUNGSI WISATA PADA FASILITAS AGROINDUSTRI (Studi Kasus : Kusuma Agrowisata, Batu dan Taman Buah Mekarsari, Kab. Bogor)

2. Sejarah Desain Interior

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

Citywalk Kalimas di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

Karakteristik Spasial Area Masuk Utama pada Bangunan Stasiun (Studi Kasus: Stasiun-Stasiun di Wilayah Malang)

Bab I PENDAHULUAN. satu atau beberapa department store besar sebagai daya tarik retail-retail kecil dan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB I PENDAHULUAN 6. 1

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TERPADU ANAK USIA DINI DI YOGYAKARTA

PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA

PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

POLA AKTIVITAS PADA RUANG PUBLIK TAMAN BUNGKUL SURABAYA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

TUGAS AKHIR 134. Semarang City Walk Mall

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP. c) Fasilitas pendukung di hotel (event-event pendukung/pengisi kegiatan kesenian di hotel)

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur SkripsiSarjana Strata-1 Semester Ganjil 2014/2015

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Keberadaan Fungsi Bangunan Sekitar dalam Membentuk Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan di Pusat Kota Pasuruan

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO. MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI YOGYAKARTA Dengan Penekanan Desain Green Architecture TUGAS AKHIR

International Fash on Institute di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

Kajian Desain Sirkulasi Ruang Luar Dan Ruang Dalam Bagi Penyandang Cacat Pada Kawasan Bangunan Ciwalk ( Cihampelas Walk )

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Studi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat

MALL DAN APARTMENT DI SEMARANG MALL AND APARTMENT IN SEMARANG

BAB II. KAJIAN LITERATUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG

Morfologi Spasial Lingkungan di Kawasan Malabar-Merbabu Malang

Jl. Tamansari No.1 Bandung

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO CITY WALK MALL SEMARANG TUGAS AKHIR ANIS ANINDYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEMARANG

BAB III DATA DAN ANALISA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PUSAT WISATA KULINER DI KOTA BATU DENGAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

INTEGRASI RUANG PAMER DAN RUANG WORKSHOP STUDIO PERUPA (STUDI KASUS: BLOK B PASAR SENI ANCOL)

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR

Transkripsi:

Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Pusat Perbelanjaan Andzikrikal Dwi Putra 1, Wulan Astrini,ST.,M.Ds 2, Indyah Martiningrum, ST.,MT 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email Penulis : andzikrikal.putra@gmail.com ABSTRAK Kurangnya ruang terbuka publik akibat persaingan lahan di perkotaan mengakibatkan berkurangnya aktivitas berkumpul bagi masyarakat, sehingga adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang awalnya mereka berkumpul di ruang terbuka publik, sekarang berpindah menuju pusat perbelanjaan modern. Hal ini memunculkan perkembangan desain pusat perbelanjaan yang diintegrasikan dengan ruang terbuka publik sebagai wadah berkumpul bagi masyarakat. Penelitian ini mengambil studi kasus Cihampelas Walk Bandung (Jawa Barat), Surabaya Town Square (Jawa Timur), dan The Park Solo (Jawa Tengah). Dimana ketiga pusat perbelanjaan tersebut mengintegrasikan ruang terbuka publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk integrasi ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan, khususnya pada aspek sirkulasi, zoning aktivitas, dan visual ruang. Metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan place-centered mapping dan person-centered mapping. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek sirkulasi menggunakan pencapaian tersamar oleh retail yang disusun secara linier, sehingga pengunjung dapat melewati ruang-ruang retail yang memiliki bentuk sirkulasi dengan semi terbuka. Aspek zoning aktivitas akan membentuk zoning penerima, zoning koneksi, zoning penunjang (retail, area tempat duduk, taman), dan zoning multiuse. Aspek visual ruang akan didominasi oleh unsur ruang dan prinsip irama, sehingga visual ruang dapat memberikan kesatuan antara ruang terbuka publik dan pusat perbelanjaan. Kata Kunci: Integrasi, ruang terbuka publik, pusat perbelanjaan ABSTRACT The lack of public open space due to the land competition in urban area generates less activity to gather in community, because of this changing of the life style, people who used to gather in public open spaces now moving to gather in modern shopping centers. This led to the development of shopping center design that integrated with public open space as a forum for the community to gather. This research takes a case study in Cihampelas Walk Bandung (West Java), Surabaya Town Square (East Java), and The Park Solo (Central Java). These three shopping centers is integrated with public open space. The purpose of this research is to find a form of integration of public open spaces to the shopping centers, especially in the aspect of circulation, zoning activities, and visual space. The method use in this research is descriptive qualitative method with a case study approach. Methods of data collection are using placecentered mapping and person-centered mapping. The results of this research indicate that circulation aspects use camourflaging approach by the linear arranged retails, that visitors can pass through the space between retails whose circulation form with semi open space. The aspect of zoning activity will form zoning receiver, zoning connections, zoning support (retail, sitting area, garden), and multiuse zoning. The aspect of visual space will be dominated by the space and the principle of rhythm, so that the visual of the space would provide unity between public open space and shopping center. Keyword: integration, public open space, shopping center

