DAFTAR ISI. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I : INFORMASI UMUM... 1 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN BAB III : STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V : KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA...

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

REVISI Rencana Strategis (RENSTRA) Latar Belakang

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Suplemen Rencana Strategis

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

Product Diffrences. Market Diffrences

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA RENCANA STRATEGIS TAHUN

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan RENCANA STRATEGIS TAHUN (REVISI)

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Rencana Strategis Tahun

RENCANA STRATEGIS PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB III OBJEK PENELITIAN

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Independensi Integritas Profesionalisme

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016


BAB I P E N D A H U L U A N

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013.

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

Katalog dan Kalender Konsultansi 2017/2018

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BAB I. PENDAHULUAN. Kinerja (performance) pegawai merupakan suatu fungsi dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR/TABEL KATA PENGANTAR i Ii iii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan VISI, MISI DAN TUJUAN 2.1 Visi 2.2 Misi 2.3 Tujuan 2.4 Sasaran Strategis ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPKP 3.3 Program dan Kegiatan 3.4 Indikator Kinerja 3.5 Penanggung Jawab Program PENUTUP 1 3 9 20 21 26 34 38 40 40 41 45 50 53 54 LAMPIRAN 1. Target Program dan Kegiatan Tahun 2010-2014 2. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 i

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL NO GAMBAR/TABEL HAL 1.1 Ekspektasi Stakeholders dan Kontribusi BPKP 7 1.2 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman 10 2.1 Struktur Renstra BPKP 2010-2014 20 2.2 Alur Informasi dan Pengetahuan untuk Pengambilan Keputusan 2.3 Sasaran Strategis BPKP 38 3.1 Peta Strategi BPKP 42 3.2 Indikator Kinerja BPKP 50 3.3 Penanggung Jawab Program 53 23 ii

BAB I : PENDAHULUAN Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra-KL merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Kementerian/Lembaga dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra-KL merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. Proses teknokratis penyusunan draft awal RPJMN 2010-1014 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah dimulai awal tahun 2009 yang kemudian dilanjutkan dengan proses politik untuk disesuaikan dengan visi, misi, dan program prioritas (platform) Presiden terpilih. Dalam proses teknokratis tersebut Bappenas sudah mulai melibatkan Kementerian/Lembaga agar tercapai keselarasan antara usulan program-program Kementerian/Lembaga dengan RPJMN 2010-2014. Bappenas juga melakukan restrukturisasi program-program Kementerian/Lembaga dan mengatur penyusunan Renstra-KL untuk menjamin koherensi dengan program-program nasional yang menjadi prioritas pemerintah. Renstra BPKP periode 2010-2014 mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008. Mandat baru yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina SPIP terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan SPIP maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin terjaga dari penyimpangan dan penyalahgunaan. Mandat baru tersebut ditindaklanjuti dengan reposisi dan revitalisasi BPKP seperti dinyatakan oleh Kepala BPKP dalam Rapat Kerja BPKP pada bulan Desember 2008. BPKP harus dapat menunjukkan paradigma barunya melalui unjuk kerja yang optimal sebagai Auditor Presiden sehingga peran BPKP semakin nyata dalam membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan (reposisi) BPKP ke depan adalah: 1

a. Product Differences Kekuatan BPKP tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk BPKP harus bersifat strategis, makro, nasional (lintas sektoral) yang merupakan jiwa pasal 49 PP Nomor 60 Tahun 2008. Tugas BPKP bersifat spesifik yaitu melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan negara agar tercapai tujuan akuntabilitas Presiden yang menjalankan amanah rakyat. b. Market Differences Agar produk BPKP menjadi bernilai, maka harus dikenali dengan baik siapa market nya BPKP. BPKP memiliki pasar pengawasan yang jelas, yaitu Presiden sebagai shareholders utama dan stakeholders birokrasi yang lain yang terdiri dari legislatif, yudikatif, organisasi pendidikan dan organisasi profesi. Banyak pihak yang sudah terbantu oleh kinerja BPKP dan membutuhkan BPKP. c. Methodology Differences Dengan new BPKP perlu terus dikembangkan metodologi pengawasan yang kontemporer, spesifik, dan membawa manfaat misalnya program evaluations, policy analysis, forensic audit, performance audit, internal control review. Terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 menjadi pemicu perlunya perubahan visi dan misi BPKP, karena cakupan penugasan BPKP menjadi semakin luas meliputi pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP. Perubahan visi juga didorong oleh perubahan paradigma baru BPKP yang lebih mengedepankan aspek pencegahan, dengan lebih menekankan membangun sistem yang mampu mencegah kecurangan/penyimpangan atau memudahkan mendeteksi adanya kecurangan/penyimpangan. Dua peran utama yang dapat dilakukan BPKP adalah peran assurance dan consulting. Perumusan visi, misi, program dan kegiatan BPKP periode 2010-2014 disusun dengan terlebih dahulu melihat capaian kinerja BPKP selama periode Renstra sebelumnya, mengidentifikasi harapan dan kebutuhan stakeholders BPKP serta analisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang dan tantangan dalam periode 5 tahun mendatang, seperti penjelasan berikut: 2

