HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN NITROGEN PADA PORE WATER TERHADAP NITROGEN PADA AKAR DAN DAUN LAMUN Enhalus acoroides DI PULAU BARRANG LOMPO

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

ANALISIS PERTUMBUHAN LAMUN (Enhalus Acoroides) BERDASARKAN PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN DESA DOLONG A DAN DESA KALIA ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Beberapa Aspek Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air.

PENENTUAN TINGKAT KANDUNGAN AMONIAK, NITRIT, DAN NITRAT PADA REMBESAN SAMPAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) AIR DINGIN KOTA PADANG

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

Lampiran 1. Prosedur Analisis

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

3. METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

BIOMASSA DAN KERAPATAN LAMUN BERDASARKAN RASIO N:P PADA SEDIMEN DI PERAIRAN PANTAI TRIKORA KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

III. BAHAN DAN METODE

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

KAJIAN HUBUNGAN FOSFAT AIR DAN FOSFAT SEDIMEN TERHADAP PERTUMBUHAN LAMUN Thalassia hemprichii DI PERAIRAN TELUK AWUR DAN PULAU PANJANG JEPARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

Lampiran 1. Analisis serapan P tanaman. Tahap I. Ekstraksi destruksi basah. A. Alat. Tabung reaksi. Penangas listrik. Corong. Labu ukur 50 ml.

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA LAMUN Cymodocea serrulata DI DAERAH PENAMBANGAN TIMAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Pupuk amonium sulfat

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD.

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

STUDI LAJU PERTUMBUHAN LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PANTAI DESA TANJUNG TIRAM KABUPATEN KONAWE SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta serta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN NITROGEN PADA PORE WATER TERHADAP NITROGEN PADA AKAR DAN DAUN LAMUN Enhalus acoroides DI PULAU BARRANG LOMPO Jeffri Kombo, Muh Lukman, M. Rijal Idrus *Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Jl. P. Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245, Indonesia Abstract Has done research on "The Relationship Between Pore Water Content of Nitrogen in Nitrogen Against Roots And Leaves On Seagrass Enhalus acoroides In BarrangLompo Island". The purpose of this study was to analyze the concentration of nitrogen in the pore water and root tissue, leaf seagrass plants.. While the usefulness is to provide a complete understanding of (comprehensive) on the relationship between nitrogen content in the pore water of the nitrogen in the roots and leaves of seagrass Enhalus acoroides. While the scope of this study is the measurement of the concentration of nitrate (NO 3), nitrite (NO 2), ammonia (NH 3) as the main form of nitrogen in seagrass and pore water (pore water). Enhalus acoroides. Oceanographic parameter measurement is limited to the parameters of temperature, redox potential (Eh) of sediment and dissolved oxygen (DO) The research was conducted in February 2012 to June 2012. Location of field data collection carried out on the island of Makassar BarrangLompo. include field observations, field data collection, sample analysis, data processing, data analysis and preparation of research reports. From this study showed that the best form of nitrogen in the pore water is a lot of ammonium (NH4), as well as roots and leaves of seagrass Enhalus acoroides. Amount of nitrogen in pore water are many and can be used as a nitrogen reserve. The ratio between nitrogen in the pore water by the roots and leaves of seagrass Enhalus acoroides of 1.435 ppm. Keywords: nitrogen, pore water, roots and leaves, seagrass Enhalus acoroides

Abstract Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada Pore Water Terhadap Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides Di Pulau Barrang Lompo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi nitrogen pada pore water dan jaringan akar, daun tumbuhan lamun.. Sedangkan Kegunaannya adalah untuk memberikan pemahaman yang lengkap (comprehensive) tentang hubungan antara kandungan nitrogen pada pore water terhadap nitrogen pada akar dan daun lamun enhalus acoroides. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran konsentrasi pada Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), Amoniak (NH3) sebagai bentuk utama nitrogen pada lamun dan pore water (air pori). Enhalus acoroides. Pengukuran parameter oseanografi dibatasi pada parameter suhu, potensial redoks (Eh) sedimen dan oksigen terlarut (DO) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012. Lokasi Pengambilan data lapangan dilakukan di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. Penelitain ini meliputi observasi lapangan, pengambilan data lapangan, analisa sampel, pengolahan data, analisa data dan penyusunan laporan hasil penelitian. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa bentuk nitrogen yang paling banyak di pore water adalah amonium (NH4), begitu juga dengan akar dan daun lamun Enhalus acoroides. Jumlah nitrogen di pore water banyak dan bisa digunakan sebagai cadangan nitrogen. Rasio atau perbandingan antara nitrogen pada pore water dengan akar dan daun lamun Enhalus acoroides sebesar 1.435 ppm. Kata Kunci: Nitrogen, pore water, akar dan daun, lamun Enhalus acoroides

