Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

dokumen-dokumen yang mirip
SUARA TAMBANG. Menimbang Manfaat PT Freeport Bagi Indonesia PT Freeport Indonesia (PT FI) telah beroperasi

Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli

Apa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041?

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

SUARA TAMBANG. Keinginan pemerintah Republik Indonesia untuk. Renegosiasi Kontrak Tambang, Soal Keberanian Pemimpin?

SUARA TAMBANG. Perebutan saham PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) Tambang Newmont Nusa Tenggara dalam Pusaran Politik Rente

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

Tambang Batu Hijau, Indonesia

Praktek Penjualan Ilegal & Indikasi Kerugian Negara dari Ekspor Timah

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tambang Newmont Nusa Tenggara dalam Pusaran Politik Rente. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 10 Juni 2011

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM

Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua

Kasus Freeport, hilangnya nurani pemerintah

MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 2 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki batubara sebesar 93,4 milyar ton dengan cadangan sebesar

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume

KONTRIBUSI DISTRIK ERTZBERG-GRASBERG TERHADAP MINERAL ENDOWMENT INDONESIA. Diskusi Freeport dan Indonesia Bangsa Pemenang

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF

PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA. Oleh : Indra Syahputra Lubis

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN ATAU PERJANJIAN DI BIDANG PERTAMBANGAN YANG BERADA DI KAWASAN HUTAN

TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Dr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertambangan mineral dan batubara merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN Kondisi umum Tujuan dan Sasaran Strategi 1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

A. RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) / PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN ATAU PERJANJIAN DI BIDANG PERTAMBANGAN YANG BERADA DI KAWASAN HUTAN

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

PENAMBANGAN UMUM BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia

SIARAN PERS. PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN KETIGA 2008

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Perlukah Nasionalisasi Freeport Indonesia? Luqmannul Hakim

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008

KEBIJAKAN SUB SEKTOR MINERBA DI KALIMANTAN TENGAH

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

INDIKASI KERUGIAN NEGARA DARI KURANG CATAT NILAI EKSPOR BIJIH NIKEL (HS 2604) PERIODE

Pembangunan Pertambangan Nasional. Apakah Divestasi Sebagai Salah satu Jawaban?

Legal Aspect on Coal Mining Industry Pasca UU Minerba dan Penuntasan RTRW

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

BAB II PERTIMBANGAN PERLUNYA PENGATURAN DIVESTASI SAHAM ASING DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Freeport Menguntungkan atau Tidak? governance overview. Agung Budiono Associate PWYP Indonesia

V E R S I P U B L I K

UPAYA MENINGKATKAN MANFAAT INDUSTRI EKSTRAKTIF BAGI DAERAH DAN MASYARAKAT RISWAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

BAB I PENDAHULUAN. penyedia barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat. Namun di sisi lain,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang

Waktu dan Tempat Penyelenggaraan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

Kontrak Karya PT Freeport Dikaitkan Dengan Asas-Asas Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara - Author: Swante Adi Krisna

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Peranan Sektor Migas sebagai Sumber Pendapatan APBN dan APBD. Disampaikan pada Diskusi Publik IESR Jakarta, 23 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia

Laporan dan Ulasan Seri Diskusi Keadilan Ekonomi -Indonesia for Global Justice- 24 Februari 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Ringkasan Case Perpanjangan Kontrak Karya PT.Freeport Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Renegosiasi Saling Untung. Ditulis oleh David Dwiarto Jumat, 27 Juni :38 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 27 Juni :41

UPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT

LAPORAN EITI INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI

Transkripsi:

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 1 November 2011

PT Freeport Indonesia (PTFI) Tahun 1967 Kontrak Karya antara Pemerintah dengan Freeport Indonesia Incorporated (FII) ditandatangani (KK Generasi I) : Periode 30 tahun, terhitung sejak produksi komersial tahun 1973 Luas areal 100.000 hektar Saham 100% dimiliki oleh Freeport Mineral Inc (Amerika). Tahun 1991 perubahan Kontrak Karya PT Freeport Indonesia Company /FIC (KK generasi V) : Jangka waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali Kepemilikan saham : Freeport McMoran Gold & Copper Inc sebesar 90,64% dan Pemerintah Indonesia sebesar 9,36%.