1.1 KONDISI UMUM A. Capaian Renstra 2005-2009 BPKP telah berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik khususnya dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan dan menciptakan iklim pencegahan KKN, seperti diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 bab 14. Secara ringkas, langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Pengawasan intern atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral. b. Pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara (BUN). c. Pengawasan intern atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. d. Melakukan audit investigatif atas kasus-kasus yang berindikasi terjadinya kerugian keuangan negara dan memberikan bantuan perhitungan kerugian keuangan negara kepada instansi penyidik. e. Melakukan sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis dalam rangka pembenahan manajemen pemerintah dan BUMN/D. f. Melakukan kajian-kajian terkait dengan isu-isu aktual yang bersifat strategis, berdampak luas dan menjadi sorotan publik dalam rangka memberi masukan untuk pengambilan kebijakan pemerintah. Pengawasan lintas sektoral yang dilakukan antara lain Audit Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Audit Kinerja Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan/GERHAN, Optimalisasi Penerimaan Negara dari Pajak dan PNBP, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Audit atas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa Bumi di Provinsi DI Yogyakarta, Supervisi dan Monitoring Pengadaan Benih Bantuan Petani, Audit Dana Tanggap Darurat, Program yang dibiayai dari Dana Dekonsentrasi pada Kementerian Sosial dan Perpustakaan Nasional, serta audit kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara meliputi audit atas proyek yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri dan monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK). Pengawasan kegiatan lain berdasarkan penugasan Presiden dilakukan terhadap beberapa permasalahan yang menjadi atensi Presiden. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain kajian atas kebijakan dalam penanganan kedelai, kajian atas kebijakan ketahanan pangan, energi dan listrik, percepatan 3

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, audit masalah penahanan dana hasil produksi batubara (DHPB), audit/evaluasi kinerja Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan audit penanggulangan banjir di DKI Jakarta. Selain hal tersebut, dalam rangka mendukung pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance), BPKP juga berupaya membantu pemerintah untuk mewujudkan sasaran prioritas RPJMN 2004-2009 dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dengan menerapkan strategi preemtif/edukatif, preventif, dan represif. BPKP melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi program anti korupsi, konsultasi, koordinasi, bimbingan teknis Fraud Control Plan (FCP), audit investigatif hambatan kelancaran pembangunan, klaim dan ekskalasi, audit investigatif kasus berindikasi tindak pidana korupsi, bantuan penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli dalam sidang perkara tindak pidana korupsi. Terkait dengan upaya meningkatkan tata kelola pemerintahan, BPKP telah melakukan kegiatan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis sistem akuntansi, Good Corporate Governance (GCG) dan Key Performance Indicators (KPI). Hasil yang dicapai antara lain semakin meningkatnya instansi pemerintah yang mampu menyusun laporan keuangan sesuai SAP dan BUMN/BUMD yang menerapkan GCG. BPKP juga mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah, yang sampai tahun 2009 telah diimplementasikan pada 223 pemerintah daerah. Selanjutnya, dalam rangka pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, BPKP berupaya meningkatkan kepedulian pentingnya SPIP dan penerapannya dengan melakukan sosialisasi melalui media cetak, elektronik dan diklat. Selain itu, juga telah dibentuk Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP, disusun Roadmap Penerapan SPIP, perumusan kebijakan pembinaan SPIP, dan penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan BPKP tersebut pada prinsipnya merupakan penjabaran dari 28 program Renstra BPKP 2005-2009. Capaian kinerja BPKP Tahun 2005-2008 seperti tercantum dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPKP Tahun 2005-2008 menunjukkan hasil yang memuaskan dengan capaian kinerja berturut-turut sebesar 168,39%, 104,24%, 108,30%, dan 105,13%. Capaian tersebut disumbangkan oleh kinerja atas program dan kegiatan utama pengawasan maupun pendukung pengawasan. Kegiatan utama pengawasan dilaksanakan melalui pemberian jasa assurance dan consulting yang diharapkan dapat memberikan perbaikan dan nilai tambah 4

terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan membantu pemerintah mencapai tujuannya. Jasa assurance dilakukan melalui kegiatan audit, evaluasi, reviu, sedangkan consulting dilakukan dengan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis, pengembangan sistem. Pada peran assurance, audit keuangan atas loan/grant yang dilakukan BPKP atas permintaan lender mendapatkan apresiasi dari lender karena dapat diselesaikan tepat waktu dan kualitas hasil audit yang baik, sehingga audit atas loan/grant tersebut pada masa mendatang tetap dipercayakan kepada BPKP. Dari hasil evaluasi atas indikator kinerja hasil pada program utama pengawasan Bidang Perekonomian, Polsoskam, Keuangan Daerah, dan Akuntan Negara diketahui bahwa BPKP memiliki keunggulan dalam peran consulting untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan. Hal ini tercermin dari kepercayaan instansi-instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan BUMN/D menggunakan produk dan jasa BPKP dalam rangka membenahi sistem dan tata kelolanya, antara lain sistem akuntansi, Good Corporate Governance (GCG), dan Key Performance Indicators (KPI). Hasil yang telah dicapai periode 2005-2009 antara lain: 396 IPD/IPD mampu menyusun laporan keuangan sesuai SAP, sehingga laporan keuangannya memperoleh opini minimal Wajar Dengan Pengecualian (WDP). 29 BUMN/BUMD/BUL sudah menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan Key Performance Indicators (KPI) dan memperoleh skor yang baik. 38 BUMD meningkat kesehatannya. 57 BUMD meningkat kinerjanya. 106 IPD melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimum/ Pelayanan Prima. 2 BU memenuhi Public Service Obligation (PSO). SIMDA telah diimplementasikan pada 223 pemda. Hasil-hasil yang telah dicapai sejak tahun 2005 s.d. 2009 sebagai berikut: Jumlah keseluruhan temuan hasil pengawasan periode tahun 2005-2009 yang berasal dari audit keuangan, audit operasional, audit kinerja dan audit investigasi non tindak pidana korupsi (non-tpk) adalah sebanyak 62.556 kejadian senilai Rp36,93 triliun dan telah ditindaklanjuti sebanyak 40.999 kejadian senilai Rp26,35 triliun. Upaya represif dengan melaksanakan audit investigatif. Jumlah laporan audit investigatif mencapai 866 laporan dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp2,44 triliun dan US$18,68 juta. 5