1. Pendahuluan Fungsi nitrogen adalah membangun atau memperbaiki jaringan - jaringan tubuh dan memberikan energi. Tumbuhan dan hewan membutuhkan nitrogen dalam sintesa protein.nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, selain nitrit (NO3) dan ammoniak (NH3) dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan lamun. Nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami, kadarnya lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat serta antara nitrat dan gas nitrogen yang biasa dikenal dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi (Effendi, 2003). Lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar dan daun. Di daerah tropis, konsentrasi nutrien yang larut dalam perairan lebih rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang ada di sedimen. Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar namun tidak menutup kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga akan sampai pada bagian daun dari lamun (Erftemeijer et al 1993). Besarnya peran nitrogen dalam siklus energi dan pertumbuhan lamun menyebabkan pentingnya unsur hara ini sebagai bahan kajian untuk memahami faktor-faktor yang menentukan kesuburan pertumbuhan lamun, seperti pulaupulau kecil di perairan pulau Barrang Lompo. Untuk itu diperlukan upaya untuk dapat menghitung kandungan nitrogen pada ekosistem lamun secara comprehensive yang meliputi konsentrasi nitrogen pada tumbuhan lamun, sedimen, dan pore water. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi nitrogen pada pore water dan jaringan akar, daun tumbuhan lamun.. Sedangkan Kegunaannya adalah untuk memberikan pemahaman yang lengkap (comprehensive) tentang hubungan antara kandungan nitrogen pada pore water terhadap nitrogen pada akar dan daun lamun enhalus acoroides. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran konsentrasi pada Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), Amoniak (NH3) sebagai bentuk utama nitrogen pada lamun dan pore water (air pori). Enhalus acoroides. Pengukuran parameter oseanografi dibatasi pada parameter suhu, potensial redoks (Eh) sedimen dan oksigen terlarut (DO).

2. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Februari - Juni 2012 meliputi studi literatur, observasi lapangan, pengambilan data lapangan, analisa sampel, pengolahan data, analisa data dan penyusunan laporan hasil penelitian. Lokasi penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar. Alat yang digunakan yaitu Global Positioning System (GPS), DO meter, coolbox, thermometer, botol dan spoit. Alat yang digunakan di laboratorium yaitu eksikator, pipet volume 1,2 dan 5, oven, spektrofotometer, neraca analitik, tabung reaksi, labu ukur, corong, Eh meter, tabung digestion, mesin kocok bolak balik, dan pipet ukur 10 ml. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu larutan sangga Tatrat dan Na-fenat, NaOCl, larutan brusin, H2SO4, asam sulfanilat dan Napthyl ethyle diamin dihydrocloride, air bebas ion, campuran selen. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 2.1.Pengukuran Parameter Lingkungan Parameter lingkungan meliputi suhu, potensial redoks (Eh) sedimen, dan oksigen terlarut.pengukuran suhu air laut dilakukan secara in-situ dengan menggunakan thermometer. Air pori (pore water) diambil dengan menggunakan spoit pada lapisan bawah sedimen, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Pengukuran Eh dilakukan dengan mengambil 10 g contoh sedimen dan ditambahkan 50 ml aquades, kemudian kocok dan diamkan selama 30 menit. Setelah itu, diukur dengan Eh meter. Pengukuran kandungan oksigen terlarut dilakukan dengan cara mencelupkan botol (100 ml) ke dalam permukaan laut (botol diisi penuh sampai gelembung udara dipastikan keluar semua ). Pengukuran DO menggunakan DO meter, akurasi alat diuji dengan 5 kali pengukuran. 2.2.Pengambilan Contoh Lamun Contoh Lamun diambil dengan mencabutnya dari substrat, dan dibersihkan dari epifit yang melekat pada daun-daun dari lamun tersebut. Sampel kemudian dicuci dengan menggunakan aquades sampai bersih sehingga tidak ada lagi butiran-butiran pasir yang melekat pada jaringan lamun tersebut. Setelah bersih lamun tersebut kemudian dipotong menjadi 2 bagian yaitu akar dan daun dan dipisahkan untuk masing-masing stasiun. Lamun yang telah terpotong-potong