PTFI - Profil Nama Perusahaan : PT Freeport Indonesia Jenis Perizinan : Kontrak Karya Tanggal Kontrak : 7 April 1967 (KK Gen. I No.82/EK/KEP/4/1967) Diperbaharui 30 Desember 1991 (KK Generasi V) Tahap Kegiatan : Operasi Produksi Bahan Galian : Bijih yang mengandung Tembaga, Emas, Perak Produk : Konsentrat Lokasi : Kabupaten Mimika, Paniai, Fak Fak dan Jayawijaya Prov PAPUA Luas wilayak Kontrak Karya PT FI 212.950 Ha, terdiri dari: Wilayah Produksi (Blok A) : 10.000 Hektar Wilayah Eksplorasi (Blok B) : 202. 950 Hektar

KOMPOSISI KONSENTRAT PTFI (sumber ESDM) Konsentrat Tembaga 25-32% Besi 25-32% Slag (tidak memiliki nilai komersial) Belerang 25-30% SO2 Emas 15-38gr/ton Perak 40-65gr/ton Unsur lainnya

Penerimaan Negara (PNBP) dari PTFI Iuran Tetap (Landrent/Deadrent) : Dihitung berdasarkan luas wilayah KK dikalikan tarif/ha/tahun Dibayar setiap tahun dalam dua kali pembayaran (bulan Januari dan Juli) Tarif : US$ 3 / Ha (untuk wilayah produksi) - Penyelidikan Umum, th. ke I 0,025 Perpanjangan, II 0,05 - Eksplorasi, th. ke I 0,10 II 0,12 III 0,15 Perpanjangan IV 0,25 V 0,35 - Studi Kelayakan, th. Ke I 0,50 Perpanjangan, II 0,50 - Konstruksi, th. ke I, II, dan III 0,50 - Operasi Produksi, 3,00

Penerimaan Negara (PNBP) dari PTFI Iuran Produksi (Royalti) : Tembaga (Cu) Jika harga < US$ 0,90/pon, tarif 1,5% dari harga jual Jika harga > US$ 1,10/pon, tarif 3,5% dari harga jual Jika harga diantara US$ 0,90 - US$ 1,10 : PCT = 1,50 + ACP - 90 10 Ket: PCT = tarif (%), ACP = harga tembaga dalam sen US$ per pon Emas (Au), tarif 1% dari harga jual Perak (Ag), tarif 1% dari harga jual Royalti Tambahan : Untuk tingkat produksi bijih di atas 200.000 ton per hari (maks 300.000 ton), PT FI akan membayar royalti tambahan untuk kelebihan produksi logam di atas metal strip, yaitu: Tembaga, tambahan royalti sebesar 100% Emas, tambahan royalti sebesar 200% Perak, tambahan royalti sebesar 200%

Harga Jual Harga tembaga adalah harga rata-rata selama suatu triwulan atas harga jual tunai The London Metal Exchange, Harga emas adalah harga rata-rata selama suatu triwulan atas harga rata-rata The Bullion Market Spot Morning ( initial ) dan afternoon ( final ), Harga perak adalah harga rata-rata selama suatu triwulan atas harga The London Bullion Brokers Spot Price. Nilai Penjualan Bersih : Adalah nilai penjualan kotor dikurangi dengan biaya-biaya peleburan dan pemurnian, pengangkutan dan biaya-biaya penjualan lainnya yang berhubungan dengan konsentrat yang dijual. Nilai penjualan bersih merupakan nilai penjualan yang menjadi dasar untuk penghitungan royalti Pembayaran Royalti : Royalti dibayar secara triwulanan, yaitu 60 hari setelah akhir triwulan yang bersangkutan Penghitungan royalti berkenaan dengan konsentrat yang dijual selama satu triwulan harus berdasarkan berat kering akhir, pengujian kadar logam, dan biayabiaya peleburan dan pemurnian, serta biaya-biaya penjualan lainnya.