Bantuan penghitungan kerugian keuangan negara sebanyak 1.822 dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp8,69 triliun, US$195,23 juta, RM21,93 juta, KIP5,47 juta, GBP2.160 dan Yuan 10,28 juta. Sosialisasi program anti-korupsi melalui 20 Focus Group Discussion (FGD) dengan jumlah peserta 18.453 orang dan pencegahan korupsi dengan Fraud Control Plan (FCP) pada 52 satuan kerja instansi pemerintah pusat dan daerah. Pemberian keterangan ahli di Kejaksaan, Kepolisian, KPK, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tipikor sebanyak 2.389 kali Selain itu, BPKP juga berperan aktif dalam optimalisasi penerimaan negara melalui audit dan kajian dengan nilai temuan sebesar Rp15,49 trilyun dan US$398,43 juta dan telah disetor ke kas negara sebesar Rp11,19 trilyun dan Rp54,32 juta. B. Analisis Kebutuhan Stakeholders Efektivitas organisasi sangat berkorelasi dengan visi. Sehingga penerapan visi akan memberikan gambaran menyeluruh bagaimana peranan dan fungsi organisasi dalam pencapaian kinerja. Oleh karena itu, BPKP menyadari bahwa efektivitas ini hanya akan terwujud dengan melakukan reposisi peran dan fungsi seiring dengan berbagai perubahan lingkungan strategis. Perubahan lingkungan strategis tersebut harus disikapi BPKP dengan kesadaran profesional yang responsif terhadap tuntutan stakehoder/shareholder. Dari penjaringan aspirasi secara langsung melalui kuesioner dalam rangka reposisi peran dan fungsi BPKP maupun dari wawancara pada saat melakukan audit, sosialisasi, dan bimbingan teknis ke berbagai instansi/lembaga, diketahui harapan dan keinginan stakeholder/shareholder. Harapan tersebut mengemuka seiring dengan perubahan arah kebijakan pemerintah untuk melakukan reformasi total tata pemerintahan menuju good governance dan clean goverment. Untuk mewujudkan hal tersebut, prioritas diletakkan pada pembangunan aparatur negara melalui pelaksanaan reformasi birokrasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance), yaitu suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan prinsip-prinsip antara lain keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, responsivitas, menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan membuka partisipasi masyarakat. Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik tersebut menuntut BPKP mempertajam strategi pengawasan yang berorientasi pada pemberian bantuan kepada pimpinan organisasi untuk meyakinkan bahwa manajemen telah 6

ditangani dalam struktur pengendalian intern yang andal. Andal karena harus mampu menjamin terselenggaranya good governance, mampu menjamin adanya pengamanan aset, pencatatan yang akurat, serta mampu secara dini mendeteksi dan mengelola risiko sehingga mampu mengarahkan seluruh kegiatan pada pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal di atas, berbagai ekspektasi stakeholders dan kontribusi yang dapat disumbangkan oleh BPKP bagi stakeholder/shareholder dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Ekspektasi Stakeholders dan Kontribusi BPKP Ekspektasi Stakeholders Kontribusi BPKP 1. Presiden/shareholders Peta hasil pengawasan nasional dalam rangka monitoring kegiatan pemerintahan. Masukan dalam lingkup makro untuk perbaikan kebijakan dan kinerja. Penerapan sistem pengendalian intern/ sistem cegah dini. Peningkatan akuntabilitas Pemerintah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Berjalannya sistem pengawasan yang efektif, efisien dan profesional. Masukan mengenai diskresi pejabat publik, yang terlibat dalam perkara hukum. Peran sebagai auditor Presiden untuk memperkuat fungsi-fungsi manajemen pemerintahan. Penyampaian hasil pengawasan makro, strategis, lintas sektoral. Pembinaan penyelenggaraan SPIP pada instansi pemerintah. Pelaksanaan fungsi quality assurance dan pendampingan revieu ke APIP lain dalam rangka meningkatkan kualitas LKPP. Mempromosikan sinerji APIP dalam rangka built in APIP dan terintegrasinya kegiatan pengawasan APIP. Memberi masukan atas kasus hukum pejabat publik. 2. Penentu kebijakan (Menteri Koordinator dan Menteri) Hasil pengawasan per sektor/bidang/ kementerian. Hasil kajian, masukan bagi keperluan perumusan kebijakan. Penyampaian hasil pengawasan per sektor/ bidang/kementerian. Pengkajian, perumusan, dan pemberian masukan guna perumusan kebijakan. 3. Gubernur/Walikota/Bupati Terbina dan terawasinya perusahaan daerah dan badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah Penguatan akuntabilitas Pemda. Terbangunnya kapasitas manajemen keuangan daerah. Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi). Pemberian masukan dan saran kepada Kepala Daerah selaku regulator. 7