tadi kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan pada suhu 1050C selama 2 hari. Sampel kemudian ditimbang berat sebesar 0,250 gr. sampel dimasukkan kedalam labu destilasi untuk masing-masing bagian (akar dan daun ) untuk di destruksi sampai terbentuk larutan jernih. Setelah itu dilakukan pembuatan ekstrak dengan menimbang 0,250 g contoh tanaman < 0,5 mm ke dalam tabung digestion. Kemudian menambahkan 1 gr campuran selen dan 2,5 ml H2SO4. Campuran kemudian diratakan satu malam hingga akar atau daun terlarut.. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. kocok sampai homogeny, biarkan semalam agar partikel mengendap. Larutan blanko disiapkan dengan memasukkan 1 gr campuran selen dan 2,5 ml H2SO4 kedalam tabung digestion. Esoknya dipanaskan dalam blok digestion hingga suhu 3500 Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didpat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). 2.3. Pengukuran Nitrogen Pada Jaringan Akar dan Daun Nitrat (NO3) Pengukuran NO3 (nitrat) pada akar, dan daun dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 5 ml ekstrak contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan larutan deret standar dipersiapkan. Pada sampel ditambahkan berturut-turut 0,5 ml larutan brusin dan 5 ml H2SO4 pekat sambil dikocok sampai homogen dan biarkan 30 menit. Setelah itu larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm. Nitrit (NO2) Pengukuran NO2 pada akar dan daun dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 2 ml contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml asam sulfanilat dan 1 ml Napthyl ethyle diamin dihydrocloride. dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit larutan kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Ammoniak (NH3) Pengukuran NH3 (Amoniak) pada akar dan daun yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 2 ml ekstrak contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut turut 4 ml larutan sangga Tartrat dan 4 ml Na-fenat, campur dan biarkan 10 menit. Kemudian ditambahkan 4 ml NaOCl 5%. Setelah itu larutan dikocok dan diukur spektrofotometer pada panjang gelombang 636 nm. 2.4. Pengukuran Nitrogen Pada Pore Water Nitrat (NO3) Pengukuran NO3 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 5 ml ekstrak contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut-turut 0,5 ml larutan brusin dan 5 ml H2SO4 pekat sambil dikocok sampai homogen dan dibiarkan 30 menit. Setelah 30 menit larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm. Nitrit (NO2)