1. Pendahuluan Berkurangnya ruang terbuka publik yang mewadahi aktivitas bersama akan berdampak pada masalah sosial sebagai akibat kurangnya kebersamaan dan sosialisasi antar masyarakat, maka banyak kota-kota besar di Indonesia yang gencar untuk membangun taman baru atau merevitalisasi taman lama, misalnya Kota Bandung, Kota Surakarta, dan Surabaya. Adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang awalnya berkumpul di ruang terbuka publik, sekarang berpindah menuju pusat perbelanjaan modern. Hal ini memunculkan perkembangan desain pusat perbelanjaan yang diintegrasikan dengan ruang terbuka publik sebagai wadah berkumpul bagi masyarakat. Studi kasus dalam penelitian ini diambil pada pusat perbelanjaan di pulau Jawa yang merupakan pulau dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, sehingga studi kasus diambil di Cihampelas Walk Bandung (Jawa Barat), Surabaya Town Square (Jawa Timur), dan The Park Solo (Jawa Tengah). Dimana ketiga pusat perbelanjaan tersebut mengintegrasikan ruang terbuka publik. Elemen ruang terbuka publik memiliki 8 elemen, yaitu aktivitas dan fungsi campuran; ruang publik dan ruang khusus; pergerakan dan keramahan pedestrian; skala manusia dan kepadatan; struktur, kejelasan, dan identitas; kerapian, keamanan, dan kenyamanan; manajemen kota; dan visual yang menarik (Darmawan 2009:89). Berdasarkan hal itu, terdapat 3 elemen yang dapat menilai kualitas ruang terbuka publik yang terintegrasi pada pusat perbelanajaan, yaitu: a. Pergerakan dan keramahan pedestrian, di mana dalam elemen ini memfasilitasi pergerakan pengunjung dari satu tempat menuju tempat lainnya, sehingga aspek sirkulasi menjadi aspek yang dapat mengintegrasi antara ruang terbuka publik dengan pusat perbelanjaan, b. Ruang publik dan ruang khusus, di mana dalam elemen ini dapat memberikan sebuah zoning bagi pengunjung dalam beraktivitas, sehingga aspek zoning aktivitas ini dapat mengintegrasikan aktivitas dalam suatu zoning ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan, c. Visual yang menarik, di mana aspek visual ini dapat memberikan kesatuan antara ruang terbuka publik dengan pusat perbelanjaan. 2. Bahan dan Metode 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian ruang terbuka publik dan pusat perbelanjaan Ruang terbuka publik menurut Budiharjo (1998) adalah bagian dari ruang yang memiliki definisi sebagai wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik. Mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang (Maitland, 1987).