Ekspektasi Stakeholders 4. Auditee/Pengguna (Instansi Pemerintah, BUMN/D) : Terwujudnya nilai tambah. Terkelolanya BUMN yang mengacu pada praktik-praktik terbaik penerapan GCG. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. 5. Pemberi pinjaman/hibah/lender Informasi mengenai efisiensi dan efektivitas kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan dana pinjaman/hibah dalam dan luar negeri. Kontribusi BPKP Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi). Pembinaan dan pendampingan (asistensi dan konsultasi). Audit keuangan Audit kinerja. Evaluasi kebijakan. 6. Aparat Penegak Hukum (Polri, Jaksa, KPK) Adanya masukan bagi upaya pemberantasan KKN. Membantu pengungkapan kasus indikasi TPK (data awal, saksi ahli, perhitungan kerugian negara, fraud examiner, forensic auditor, investigator. Membantu pengembangan instrumen pencegahan KKN, peningkatan kesadaran anti- KKN, diseminasi langkah-langkah anti KKN. 7. APIP lainnya Adanya pembinaan atas SDM dan sistem/metodologi pengawasan. Tenaga pengawas yang kompeten, profesional dan bersertifikat. Pengembangan standar/pedoman pengawasan dan audit. Pembinaan dan sertifikasi jabatan fungsional auditor. 8. BPK Dapat dimanfaatkannya hasil pengawasan BPKP/APIP lainnya sebagai dasar pelaksanaan pemeriksaan BPK. Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang dapat membantu kelancaran pemeriksaan BPK. Ditindaklanjutinya temuan BPK. Peran sebagai komite audit pemerintah. Fasilitasi pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. 9. DPR/D, LSM, masyarakat Adanya informasi mengenai kinerja/ akuntabilitas pemerintah. Informasi efisiensi dan efektivitas anggaran dan pelaksanaan program pemerintah. Diperhatikan dan ditindaklanjutinya isu-isu yang menjadi concern bersama. Memberi masukan bagi optimalisasi fungsi DPR/D di bidang pengawasan, penyusunan anggaran, dan pembuatan undang-undang Memberi fokus pada hal-hal yang menjadi perhatian DPR/D dan masyarakat dalam kegiatan pengawasannya. Memberikan informasi hasil pengawasan berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku. 8

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN A. Permasalahan Sejumlah langkah pembenahan telah dilakukan oleh BPKP dan beberapa hasil signifikan juga telah diperoleh. Namun, mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam manajemen pemerintahan, ternyata masih terdapat permasalahan dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, tata kelola pemerintahan dan pemberantasan KKN, antara lain: 1. Masih diperolehnya opini disclaimer dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). 2. Masih banyaknya laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan daerah yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 3. Masih lemahnya penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) di instansi pemerintah. 4. Belum semua Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). 5. Kelemahan dalam pengelolaan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK). 6. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas BUMN/BUMD dalam melakukan kerja sama dengan pihak swasta nasional maupun asing, yang berpotensi merugikan bagi negara. 7. Masih banyaknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. 8. Masih rendahnya Indeks Persepsi Korupsi (hasil survei Transparency International), meskipun telah mengalami peningkatan dari 2,20 di tahun 2005 menjadi 2,80 di tahun 2009. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan: 1. Masih lemahnya pemahaman dan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, termasuk masih lemahnya sistem pengelolaan dan pencatatan aset negara. 2. Belum memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan negara khususnya di bidang akuntansi. 3. Belum tertatanya sistem pengawasan nasional dan mekanisme check and balance antara pengawasan internal pemerintah dengan pengawasan eksternal pemerintah 4. Belum terbangunnya sistem akuntabilitas Presiden yang komprehensif, sebagai akuntabilitas tunggal yang mengintegrasikan informasi seluruh capaian kementerian/lembaga termasuk pemerintah daerah. 9

5. Belum efektif dan efisiennya pengawasan/pemeriksaan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). 6. Belum optimalnya kinerja SDM aparatur karena belum meratanya kompetensi aparatur dan belum memadainya remunerasi dan kesejahteraannya. Selain itu sistem pembinaan SDM aparatur belum berbasis pada kinerja (merit system). Kelemahan-kelemahan tersebut menjadi tantangan bagi BPKP dalam tahun mendatang. lima B. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pencapaian misi disadari akan sangat bergantung pada keberadaan faktor-faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor ini dirumuskan dari hasil analisis lingkungan eksternal dan internal baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi BPKP. Analisis lingkungan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). 1. Analisis SWOT Identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities), dan ancaman (threats) BPKP adalah seperti tertuang dalam tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN Kekuatan (Strengths - S) 1. SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif, dan terpercaya yang tersebar di 25 perwakilan seluruh Indonesia. 2. Core competency unggulan di bidang pengawasan. 3. Memiliki mandat: lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategik. pembinaan penyelenggaraan SPIP. penyedia laporan pengawasan. yang berskala nasional ke Presiden. pembinaan penyelenggaraan JFA. Kelemahan (Weaknesses - W) 1. Rekruitmen dan proses regenerasi SDM belum berjalan dengan baik. 2. Komposisi SDM belum ideal. 3. Auditor belum terspesialisasi menurut kebutuhan kinerja pengawasan. 4. Strategi pengawasan belum memadai. 5. Implementasi sistem reward belum optimal. 6. Sistem promosi dan karier belum cukup mendorong motivasi kerja pegawai BPKP. 10