Pengukuran NO2 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 2 ml contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml asam sulfanilat dan 1 ml Napthyl ethyle diamin dihydrocloride, dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit larutan kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Ammoniak (NH3) Pengukuran NH3 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara mengambil 2 ml ekstrak contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut turut 4 ml larutan sangga Tartrat dan 4 ml Na-fenat masing masing, dikocok dan biarkan 10 menit. Kemudian ditambahkan 4 ml NaOCl 5%. Setelah itu larutan dikocok dan diukur spektrofotometer pada panjang gelombang 636 nm 2.4. Analisa Data Data yang diperoleh di olah dengan analisa variasi (ANOVA) untuk mengetahui hubungan nitrogen yang ada pada pore water dan pada akar dan daun lamun Enhalus acoroides. Hasil analisa ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Parameter kimia fisika yang mempengaruhi penyerapan nitrogen oleh lamun diuji dengan analisis regresi.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil 3.1.1. Parameter Lingkungan Perairan (Suhu, Oksigen Terlarut, dan Potensial Redoks) Suhu perairan di lokasi penelitian berkisar antara 30-33 o C dengan suhu rata-rata 31.7 o C ± standar deviasi sebesar 1.1 o C,(n=15). Potensial redoks (Eh) pada sedimen di lokasi penelitian berkisar antara -23.4 mv (-4) mv dengan potensial redoks rata-rata sebesar -13.5 mv ± standar deviasi sebesar 6.02 mv, (n=15). Oksigen Terlarut (DO) pada perairan di lokasi penelitian berkisar antara antara 3.8-4.6 mg/l, dengan DO rata-rata 4.2 ± standar deviasi deviasi sebesar 0.3 mg/l, (n=15). 3.1.2. Nitrogen Pada Pore Water Nitrogen yang diukur terdiri dari Amonium (NH4), Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2). NH4 pada pore water berkisar antara 0.288-0.675 ppm dengan rata-rata 0.46 ppm ± standar deviasi 0.097 ppm. NO3 berkisar antara 0.059-0.138 ppm, dengan rata-rata 0.094 ppm ± standar deviasi sebesar 0.022 ppm. Sedangkan NO2 berkisar antara 0.052 0.147 ppm, dengan rata-rata 0.098 ppm ± standar deviasi sebesar 0.026 ppm. NTotal (NT) untuk pore water berkisar antara 0.48 0.914 ppm, dengan rata-rata 0.653 ppm ± standar deviasi sebesar 0.119 ppm. Amonium (NH4) berbeda jauh nilainya dengan nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada pore water. NH4 merupakan bentuk nitrogen yang terbanyak pada pore water dengan nilai rata-rata 0.46 ppm. NO2 mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.098 ppm. Sedangkan NO3 dalam nitrogen pada pore water mempunyai nilai terkecil yaitu sebesar 0.094 ppm. 3.1.3. Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides Nitrogen pada akar dan daun Lamun Enhalus acoroides yang diukur terdiri dari amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). NH4 pada akar lamun Enhalus acoroides berkisar antara 0.022 0.563 ppm dengan rata-rata 0.324 ppm ± standar deviasi 0.132 ppm. Nilai nitrat (NO3) pada akar berkisar antara 0.035 0.114 ppm, dengan rata-rata 0.070 ppm ± standar deviasi 0.022 ppm. Sedangkan nilai (NO2) pada akar berkisar antara 0.003 0.069 ppm, dengan rata-rata 0.025 ppm ± standar deviasi 0.021 ppm. NTotal (NT) untuk akar berkisar antara, 0.097 0.7 ppm, dengan rata-rata 0.42 ppm ± standar deviasi sebesar 0.151 ppm. Nitrogen pada daun lamun Enhalus acoroides yang diukur terdiri dari Amonium (NH4), Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2). NH4 pada daun lamun Enhalus acoroides berkisar antara 0.118 0.557 ppm, dengan rata-rata 0.314 ppm ± standar deviasi 0.115 ppm. NO3 pada daun berkisar antara 0.058 0.481 ppm, dengan rata-rata 0.139 ppm ± standar deviasi sebesar 0.117 ppm. Sedangkan NO2 berkisar antara 0.003 0.099 ppm, dengan rata-rata 0.064 ppm ± standar deviasi

N Total (ppm) sebesar 0.03 ppm. NTotal (NT) pada daun berkisar antara 0.303-0.728 ppm, dengan rata-rata 0.517 ppm ± standar deviasi sebesar 0.139 ppm. 3.2. Pembahasan 3.2.1. Distribusi Nitrogen Pada Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus acoroides Gambar 2 memperlihatkan distribusi NTotal (NT) pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus acoroides. Nilai rata-rata NTotal (NT) tertinggi didapatkan pada pore water sebesar 0.653 ppm. Nilai rata-rata NTotal (NT) daun sebesar 0.517 ppm. Sedangkan nilai rata-rata NTotal (NT) terkecil didapatkan pada akar sebesar 0.42 ppm. hal ini disebabkan ketersedian nitrogen pada ekosistem lamun daerah tropis dikenal tinggi dalam air pori sedimen (pore water). Menurut Erftemeijer (1993) lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar dan daun. Di daerah tropis, konsentrasi nutrien yang larut dalam perairan lebih rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang ada di sedimen. Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar namun tidak menutup kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga akan sampai pada bagian daun dari lamun. Menurut Lizumi et al, (1982) melalui penelitian penyerapan kinetik nitrogen, menyimpulkan bahwa nitrogen untuk pertumbuhan lamun didapatkan lebih banyak berasal dari sedimen atau air pori (pore water). Distribusi NTotal (NT) pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau pulau Barrang Lompo dapat dilihat seperti gambar berikut : 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0.653 0.42 0.517 Pore Water Akar Daun Gambar 2. Distribusi rata-rata N Total (N T ) pada pore water (0.653 ppm), rata-rata N Total (N T ) pada akar (0.42 ppm) dan pada daun (0.517 ppm) pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo.

