Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA

TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Ekuitas Merek pada PT. Sentul City Tbk.

2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indo

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS BRAND AWARENESS POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA (Studi Kasus pada Masyarakat Kota Tegal)

2017, No Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran merupakan ilmu dan seni yang mengatur tentang sistem

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2018, No Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Pariwisata; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 T

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Potensi pariwisata merupakan aset terpenting dalam meningkatkan daya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pelaksanaan place branding yang dilakukan Pemda Kabupaten Purwakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dijelaskan pada bab

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

ANALISIS KESADARAN MEREK, CITRA DAN PERSEPSI KONSUMEN ATAS PRODUK TOYOTA YARIS DI KOTA DENPASAR. Oleh : SI PUTU BAYU KUSUMA NIM :

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN...

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

Addin Maulana Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka No. 17, Jakarta

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001:4), brand equity dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) DARI PRODUK TELKOMFLEXI

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Ryandhi Widjaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia dan

BAB V PENUTUP. intensi berkunjung di Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan data primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin baik, hal tersebut tentunya akan memberikan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata dengan keunikan berbagai hasil

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA. Gesit Sukma Arif Wibowo

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Philips merupakan sebuah perusahaan multinasional. kehadirannya sejak tahun 1895 Sampai dengan sekarang. Bola lampu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian negara dan pariwisata mendapatkan penugasan. baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Ekuitas merek memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian

PERAN THEME PARK PADA INDUSTRI PARIWISATA DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata)

III. METODE PENELITIAN. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey / sample, yaitu

ANALISIS BRAND EQUITY PRODUK SHAMPO MEREK TRESEMME SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

1. Asal Kota Wisatawan di Sari Ater Hotel and Resort Usia Wisatawan di Sari Ater Hotel and Resort... 59

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 1999 SERI D NO. 9 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia pemasaran jasa yang semakin maju, mendorong para pelaku yang

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Asosiasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI, SALURAN DISTRIBUSI, DAN PROSES TERHADAP KEPUTUSAN BRAND SWITCHING PADA KARTU TELEPON SELULER SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP EKUITAS MEREK KOPI BERONTOSENO

Transkripsi:

Penghitungan skor jawaban sebagai berikut: Skor maksimal setiap = pertanyaan 5 Skor minimal setiap = pertanyaan 1 Jumlah Pertanyaan = 10 Jumlah Responden = 80 Skor terendah = 800 Skor tertinggi = 4.00 Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: = 3.20 Rentang tingkatan 0 Banyak tingkatan = 4 Rentang antar = 800 tingkatan dan usia responden sebagai berikut. 0 Tabel 2. Skala Interval Brand Awareness No Level Brand Awareness Rentang Skor 1 Brand Unaware 800-1.600 2 Brand Recognition 1.601-2.400 3 Brand Recall 2.401-3.200 4 Top of Mind 3.201-4000 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau 20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi responden menurut Pendidikan dan Usia, serta diagram tentang persepsi responden terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagaimana terlampir. Diagram pendidikan Gambar 5. Jenis kelamin Responden Penelitian, (2015) Gambar 6. Usia Responden Penelitian, (2015) Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 93 Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

Gambar 7. Pendidikan Terakhir Penelitian, (2015) Pengetahuan Pramuwisata Terhadap Brand Awareness Pengetahuan pramuwisata terhadap branding pariwisata menunjukan bahwa pramuwisata itu sudah mengetahui adanya brand awareness yaitu 68,75% menyatakan mengetahui dan sangat mengetahui. Selebihnya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan mereka tentang adanya dua branding pariwisata Indonesia menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai promosi branding pariwisata mancanegara dan branding pariwisata nusantara, jawaban pramuwisata antara yang mengetahui dan tidak mengetahui seimbang, sedangkan pengetahuan tentang logogram dan logotype branding pariwisata jawaban pramuwisata sedikit lebih banyak yang menjawab mengetahui yaitu sekitar 60%. Adapun kemudahan untuk mengingat logo branding pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih banyak daripada yang menjawab mudah diingat. Untuk kemudahan mengingat tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia (pramuwisata) lebih mudah mengingat kalimat daripada gambar. Artinya, logo branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di lampiran. Hasil penghitungan total skor jawaban dari 80 responden terhadap 10 pertanyaan menghasilkan skor sebesar 2.663. Nilai 800-1.600 pada area unaware of brand, nilai 1.601-2.400 pada area brand recognition, nilai 2.401-3.200 pada area brand recall dan nilai 3.201-4.000 pada area top of mind. Berarti, tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada level brand recall atau mampu mengenali branding tanpa stimulus (bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut: 94 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Gambar 8. Piramida Brand Awareness Pramuwisata Provinsi DIY penelitian, (2015) Pramuwisata sebagai Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata Pramuwisata merupakan salah satu profesi penting dalam bisnis pariwisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha pariwisata yang tercantum dalam Pasal 14 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bersama dengan jenis usaha pariwisata lainnya seperti, usaha daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut International Travel Dictionary (Suyitno, 2005:1), pengertian tour guide adalah a person employed, either directly by the traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and advice the tourists before and during his journey. Damarjati (dalam Suyitno, 2005:2), menyatakan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata. Pengertian pertama mengacu kepada rincian tugastugas yang dilaksanakan oleh pramuwisata, sedangkan pengertian kedua mengacu pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramuwisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas pokok dari seorang pramuwisata diantaranya mengarahkan sebuah tur, membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur, dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan. Secara umum Rachman (2013:24-25) membagi tugas-tugas pramuwisata yang mencakup tugas dalam kantor, pelayanan regular tur, tugas picking up dan dropping-off services, dan tugas antar jemput wisatawan. Dalam industri pariwisata, pramuwisata dibagi beberapa Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 95 Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