4. Dukungan dan komitmen yang cukup kuat dari top executive BPKP. 5. Peran BPKP yang bertanggung-jawab langsung ke Presiden. 6. Memiliki produk-produk unggulan yang dibutuhkan stakeholder (GCG, KPI, PE, FCP, SAKD, MR). 7. Memiliki sistem informasi dan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cukup mumpuni. Peluang (Opportunities O) 1. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders. 2. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan negara yang bersih, tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance). 3. Meningkatnya permintaan jasa pengawasan (assurance) dan asistensi (consulting) dari instansi pemerintah. 4. Adanya kepercayaan atas BPKP yang profesional. 5. Banyaknya satker yang belum menerapkan tata kelola yang baik. 6. Munculnya peran-peran baru sehubungan dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008. 7. Besarnya kepercayaan instansi penyidik kepada BPKP untuk melakukan audit investigatif atas kasus TPK. Ancaman (Threats T) 1. Masih adanya sebagian kelompok birokrasi yang belum memahami dan belum dapat menerima pentingnya peran BPKP yang baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008. 2. Masih munculnya dissinkronisasi peraturan-peraturan yang kurang mendukung peran BPKP. 3. Tingginya minat dan permintaan tenaga BPKP yang potensial dari instansi pemerintah di luar BPKP. 4. Munculnya alternatif penyedia jasa dari konsultan independen atau pihak lain yang produknya sejenis dengan produk BPKP. 5. Adanya potensi perubahan kebijakan nasional yang terkait dengan RPJMN 2010-2014 yang perlu diantisipasi. 6. Adanya pengembangan jabatan fungsional Pengawas Penyelenggaraan Pemerintahan. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan perhitungan nilai urgensi, nilai dukungan (ND), dan nilai keterkaitan, posisi BPKP berada pada Kuadran I atau posisi SO (strength-opportunity) yang berarti bahwa potensi/kekuatan BPKP lebih besar dibanding dengan kelemahannya, dan peluangnya lebih besar dibanding dengan ancamannya. Oleh karena itu, BPKP harus menerapkan strategi mengoptimalkan kekuatan untuk meraih peluang 11

sebaik-baiknya. Berbekal mandat yang dimiliki, kompetensi dan pengalaman SDM dalam memberikan jasa assurance dan consulting, dukungan sistem informasi yang memadai, dan kepercayaan stakeholders, BPKP diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pemerintah sehingga diharapkan dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih serta akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. 2. Faktor Kunci Keberhasilan Dengan memperhitungkan nilai dukungan, nilai urgensi dan nilai keterkaitan faktor-faktor internal dan eksternal, terdapat 7 faktor kunci keberhasilan BPKP sebagai berikut: a. Komitmen Pemerintah Terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Tata kepemerintahan yang baik, bersih, dan bertanggung jawab terutama dicirikan dengan akuntabilitas publik, partisipasi publik, transparansi publik, kebijakan publik, dan kepastian atau kesamaan kedudukan di hadapan hukum. Arah yang diinginkan itu adalah bahwa semua kinerja kepemerintahan diharapkan dapat memuaskan persepsi publik melalui karya nyata dan berkelanjutan. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih dibuktikan dengan terbitnya berbagai perangkat hukum dan terbentuknya berbagai lembaga atau komisi ad hoc yang ditujukan untuk mewujudkan hal tersebut. Terbitnya paket UU keuangan negara (UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004 dan UU Nomor 15 Tahun 2004) menunjukkan upaya pemerintah membenahi pengelolaan keuangan negara. Salah satu perangkat peraturan yang penting dan merupakan turunan dari pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP tersebut menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan instansi masing-masing agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan efektif, efisien, memenuhi prinsip-prinsip good governance (transparan dan akuntabel) dan terhindar dari tuntutan hukum administrasi, perdata dan pidana. 12

b. SDM yang Kompeten dan Profesional SDM yang kompeten dan profesional merupakan faktor penentu keberhasilan organisasi karena SDM lah yang mengatur dan menggerakkan jalannya organisasi. SDM yang kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoritis, didukung dengan pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum dalam lingkungan keahlian tersebut. SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya. BPKP memiliki SDM dengan keahlian dan pengalaman dalam bidang akuntansi, manajemen, audit, teknologi informasi sehingga akan sangat mendukung pelaksanaan tugas assurance dan consulting. Keahlian tersebut perlu terus-menerus diperbaharui dan ditingkatkan, baik melalui jalur pendidikan, pelatihan, seminar/workshop dll agar dapat merespon perkembangan kebutuhan pengawasan yang terus berkembang. Selain itu, BPKP perlu memiliki SDM dengan keahlian multidisiplin dan wawasan yang komprehensif guna memenuhi peran pengawasan yang sifatnya strategis, makro dan berskala nasional sehingga mampu memberikan masukan/solusi kepada pemerintah terkait dengan berbagai masalah pemerintah yang cenderung kompleks. c. Mandat BPKP Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern itu dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tersebut, dinyatakan beberapa mandat yang diberikan kepada BPKP sebagai berikut: 13

1) Pasal 49 ayat (2): BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan c) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. 2) Pasal 54 ayat (3): secara berkala BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 3) Pasal 57 ayat (4): BPKP melakukan reviu atas LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. 4) Pasal 59 ayat (2): BPKP melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP yang meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi SPIP, pendidikan dan pelatihan SPIP, pembimbingan dan konsultansi SPIP, dan peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah. Cakupan tugas yang semakin luas berdasarkan mandat tersebut perlu dikelola dengan baik agar efektif. Mandat sebagai pembina SPIP merupakan tugas baru dengan tantangan tersendiri, khususnya dalam pengembangan desain dan implementasinya agar mudah dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintah. d. Komitmen Pimpinan BPKP Komitmen Pimpinan BPKP merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan memberi semangat pencapaian visi, misi dan tujuan BPKP. Komitmen pimpinan yang kuat akan mampu membangun integritas organisasi, menggerakkan komitmen seluruh jajaran organisasi untuk melaksanakan tugas selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. Terkait dengan perubahan peran/mandat baru BPKP, pimpinan juga diharapkan mampu mengembangkan peran, menjaga proses transformasi, melakukan komunikasi, dan menyemangati proses transformasi tersebut. e. Strategi Pengawasan yang Tepat Dalam posisi sebagai auditor Presiden, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian BPKP adalah hal-hal yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan berskala nasional. 14