N Total Pore Water (ppm) 3.2.1.1. Uji Analisa Variasi (ANOVA) Distribusi nitrogen secara total (NTotal) pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo menunjukkan perbedaan distribusi NTotal yang signifikan pada pore water, akar dan daun. Hasil analisis varians (Anova) menunjukkan distribusi NTotal (NT) pada pore water, akar dan daun berbeda secara signifikan (P=0,00). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan nitrogen yang lebih banyak daripada akar dan daun. 3.2.2. Hubungan Antara Nitrogen di Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus acoroides Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara nitrogen pada pore water dengan nitrogen pada akar lamun Enhalus acoroides. Hubungan tersebut kuat (R2=0.726). Sedangkan yang diperlihatkan pada gambar 8 yaitu hubungan antara nitrogen pada pore water dengan nitrogen pada daun lamun Enhalus acoroides tidak kuat (R2=0.284). Ini menunjukkan bahwa serapan nitrogen di akar bersumber dari pore water. Sedangkan pada daun serapan nitrogen kemungkinan bersumber dari kolom air. Gambar 5 memperlihatkan Hubungan antara NTotal (NT) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides dengan NTotal (NT) pada pore water. Hubungan tersebut kuat (R2 = 0.784). Ini menunjukkan bahwa serapan nitrogen pada lamun Enhalus acoroides paling banyak bersumber dari pore water Menurut Lizumi et al, (1980) Oksigen mempengaruhi kadar nitrat di dalam sedimen. Oksigen dapat masuk ke dalam sedimen karena adanya aktivitas biota dasar dan melalui sistem perakaran lamun. Oksigen yang dihasilkan fotosintesis di daun dialirkan ke rimpang dan akar melalui lakunanya. Sebagian oksigen ini dipakai untuk respirasi akar dan rimpang dan sisanya dikeluarkan melalui dinding sel ke sedimen. Oksigen yang masuk ke dalam sedimen tersebut dipakai oleh bakteribakteri nitrifikasi dalam proses siklus nitrogen. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di akar lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo dapat dilihat seperti gambar berikut : 1 0.5 y = 0.674x + 0.369 R² = 0.726 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 N Total Akar (ppm) Gambar 3. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di akar lamun Enhalus acoroides (R2=0.726) pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo.

N Total Akar serta Dun (ppm) N Total Pore Water (ppm) Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo dapat dilihat seperti gambar berikut : 1 0.5 y = 0.456x + 0.417 R² = 0.284 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 N Total Daun (ppm) Gambar 4. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di daun lamun Enhalus acoroides (R2=0.284) pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo. Hubungan antara NTotal (NT) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides dengan NTotal (NT) pada pore water pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo dapat dilihat seperti gambar berikut : 1.5 1 0.5 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 N Total Pore Water (ppm) y = 1.700x - 0.173 R² = 0.784 Gambar 5. Hubungan antara NTotal (NT) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides dengan NTotal (NT) pada pore water (R2=0.784) pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo. 3.2.2.1. Uji Analisa variasi (ANOVA) Hubungan nitrogen pada pore water dengan akar lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil analisis variasi menunjukkan nitrogen pore water dengan akar lamun berbeda signifikan (P=0,00). Hal ini disebabkan karena zat hara amonium, nitrat, dan nitrit diserap oleh lamun melalui akarnya. Hubungan nitrogen pada pore water dengan daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil analisis variasi menunjukkan nitrogen pore water dengan daun lamun berbeda tidak signifikan (P=0,08). Hal ini disebabkan karena serapan zat hara amonium, nitrat, dan nitrit pada daun kemungkinan berasal dari kolom air