Perhitungan Royalti PTFI (ICW) Terkait penerimaan negara dari royalti PT Freeport Indonesia, ICW melakukan perhitungan ulang perihal kewajaran pembayaran royalti PTFI dari tahun buku 2002-2010, Data yang digunakan adalah laporan keuangan PT FI (produksi, Penjualan, Harga), dan sebagai data pembanding menggunakan data laporan keuangan PT Rio Tinto (memiliki share 40% dalam joint ventures PTFI) serta data laporan pemerintah, Mekanisme perhitungan royalti mengacu kepada tarif dan standar perhitungan yang ada dalam kontrak karya P TFI, termasuk juga untuk pembayaran royalti tambahan.

Perhitungan Royalti PTFI (ICW) Dari hasil perhitungan nilai royalti yang dilakukan ICW untuk tahun buku 2002 2010 kemudian dibandingkan dengan pelaporan pembayaran royalti PT FI (financial report) ditemukan hal sebagi berikut : Total pembayaran royalti PT FI berdasarkan Laporan Keuangan (audited) dari tahun 2002 s/d 2010 adalah sebesar US$ 873,2 juta. Sementara berdasar perhitungan ICW, seharusnya total kewajiban royalti PT FI dari tahun 2002 s/d 2010 adalah US$ 1.050,084 juta. Sehingga diduga terjadi kekurangan bayar royalti PT FI tahun buku 2002 s/d 2010 yang berakibat pada dugaan kerugian negara senilai US$ 176,884 juta (setara Rp. 1,591 triliun) Kurs : 1 US$ = Rp 9.000

Statistik Operasi PTFI 2002-2010 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 Penjualan : Copper (ribu pounds) 1.298.917 1.626.823 1.128.078 1.190.700 1.300.000 1.689.400 1.092.700 1.547.206 2.170.489 Gold (ribu ounces) 1.960 2.953 1.178 2.591 1.831,1 3.437,8 1.523,6 4.219,4 3.814,0 Silver (ribu ounces) 4.258 6.008 3.529 3.957 4.314,8 5.795,2 3.857,5 6.232,1 5.914,3 Harga Rerata : Copper (US$/Pounds) 3,69 2,65 2,36 3,32 3,13 1,85 1,37 0,82 0,71 Gold (US$/Ounces) 1271 994 861 680,74 566,51 456,27 412,32 366,6 311,97 Silver (US$/Ounces) 23,32 13,41 15,32 13,38 8,59 6,36 6,10 5,15 4,66 Pembayaran Royalti PTFI (Financial Report) vs seharusnya (ICW) tahun 2002-2010 (juta US$) 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 Royalti (FR PTFI) 156,00 147,00 113,00 133,00 126,00 103,70 43,50 26,50 24,50 Royalti seharusnya (ICW) 210,74 203,10 93,90 150,04 151,11 121,61 50,94 31,56 37,08 Selisih (kurang) Royalti (54,74) (56,10) 19,10 (17,04) (25,11) (17,91) (7,44) (5,06) (12,58) Total kurang royalti (176,88) Pembayaran dana keamanan PT FI Kepada Aparat Indonesia (sumber Lapkeu PT FI) Tahun 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 Nilai (juta US$) 14,0 10,0 8,0 9,0 9,0 6,0 6,9 5,9 5,6 4,7 Total (juta US$) 79,1