BPKP mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simptom-simptom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara dan mampu memberikan rekomendasi yang applicable kepada Presiden. Untuk itu diperlukan strategi pengawasan yang tepat, baik dari sisi pemilihan obyek pengawasan dengan menerapkan skala prioritas pengawasan maupun dari sisi metode pengawasan yang harus terus dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan pemberian informasi yang relevan bermanfaat kepada Presiden atau stakeholders lainnya. f. Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko Perencanaan pengawasan mencakup pemilihan obyek pengawasan beserta alokasi sumber daya pengawasan (sumber daya manusia dan dana) agar tujuan pengawasan dapat dicapai. Mengingat keterbatasan sumber daya pengawasan, maka perencanaan pengawasan berbasis risiko menjadi salah satu solusi, yaitu perencanaan yang didasarkan atas penilaian risiko terhadap keseluruhan obyek pengawasan (audit universe), yang selanjutnya menjadi dasar penentuan prioritas pengawasan. Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam penilaian risiko obyek pengawasan antara lain jumlah dana yang dikelola, kondisi pengendalian intern, aspek strategis kegiatan, dan dampak kegiatan yang dilakukan terhadap masyarakat. Perencanaan berbasis risiko ini dapat mengarahkan alokasi sumber daya secara efisien dan efektif. g. Koordinasi dan Sinergi Pengawasan Nasional Kebijakan Pengawasan Nasional berperan penting dalam mengarahkan kegiatan pengawasan yang dilakukan berbagai aparat pengawasan agar dapat menghasilkan informasi hasil pengawasan yang berkualitas dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pembenahan manajemen pemerintahan. Aparat pengawasan yang ada pada berbagai level pemerintahan dapat dioptimalkan dengan adanya sinkronisasi arah kegiatan pengawasan dan koordinasi antar aparat pengawasan sehingga dapat dihasilkan sinergi pengawasan. 3. Nilai Luhur BPKP Dalam menjalankan mandatnya, BPKP senantiasa bertumpu pada nilai-nilai luhur. Nilai luhur adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat mulia yang peranannya sangat penting dalam 15

merealisasikan misi-misi BPKP. Nilai-nilai BPKP ini dipilih dari berbagai nilai yang terpenting, yang urutan huruf awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang mengilhami seluruh staf BPKP yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan dari keinginan untuk selalu berinovasi guna menghasilkan produk-produk yang berbeda dari produk para pengawas intern lainnya tetapi yang diyakini diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan. Selengkapnya, nilai PIONIR itu adalah bentukan dari enam nilai di bawah ini: P rofesional I ntegritas O rientasi pada Pengguna N urani dan Akal Sehat I ndependen R esponsibel Masing-masing makna dari keenam nilai tersebut adalah: a. Profesional Profesionalitas menjadi kunci utama bagi keberhasilan pelaksanaan tugas BPKP, karena profesionalitas menjadi dasar bagi pengembangan citra BPKP untuk menjadi auditor atau aparat pengawas yang dapat dipercaya. BPKP sebagai suatu lembaga pemerintah, selain bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah dan standar-standar yang dibangun oleh komunitas profesi, juga bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah birokrasi. Kedua hal tersebut harus diakomodasikan secara seimbang, sehingga terdapat kesesuaian antara identitas anggota organisasi dengan identitas organisasi dan menjadi profesional birokrat. Profesionalitas melekat pada kegiatan pengawas intern pemerintah yang memahami ilmu pengawasan dan memiliki persyaratan kompetensi dan pengalaman untuk menerapkan ilmu tersebut dengan metodologi yang sistematis dan sikap kerja yang berintegritas, serta senantiasa berorientasi kepada penciptaan nilai tambah dalam pencapaian tujuan organisasi. Profesionalitas juga menuntut auditor untuk terus memburu teknologi audit terbaik yang senantiasa ditingkatkan keunggulannya, agar dapat mengimbangi dinamika perkembangan kebutuhan stakeholders yang 16

beraneka ragam dan tuntutan kualitas yang standarnya meningkat dari waktu ke waktu. Dalam kaitan ini kebutuhan mendesak yang perlu dikembangkan adalah kapasitas untuk melakukan assessment terhadap penerapan good governance, evaluasi kebijakan publik, manajemen risiko, audit sosial, forensic auditing, dan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman stakeholders atas berbagai hal yang menjadi audit issues, serta kapasitas untuk memberikan saran dan masukan bagi keperluan perumusan perundang-undangan dan kebijakan berskala nasional. b. Integritas Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Pengawas yang kompeten akan dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas. Integritas adalah kombinasi dari keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip dan etika profesionalisme, konsistensi dalam menjaga dedikasinya pada pelaksanaan tugas, dan kemampuan untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilandasi dengan kejujuran, yang mencakup masalah etika dan spiritual, di samping mengedepankan nilai keteladanan dan nilai kejujuran. Oleh karena itu, integritas merupakan hal yang paling fundamental dan akan mempengaruhi keseluruhan perilaku individu dan kelompok dalam melaksanakan setiap kewajiban dan memberikan tanggungjawab atas tugas-tugas yang diembankan kepadanya. c. Orientasi pada Pengguna Nilai ini sangat konsisten dengan arus besar perubahan manajemen pemerintahan saat ini. Dengan dipraktikkannya manajemen pemerintahan berbasis kinerja, nilai ini adalah nilai yang paling jelas menunjukkan bahwa BPKP berani menangkap dan mengembangkan spirit kewirausahaan. BPKP memiliki misi untuk dapat memberi manfaat/nilai tambah kepada stakeholders, auditan dan pengguna jasa. Oleh karena itu, orientasi kepada pengguna merupakan faktor kunci untuk menentukan dan merancang kegiatan pengawasan BPKP yang memang diperlukan dan memberikan nilai tambah/manfaat kepada stakeholder. 17