2.1.2. Aspek integrasi ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan a. Sirkulasi Sirkulasi merupakan pergerakan yang terlihat menghubungkan ruang-ruang suatu bangunan atau bagian yang satu dengan yang lain di dalam maupun di luar bangunan (Ching, 1996:246). Bentuk dan ruang-ruang bangunan serta arah pergerakannya sebagai berikut: 1) Pencapaian bangunan Terdapat 3 sifat pencapaian, yaitu pencapaian langsung, pencapaian tersamar, dan pencapaian memutar. 2) Konfigurasi alur gerak Menurut Ching (1996), terdapat macam-macam konfigurasi alur gerak, yaitu linier, radial, spiral, grid, network, dan komposit. 3) Hubungan ruang dan jalan Menurut Ching (1996), jalan dengan ruang-ruang dihubungkan dalam cara-cara melewati ruang-ruang, menembus ruang, dan berakhir dalam ruang. 4) Bentuk sirkulasi Terdapat 3 bentuk sirkulasi, yaitu sirkulasi tertutup, sirkulasi terbuka di salah satu sisi, dan sirkulasi terbuka di kedua sisi. b. Zoning aktivitas Zoning yang terbentuk dari aktivitas pengguna pada ruang terbuka publik menurut Sari (2011), sebagai berikut: 1) Zoning penerima yang merupakan zoning penangkap pengunjung dari area depan ruang terbuka public. 2) Zoning multiuse yang merupakan zoning yang memiliki fungsi ruang beragam dan digunakan sebagai sarana berkumpul pengunjung. 3) Zoning penunjang yang merupakan sarana penunjung untuk lebih mendapatkan daya tarik pengunjung, misalnya taman, area kios, retail makanan dan minuman, dan lain sebagainya. 4) Zoning koneksi, yakni area sebagai penghubung ruang satu menuju ruang lainnya. c. Visual ruang Menurut Hakim (2014:44), unsur-unsur keindahan visual dapat diperoleh melalui garis, bentuk, warna, dan tekstur. Masing-masing unsur memiliki sifat dan karakter yang dapat mempengaruhi kesan dan suasana ruang yang diciptakan. Unsur-unsur keindahan visual tersebut dikumpulkan menjadi satu menggunakan prinsip desain 2.2. Metode Penelitian ini menggunakan metode desktiptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus komparatif dengan tujuan untuk mencari variasi dari beberapa kasus studi (Haryadi, 2010). Metode pengumpulan data berupa observasi lapangan yang dilakukan pada hari kerja (weekday) dan akhir pekan (weekend) yang diulang selama siang hari (13.00-15.00) dan malam hari (18.00-20.00). Tujuan dari perbedaan kurun waktu dalam observasi ini untuk melihat perbedaan kecenderungan sirkulasi pengunjung, macam aktivitas, dan intensitas aktivitas pada ruang terbuka publik di pusat perbelanjaan. Observasi menggunakan metode place centered mapping dan person centered mapping. Dari hasil observasi ketiga studi kasus kemudian dianalisis pada aspek sirkulasi, zoning aktivitas, dan visual ruang. Selanjutnya dari hasil analisis tersebut, dikomparasikan dari ketiga studi kasus sehingga mendapatkan hasil sintesis bentuk integrasi ruang terbuka

publik terhadap pusat perbelanjaan pada aspek sirkulasi, zoning aktivitas, dan visual ruang. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Cihampelas Walk Bandung Cihampelas Walk Bandung yang biasa disingkat Ciwalk berada di Jalan Cihampelas No. 160 yang berada di pusat Kota Bandung, Jawa Barat. Memiliki 3 ruang terbuka publik yang terintegrasi dengan Ciwalk, yaitu koridor Young Street, koridor Broadway Street, dan selasar. 3.1.1. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Cihampelas Walk Bandung pada Aspek Sikulasi Sifat pencapaian Ciwalk adalah pencapaian tersamar karena pencapaian terhambat adanya koridor Young Street, koridor Broadway Street, dan selasar. Konfigurasi alur gerak Ciwalk adalah linier. Alur gerak pengunjung menuju Ciwalk pada hari kerja (weekday) dan akhir pekan (weekend) cenderung melalui koridor Young Street. Untuk akhir pekan alur gerak menuju pintu masuk utama dialihkan menuju koridor Young Street dan koridor Broadway Street karena terhalang oleh adanya sebuah event di selasar. Retail makanan dan minuman Event di Selasar (a) (b) Gambar 1. Kecenderungan Alur Gerak Pada (a) Hari Kerja (Weekday) dan (b) Akhir Pekan (Weekend) Hubungan ruang dan jalan pada ruang terbuka publik Ciwalk sebagai berikut: (a) Melewati ruang-ruang (retail) dan berakhir dalam ruang (pusat perbelanjaan) (b) Melewati ruang-ruang (retail) dan berakhir dalam ruang (pusat perbelanjaan) (c) Menembus ruang (selasar) dan berakhir dalam ruang (pusat perbelanjaan) Gambar 2. Hubungan Ruang dan Jalan Pada (a) koridor Young Street, (b) koridor Broadway Street, dan (c) selasar