Hubungan nitrogen total (NT) di pore water dengan akar serta daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barrang Lompo menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Hasil analisis variasi menunjukkan nitrogen total (NT) di pore water, akar dan daun lamun berbeda signifikan (P=0,00). Hal ini disebabkan juga karena zat hara amonium, nitrat, dan nitrit diserap oleh lamun melalui daun dan akarnya. 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Barrang Lompo Makassar, adalah sebagai berikut : 1. Bentuk nitrogen yang paling banyak di Pore water adalah amonium (NH4), begitu juga denganakar dan daun lamun Enhalus acoroides. 2. Jumlah nitrogen di pore water banyak dan bisa digunakan sebagai cadangan nitrogen 3. Rasio atau perbandingan antara nitrogen pada pore water dengan akar dan daun lamun Enhalus acoroides sebesar 1.435 ppm. 4.2. Saran 1. Untuk melengkapi studi ini dibutuhkan penelitian nitrogen pada kolom air. 2. Kita butuhkan lokasi lain yang lebih dekat dengan makassar untuk membandingkan pengaruh Eutrofikasi. TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA Buku Arifin., 2001. Ekosistem Padang Lamun. Buku Ajar. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakulatas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Bengen DG., 2002. Sinopsis:Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir Dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan. Institut Petanian Bogor (IPB). Bogor. Brouns, J.J.W.M. 1985. A Preliminary Study Of The Seagrass Thalassoaendron Cilialum (Frosk) dan Hartog from Eastern Indonesia. Aquartik Botany. Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Den Hartog., 1977. The seagrass of the Word. North Holland Publ. Co. Amsterdam. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan. Kanysius. Yogyakarta. Erftemeijer, P.L.A., Middelburg, Jack, J., 1993. Sediment-nutrient Interaction In Tropical Seagrass Beds: a Comparasion between a Terigeneus and a Carbonat Sedimentary Environmental in South Sulawesi. Marine Progress Series. Vol. 102. Gambrell, R.P dan W.H. Patrick Jr. 1978. Chemical and microbiological properties of anaerobic soils and sediments. pp. 375-423. In. Plant Life in Anaerobic Environment. D.D. Hook dan R.M.M. Crawford, Eds., Ann Arbor Sci. Pub. Inc. Mich. Hutagalung, H. P. dan Rozak, A., 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hutomo, M. 1999. Proses Peningkatan Nutrient Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. LIPI. Kenworthy, W.J., Zieman, J.C. & Thayer, G.W. 1982. Evidence for the influence of seagrasses on the benthic nitrogen cycle in a coastal plain estuary near Beaufort, North California (USA). Oecologia. Koesbiono., 1985. Dampak Aktivitas Pembangunan Terhadap Laut. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan. IPB. Kiswara, W. 1992. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass at Banten Bay, West Java, Indonesia. Levy, G. and F. Toutain. 1982. Aeration and redox phenomena in soils. In Bonneau, M. and B. Soucier (Eds.). Constituens and properties of Soils. Academic Press. London. Romimohtarto, K.S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.Penerbit Djambatan. Jakarta. Wardoyo, S.T., 1975. Kriteria Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dapertemen Tata Produksi Perikanan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Skripsi

Qadarisma. 2005 Komposisi Jenis dan Kelimpahan Juvenil Nekton Pada Pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar. Internet Lizumi, H., A. Hattori & C.P. McRoy. 1980. Nitrate and Nitrite in Interstitial Waters of Eelgrass Beds in Relation to the Rhizosphere. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 47: 191-201. Lizumi, H.A., Hattori, H. & McRoy, C.P. 1982. Amonium Beds. Marine Biology. Muchtar, M. 1994. Karakteristik dan sifat-sifat kimia Padang Lamun,di Lombok Selatan. Di dalam: Kiswara, W., Moosa, M.K. & Hutomo, M. (eds). Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI. Muchtar, M. 1999. Zat hara dan kondisi fisik Teluk Kuta, Lombok. Di dalam: Soemodihardjo, S., Arinardi, O.H. & Aswandy, I. (eds.). Dinamika Komunitas Biologis pada Ekosistem Lamudi Pulau Lombok, Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI. Odum, E. p., 1997. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada Uniiversitas Press. Jogjakarta. Patrick, W. H., and C. N. Reddy. 1978. Chemical changes in rice soils. In. IRRI (Ed.). Soil and Rice. In IRRI, Los Banos Philippines. (Jurnal Natur Indonesia 5(2): 139-144 (2003) ISSN 1410-9379, diakses 24 Mei 2012)