d. Nurani dan Akal Sehat Nilai yang dikekalkan dari nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika pengawasan pada tahapnya yang tertinggi, bukan hanya sekedar sebuah kekakuan sikap untuk menaati peraturan dan sikap mengukuhi kebenaran bagi orang banyak sebagai kebenaran tertinggi, yang pada struktur sosial yang timpang akan mengekalkan tirani mayoritas. Auditor yang berintegritas mestinya mampu mengandalkan suara nurani dan akal sehat. Nurani merupakan sumber pertimbangan kebaikan etika dalam tahapnya yang tertinggi. Dengan platform etika seperti ini, jika memang pengawas intern konsisten dan konsekuen hendak mentransformasikan manajemen pemerintahan ke arah manajemen yang disemangati oleh kewirausahaan, maka pengawas harus berani mengutamakan esensi kinerja daripada kepatuhan hukum, jika ternyata justru hukum tersebutlah yang tidak sejalan dengan pencapaian kinerja yang optimal. e. Independen Independensi tetap diperlukan bagi aparat pengawas intern. Sebagai contoh praktik di Amerika Serikat, karena berada dalam lingkungan pemerintahan yang sarat dengan peraturan dan persaingan politis, mekanisme cek dan cek ulang antara parlemen dan eksekutif memang mengharuskan nilai independensi tetap dianut oleh internal auditor (Inspectorate General). Inspectorate General (IG) harus menyajikan laporannya baik kepada Pimpinan Eksekutif maupun kepada Parlemen sekaligus. BPKP tampaknya mengambil sikap sesuai dengan perkembangan IG di atas. Selain memberikan laporannya langsung kepada para pemimpin lembaga eksekutif, BPKP pun tidak dapat mengelak dari kewajiban untuk memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentunya dengan memperhatikan kaitannya dengan aspek kode etik profesi. Dengan demikian jelas bahwa penyajian yang dua arah ini akan mengharuskan BPKP mengambil sikap independen. 18

Terlepas dari arah pertanggungjawaban di atas, independensi mencakup independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Mungkin secara organisatoris keberadaan BPKP di bawah Presiden tetap tak akan pernah menjadikannya independen terhadap Presiden. Namun, ketika BPKP dapat secara partisipatoris menentukan agenda pengawasan sesuai dengan kebutuhan Presiden, maka terhadap apapun yang diawasi oleh BPKP, sikap independensi secara faktual dapat dilaksanakan. f. Responsibel Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya merupakan komponen dari proses good governance. Dengan adanya kejelasan tanggung jawab, seseorang akan dapat bekerja secara terarah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya. Pada akhirnya, responsibilitas akan membimbing seseorang untuk menuntaskan tanggung jawabnya tersebut lewat upaya akuntabilitas (obligation to answer). Sebagai pengawas internal, responsibilitas adalah nilai yang memungkinkan seluruh staf BPKP mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari manajemen pemerintahan, yaitu untuk bersama-sama dengan manajemen mengupayakan pencapaian tujuan manajemen. Tersirat di sini bahwa BPKP adalah mitra, yang turut memahami dan berniat menanggung responsibilitas manajemen pemerintahan, khususnya dalam menciptakan proses good governance, meningkatkan pelayanan publik dan menciptakan iklim manajemen yang terbebas dari praktik KKN. 19

BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN Struktur Renstra BPKP Tahun 2010-2014 mengacu pada restrukturisasi program dan Pedoman Penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) Tahun 2010-2014 seperti diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 yang diterbitkan tanggal 11 Agustus 2009. Gambar 2.1 Struktur Renstra BPKP 2010-2014 20

2.1 VISI Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi BPKP tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai BPKP yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan BPKP kepada shareholder/stakeholdernya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi BPKP sebagai berikut: VISI Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas Dalam pernyataan visi tersebut di atas, terdapat beberapa kata kunci, yaitu: 1. Auditor Presiden 2. Responsif 3. Interaktif 4. Terpercaya 5. Akuntabilitas Keuangan Negara 6. Berkualitas Pemahaman atas makna kata-kata kunci tersebut akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang visi. Makna ringkas dari masing-masing kata kunci tersebut adalah sebagai berikut: 111. 1. Auditor Presiden Frasa Auditor Presiden dipilih untuk menunjukkan artikulasi dan kesan yang kuat bahwa BPKP merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung 21

jawab langsung kepada Presiden, dan memiliki kompetensi yang mumpuni dan dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan. Sebagai Auditor Presiden, BPKP merupakan mata dan telinga Presiden yang melihat dan mendengar secara langsung fakta, data maupun informasi dan segera merespon melalui suatu sistem peringatan dini yang memberikan manfaat kepada Presiden. Oleh karena itu, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian BPKP adalah hal-hal yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan berskala nasional. Kegiatan pengawasan difokuskan kepada pengawasan keuangan negara yang menyentuh rakyat banyak, terutama yang pro growth, pro job dan pro poor. Dalam posisi sebagai auditor presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simptom-simptom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara dan mampu memberikan rekomendasi yang applicable kepada Presiden. Dengan demikian dalam kurun waktu 5 tahun mendatang diharapkan BPKP memberikan peran yang cukup signifikan dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Dalam konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya terutama bukanlah untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap asersi manajemen, melainkan lebih kepada upaya penciptaan proses governance, manajemen risiko, dan penerapan sistem pengendalian guna mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Ciri khas dari BPKP sebagai Auditor Presiden yang membedakan dirinya dari lembaga pengawasan yang lain adalah dimilikinya kompetensi pengawasan di bidang akuntabilitas keuangan negara. Kompetensi inti ini sejalan dengan kewajiban Presiden untuk melakukan pengawasan pembangunan nasional sebagai wujud akuntabilitas keuangan negara seperti diamanatkan dalam 3 paket undangundang di bidang keuangan negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Visi BPKP sebagai Auditor Presiden merupakan visi yang strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Dengan demikian diharapkan informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh Auditor Presiden bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi. 22