Bentuk sirkulasi pada ruang terbuka publik Ciwalk, yaitu bentuk sirkulasi tertutup namun menggunakan atap transparan pada koridor Young Street, tanpa atap pada koridor Broadway Street, dan terbuka dikedua sisinya pada selasar Ciwalk sehingga memberikan kesan terbuka, luas, dan mendekati dengan alam. Bentuk sirkulasi ditunjukkan pada gambar 3. bentuk sirkulasi tertutup bentuk sirkulasi tertutup Tidak ada elemen pembatas sirkulasi Gambar 3. Bentuk Sirkulasi Pada (a) koridor Young Street, (b) koridor Broadway Street, dan (c) selasar 3.1.2. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Cihampelas Walk Bandung pada Aspek Zoning Aktivitas Jenis aktivitas berdasarkan zoning-zoning yang ada pada ketiga ruang terbuka publik Ciwalk ditunjukkan sebagai berikut: Zoning 1 (a) sirkulasi tertutup dengan atap transparan Area tempat duduk Tabel 1. Jenis Aktivtas pada Ruang Terbuka Ciwalk Koridor Young Street Koridor Broadway Street Selasar Istirahat Area tempat Istirahat Area tempat Bersantai duduk Bersantai duduk Istirahat Bersantai Zoning 2 Area kios Jual beli Area kios Jual beli Multiuse Istirahat Bersantai Zoning 3 Area koneksi Berjalan Zoning 4 Sumber: Hasil Analisis, 2016) (b) sirkulasi tertutup dengan atap terbuka Area koneksi Berjalan - - - - (c) sirkulasi terbuka dikedua sisinya Area koneksi Multiuse Berjalan Istirahat Bersantai Analisis intensitas aktivitas pada ruang terbuka publik Ciwalk menggunakan metode observasi place-centered mapping dapat diuraikan sebagai berikut: a. Koridor Young Street Koridor Young Street terjadi peningkatan intensitas aktivitas pada malam hari di hari kerja (weekday)dengan intensitas aktivitas tertinggi pada zoning koneksi sebesar 41%, sedangkan area tempat duduk sebesar 31%, dan area kios sebesar 28%. Intensitas aktivitas terjadi penurunan pada malam hari di akhir pekan (weekend) karena pengunjung cenderung beraktivitas di selasar karena terdapat sebuah event.

b. Koridor Broadway Street Koridor Broadway Street terjadi peningkatan intensitas aktivitas pada malam hari di hari kerja (weekday) dan akhir pekan (weekend). Peningkatan ini diakibatkan adanya zoning koneksi yang menghubungan pengunjung dari main gate menuju pusat perbelanjaan. Hirarki rata-rata intensitas aktivitas dari tertinggi ke rendah, yaitu intensitas aktivitas pada zoning koneksi sebesar 45%, area tempat duduk sebesar 33%, dan area jual beli sebesar 21%. c. Koridor Broadway Street Selasar Ciwalk terjadi penurunan intensitas aktivitas pada malam hari di hari kerja (weekday) karena kurangnya elemen penunjang seperti area tempat duduk dan pencahayaan sehingga kurang memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Peningkatan intensitas aktivitas pada malam hari terjadi karena adanya event di akhir pekan (weekend) di zoning multiuse sehingga pada zoning tersebut memiliki intensitas tertinggi sebesar 53%, sedangkan zoning koneksi sebesar 35% dan area tempat duduk sebesar 27%. 3.1.3. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Cihampelas Walk Bandung pada Aspek Visual Ruang Pada ruang terbuka publik Ciwalk ini didominasi oleh unsur ruang di mana ruang ini memberikan kesan terbuka, luas, dan mendekati alam bagi pengunjung. Prinsip desain pada ketiga ruang terbuka publik ciwalk didominasi oleh irama dan pengulangan, yakni pengulangan dari deretan vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah menuju pusat perbelanjaan sebagai pembatas area, dan juga sebagai point of interest pada ruang terbuka publik Ciwalk. (a) (b) (c) Gambar 4. Irama dan Pengulangan dari Deretan Vegetasi di (a) koridor Young Street, (b) koridor Broadway Street, dan (c) selasar (Sumber: Data Pribadi, 2016) 3.2. Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Surabaya Town Square Surabaya Town Square (Sutos) berada di Jalan Adityawarman No.55, Surabaya, Jawa Timur. Ruang terbuka publik pada Sutos berada di Ground Floor (GF) yang dikelilingi oleh hotel, retail dan restoran. 3.2.1. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Surabaya Town Square pada Aspek Sirkulasi Sifat pencapaian pada ruang terbuka publik Sutos menggunakan pencapaian tersamar menuju pusat perbelanjaan dikarenakan bentuk sirkulasi yang menembus ruang terbuka publik dan melewati ruang-ruang di koridor pusat perbelanjaan Sutos. Konfigurasi alur gerak pengunjung di ruang terbuka publik berupa radial karena letak ruang terbuka publik di tengah-tengah pusat perbelanjaan sehingga pengunjung dapat