macam yaitu pramuwisata umum (general guide) dan pramuwisata khusus (special guide). Pramuwisata umum biasanya bekerja pada biro perjalanan (travel agent) dan dia bisa berstatus karyawan (payroll guide) atau honorer (freelance guide). Sedangkan pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik wisata tertentu seperti museum, candi, dan daya tarik wisata lainnya (Rachman dkk, 2013: 19). Level brand recall cukup baik mengingat pada tahun 2014, logo branding Wonderful Indonesia telah mengalami sedikit perubahan (reposisi) pada logotype dan logogramnya. Pesona Indonesia bahkan merupakan branding baru untuk memromosikan pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun 2014. Meski hasil survei menunjukkan hal yang positif, yaitu masih di atas brand unaware (tidak mengenali brand) dan brand recognition (dapat mengenali brand dengan bantuan tertentu), sangat disayangkan level brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada area top of mind atau yang paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY menempatkan Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dalam level top of mind. Ketika branding tersebut berada pada level top of mind, pramuwisata dapat menjalankan fungsi marketing dengan mempromosikan branding tersebut kepada wisatawan dalam keseharian maupun dalam kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan profesionalnya. Tingkatan brand a wareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada skor 2.663 level ketiga piramida brand awareness yaitu brand recall, yang berarti mampu mengenali branding tanpa bantuan stimulus tertentu. Sebagai salah satu profesi yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, idealnya tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada tingkat tertinggi brand awareness yaitu top of mind. Diperlukan usaha-usaha strategis untuk memaksimalkan tingkat brand awareness para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi mengenai branding terhadap para pramuwisata, sehingga pemahaman terhadap pentingnya branding menjadi lebih baik. Promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan 96 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

supaya berkunjung ke Indonesia harus diimbangi dengan sosialisasi branding terhadap para pemangku kepentingan bidang pariwisata termasuk di dalamnya pramuwisata Indonesia. Upaya sosialisasi membutuhkan koordinasi yang baik di level pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenangan di daerah, pemerintah kabupaten/kota di daerahdaerah seluruh Indonesia juga ingin mengangkat branding lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata daerahnya. SIMPULAN Persepsi pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya dipahami secara baik. Terdapat 31,25% pramuwisata belum mengetahui bahwa Indonesia memiliki branding pariwisata. 48,75% pramuwisata menyatakan belum mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara, dan 42,50% pramuwisata tidak mengetahui adanya branding pariwisata nusantara. Hal ini berarti pramuwisata belum mampu mengenali branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia secara maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator untuk pemasaran destinasi pariwisata. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam proses penetapan tenaga pramuwisata. Pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap) sebagai pramuwisata yang memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui sosialisasi atau bimtek kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi pariwisata Indonesia. Penelitian ini hanya mengukur tingkatan brand awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi tingkat brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis, karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kedepannya perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat brand equity (ekuitas merek) Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, atau penelitian yang menguji hubungan brand awareness atau brand equity dengan variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 97 Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

DAFTAR PUSTAKA Buku Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro. Arikunto, Suharsini (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Durianto Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Maulana, Addin (2014). Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia. Bulletin Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: 133-144. Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick (2013). Pemandu Wisata, Teori dan Praktik, City Sight tingkatan kualifikasi kompetensi pramuwisata sehingga dapat diketahui variablevariabel lain yang memengaruhi tingkat brand awareness pramuwisata Indonesia. Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media Bangsa Penerbit, Jakarta. Rangkuti, Freddy (2009). The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suyitno (2005). Pemanduan Wisata (Tour Guiding), Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 98 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016