Potensi Royalti PTFI (ICW) Optimasi Penerimaan Negara dari Royalti Tambang Berdasarkan PP 13 tahun 2000, seharusnya tarif royalti : Tembaga = 4%, Emas = 3,75%, Perak = 3,25%. Amanat UU No.4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, dimana salah satunya adalah meningkatkan penerimaan negara (PNBP) dari tambang Renegosiasi Kontrak Tambang Jika Mengacu kepada tarif royalti (PP 13, 2000) maka berdasarkan perhitungan ICW seharusnya total penerimaan negara dari royalti PT FI untuk tahun buku 2002 s/d 2010 adalah US$ 1.611,338 juta. Sementara realisasi pembanyaran royalti PT FI hanya sebesar US$ 873,2 juta, sehingga selama tahun 2002 2010 terjadi kehilangan potensi penerimaan negara dari royalti PT FI sebesar US$ 738,138 juta (setara Rp. 6,643 triliun) Kurs : 1 US$ = Rp 9.000

Potensi Penerimaan Negara dari PTFI (royalti mineral ikutan) Selain menghasilkan tembaga, emas dan perak. Tambang PT Freeport juga menghasilkan mineral ikutan seperti belarang dan besi. Sayangnya hingga saat ini belum ada penerimaan royalti dari mineral ikutan tersebut Berdasarkan laporan keuangan PT Freeport, dari tahun 2001 2006 total penerimaan dari belerang dan lainnya sebesar US$ 385,701 juta. Jika belerang dan mineral ikutan dikenakan kewajiban royalti juga (sebesar 3,5%) maka nilai royaltinya adalah US$ 13,5 juta (setara Rp 121,5 miliar). Kurs :1 US$ = Rp 9.000

Renegosiasi Kontrak Tambang Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara memberikan hak bagi pemerintah untuk melakukan renegosiasi terhadap ketentuan kontrak karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan Kuasa Pertambangan (KP). Sebanyak 118 perusahaan pertambangan tengah direnegosiasi kontraknya : 42 pemegang kontrak karya (CoW) 76 perusahaan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) Beberapa isu penting : Pengendalian atau kepemilikan oleh negara, Kewajiban Divestasi (saham 51% oleh negara Lamanya kontrak, Besaran tarif royalti, Luas Konsesi lahan dan Tarif sewa tanah (landrent) Kewajiban menggunakan pendanaan lokal Nilai tambah berupa pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di dalam negeri. Domestic Market Obligation (DMO) untuk batubara dan juga DMO price

Renegosiasi Kontrak Karya PTFI 1. Promoting of National Interest: kewajiban divestasi dan pengguasaan mayoritas (51% saham) oleh Indonesia, 2. Produksi : Batas maksimum skala operasi 300.000 ton bijih/hari di Blok A diturunkan menjadi dibawah 200.000 bijih/hari. Kewajiban Pengolahan didalam negeri (smelting), berdasar UU No.4 tahun 2009 (minerba) tahun 2014 sudah terealisasi Pengawasan penjualan konsentrat dan kadar kandungan 3. Penerimaan Negara : Besaran tarif royalti Penggunaan harga rata-rata transaksi (tgl penjualan), bukan lagi harga rerata triwulanan Belerang, besi dan mineral ikutan dikenai kewajiban royalti Perjanjian kontrak penjualan jangka panjang (antara PT FI dengan PT Smelting dan Atlantic Copper)

4. Aspek Lingkungan Renegosiasi Kontrak Karya PTFI Pembuangan Limbah (tailing) terhadap lingkungan (evaluasi dan audit dampak lingkungan) Kegiatan dan dana paska tambang (dana dan kewajiban reklamasi) Usulan, adanya fee untuk tailing (pemda) 5. Dana dan Kegiatan Comdev : Dalam prakteknya hanya berasal dari 1% penjualan tembaga (LPMAK) Selain peruntukan untuk 7 suku, bagaimana dengan penduduk lokal lainnya di PAPUA Pengelolaan dan akuntabilitas dana serta mekanisme Trust Fund

Ketimpangan Kesejahteraan Kompensasi Eksekutif Freeport McMoran

Ketimpangan Kesejahteraan