bergerak kesegalah arah. Kecenderungan alur gerak pengunjung pada weekday dan weekend, yakni menuju koridor pusat perbelanjaan. Gambar 5. Hubungan Ruang dan Jalan Sutos Gambar 6. Kecenderungan Alur Gerak Ruang terbuka Sutos 3.2.2. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Surabaya Town Square pada Aspek Zoning Aktivitas Jenis aktivitas berdasarkan zoning-zoning yang ada pada ruang terbuka publik Sutos, yaitu area koneksi, area multiuse, area taman, dan area koneksi. Intensitas aktivitas pada ruang terbuka publik Sutos pada siang dan malam hari di hari kerja dan akhir pekan menunjukkan bahwa adanya peningkatan intensitas aktivitas pada malam hari. Intensitas aktivitas tertinggi terdapat pada zoning koneksi sebesar 34%, sedangkan zoning multiuse sebesar 25%, area taman sebesar 23%, dan area retail makanan dan minuman sebesar 18%. Rendahnya intensitas di siang hari karena kurangnya naungan yang ada di ruang terbuka publik sehingga pengunjung lebih nyaman untuk beraktivitas di dalam pusat perbelanjaan pada siang. 3.2.3. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Surabaya Town Square pada Aspek Visual Ruang Pada ruang terbuka publik Sutos didominasi oleh unsur garis, yakni pada unsur garis vertikal dari kolom, vegetasi, dan tingginya bangunan sekitar ruang terbuka publik, sehingga menjadikan point of interest pada area ini. Prinsip desain pada ruang terbuka publik Sutos didominasi oleh keseimbangan dari ruang terbuka publik Sutos yang simetris. (a) Gambar 7. (a) Unsur Garis Vertikal pada Vegetasi dan (b) keseimbangan simetris pada ruang terbuka publik Sutos 3.3. Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap The Park Solo Mall The Park Solo Mall dibangun pada tahun 2013 di Jalan Ir.Soekarno, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah yang menjadi pusat perbelanjaan termodern di Jawa (b)

Tengah. Mall yang mengusung tagline The Green Shopping Atmosphere, The Park Solo menghadirkan nuansa area komersial dan ruang terbuka hijau. 3.3.1. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap The Park Solo Mall pada Aspek Sirkulasi Sifat pencapaian pada ruang terbuka publik The Park Solo menggunakan pencapaian tersamar menuju pusat perbelanjaan dikarenakan adanya penghambat, yakni ruang terbuka publik serta hubungan ruang dan jalan yang melewati ruang-ruang berupa retail makanan dan minuman dan menembus ruang di area tempat duduk. Konfigurasi alur gerak pengunjung berbentuk radial dengan kecenderungan alur gerak pada hari kerja dan akhir pekan menuju pintu masuk (2) sisi Utara ruang terbuka publik. Pintu Masuk 1 (P1) Pintu Masuk 2 (P2) Pintu Masuk 3 (P3) Pintu Masuk 5 (P5) Pintu Masuk 6 (P6) Gambar 8. Kecenderungan Alur Gerak di Ruang Terbuka Publik The Park Solo 3.3.2. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap The Park Solo Mall pada Aspek Zoning Aktivitas Jenis aktivitas berdasarkan zoning-zoning yang ada pada ruang terbuka publik The Park Solo, yaitu zoning koneksi, zoning penunjang (area tempat duduk dan area retail makanan dan minuman). Intensitas aktivitas pada ruang terbuka publik The Park Solo pada siang dan malam hari di hari kerja dan akhir pekan menunjukkan bahwa adanya peningkatan pesat pada malam hari karena seringkali adanya live music pada ruang terbuka publik. Intensitas aktivitas tertinggi terdapat pada area tempat duduk sebesar 41%, sedangkan zoning koneksi sebesar 39% dan area retail makanan dan minuman sebesar 20%. Rendahnya aktivitas di siang hari ini karena kurangnya peneduh seperti vegetasi atau naungan di atas area tempat duduk sehingga pengunjung merasa tidak nyaman beraktivitas di area tempat duduk akibat sinar matahari. 3.3.3. Analisis Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap The Park Solo Mall pada Aspek Visual Ruang Pada ruang terbuka publik The Park Solo, unsur desain didominasi oleh unsur ruang karena pada ruang terbuka ini lebih memperkuat memberikan kesan luas, lapang, dan terbuka dengan luasnya ruang terbuka publik, elemen vegetasi, tekstur kayu, dan menggunakan warna-warna alami. Prinsip desain pada ruang terbuka publik ini didominasi oleh adanya suatu penekanan-penekanan sebagai point of interest seperti taman di tengah ruang terbuka publik dan perbedaan warna dan bentuk pada bidang alas.

(a) Gambar 9. (a) Kesan Luas, Lapang, dan Terbuka (b) Penekanan Bentuk di Bidang Alas pada ruang terbuka publik The Park Solo Dari hasil analisis ketiga studi kasus, yakni Cihampelas Walk Bandung, Surabaya Town Square, dan The Park Solo, selanjutnya dikomparasikan sehingga didapatkan hasil sintesis bentuk integrasi ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan sebagai berikut: Tabel 2. Sintesis Bentuk Integrasi Ruang Terbuka Publik Terhadap Pusat Perbelanjaan (b) Aspek sirkulasi Pencapaian tersamar Konfigurasi alur gerak linier dengan melewati ruang dan berakhir dalam ruang Bentuk sirkulasi tertutup dengan atap semi terbuka Zoning aktivitas yang dapat mewadahi di ruang terbuka publik yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan yaitu: Main Gate/Exit Zoning Penerima Aspek zoning aktivitas 1. Zoning Koneksi, sebagai penghubung ruang 2. Zoning Penunjang, berupa area retail makanan dan minuman, area tempat duduk, dan taman 3. Zoning multiuse, sebagai area berkumpul seperti area live music atau event Zoning Koneksi Zoning Zoning Penunjang Multiuse Pusat Perbelanjaan Ruang Terbuka Publik Aspek visual ruang 4. Kesimpulan Unsur garis lengkung dan perulangan garis vertikal pada ruang terbuka publik Perulangan Unsur garis vertikal dan lengkung yang diterapkan di tampilang pusat perbelanjaan Membentuk kesatuan antara ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan Dari ketiga aspek tersebut menunjukkan bahwa aspek sirkulasi merupakan aspek yang dominan dalam membentuk integrasi ruang terbuka publik terhadap pusat perbelanjaan. Aspek sirkulasi ini digunakan sebagai zoning koneksi yang membuat suatu transisi antara main gate (zoning penerima), ruang terbuka publik, dan pusat perbelanjaan. Aspek sirkulasi akan mendukung aspek zoning aktivitas untuk mengintegrasikan area-area yang ada pada ruang terbuka publik, seperti zoning penerima, zoning penunjang, dan zoning multiuse, serta mengintegrasikan dengan pusat

perbelanjaan, sedangkan aspek visual ruang juga akan didukung aspek sirkulasi dengan memberikan kesan ruang dan irama dari unsur-unsur desain sebagai pengarah menuju pusat perbelanjaan dan memberikan kesatuan antara ruang terbuka publik dan pusat perbelanjaan. Daftar Pustaka Budihardjo, Eko. 1998. Kota yang Berkelanjutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Darmawan, E. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. D.K. Ching, Francis. 1996. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Cetakan ke-6. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hakim, Rustam. 2014. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara. Haryadi & B. Setiawan. 2010. Arsitektur, Lingkungan, dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Maitland, Barry. 1987. Shopping malls Planning and Design. London Costruction Press. Sari, Mukti Lia. 2011. Ruang Terbuka Publik pada Pusat Perdagangan dan Jasa Agribis Dolopo Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.