2. Responsif Responsif berarti cepat memberikan respon (tanggapan), tidak masa bodoh, dan bereaksi secara tepat dan simpatik kepada seseorang atau suatu peristiwa. Auditor Presiden yang responsif mengandung makna bahwa dalam menjalankan perannya, Auditor BPKP tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pemerintah dan segera memberikan respon/masukan kepada pengambil kebijakan. Ini berarti bahwa BPKP tidak boleh berlama-lama dalam menentukan langkahlangkah pengawasan yang akan dilakukan dalam mengamankan dan menyukseskan kebijakan nasional yang ditetapkan oleh Presiden. Dalam konteks ini, berarti BPKP tidak harus menunggu penugasan dari Presiden, justru dengan sistem peringatan dini yang dimiliki oleh BPKP maka BPKP dapat segera menentukan langkah-langkah pengawasan yang efektif secara mandiri untuk mengawal kesuksesan pelaksanaan kebijakan Presiden dan segera mengusulkan titik-titik prioritas pengawasan yang akan dilakukan untuk suksesnya kebijakan nasional. 3. Interaktif Sifat interaktif memiliki makna saling aktif atau komunikasi dua arah. Interaktif merupakan perkembangan lebih lanjut dari tahapan sebelumnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Dari reaktif yang berarti bereaksi setelah adanya suatu kejadian, kemudian berkembang menjadi proaktif yang mengedepankan inisiatif untuk bertindak namun masih melihat dari sisi BPKP (satu sisi), dan kini bersifat interaktif yang mengandung nuansa bahwa BPKP memperhatikan/mendengarkan kepentingan/kebutuhan stakeholders. Dengan pengertian tersebut maka komunikasi antara BPKP dengan stakeholders ataupun pelanggan haruslah selalu terjalin dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, BPKP harus membuka saluransaluran komunikasi yang efektif, menjalin kemitraan dengan stakeholders dan APIP lain dalam menjalankan perannya. Selain itu, BPKP dapat menjelaskan dengan baik hasil-hasil pengawasan maupun sistem pengendalian intern yang diperlukan oleh para pengguna/stakeholders. Kegiatan-kegiatan seperti Clearing House, kehumasan, maupun implementasi President Accountability System (PASs) sangat membantu dalam menciptakan suasana interaktif. Sifat interaktif ini mendorong perlunya kemampuan dan kompetensi yang tinggi bagi para auditor BPKP untuk berperan sebagai guru, expert, maupun tempat bertanya yang dapat diandalkan di bidang pengawasan. 23

4. Terpercaya Terpercaya berarti dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan mandat yang diberikan. BPKP telah menyatakan dalam visinya sebagai Auditor Presiden yang terpercaya, yang berarti BPKP memiliki integritas yang tinggi yang didukung profesionalisme yang tinggi sehingga dapat diandalkan untuk memberikan hasil kerja yang berkualitas dan bermanfaat bagi shareholders dan stakeholders. Presiden sebagai pemegang akuntabilitas keuangan negara yang tidak dapat didelegasikan kepada pihak lain membutuhkan keahlian BPKP sebagai Auditor Presiden dalam melakukan pengawasan di bidang keuangan negara. Kepercayaan terhadap kinerja BPKP telah tumbuh yang terbukti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai SPIP yang memberikan mandat kepada BPKP untuk melakukan pengawasan intern di bidang keuangan negara dan membina SPIP. Kepercayaan stakeholders kepada BPKP juga ditunjukkan dengan banyaknya permintaan stakeholders kepada BPKP untuk membenahi sistem dan tata kelola pemerintahan. 5. Akuntabilitas Keuangan Negara Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Sedangkan keuangan negara seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, berarti semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini meliputi: Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran Negara; Penerimaan Daerah; 24

Pengeluaran Daerah; Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah; Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Dengan demikian, akuntabilitas keuangan negara memiliki lingkup yang luas, yaitu pertanggungjawaban atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan negara. Akuntabilitas keuangan negara tidak sekedar pertanggungjawaban penggunaan dana dan proses pengelolaannya, namun yang terpenting adalah pertanggungjawaban kinerja/hasil (outcome) atas pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003, Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya, kekuasaan tersebut: Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; Dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya; Diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam pemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Meskipun pengelolaan keuangan negara tersebut dapat dikuasakan, namun akuntabilitas keuangan negara tetap melekat pada Presiden. Akuntabilitas keuangan negara oleh Presiden ini meliputi kewajiban seorang Presiden untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan Presiden di bidang keuangan negara kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Prinsip akuntabilitas keuangan negara menghendaki bahwa proses pengambilan keputusan atau kinerja keuangan negara dapat dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Selain itu, pertanggungjawaban keuangan negara tersebut harus dapat ditelusuri sampai ke 25

bukti dasarnya (traceableness) dan dapat diterima secara logis (reasonableness). BPKP sebagai Auditor Presiden berperan membantu pengawasan dalam bidang keuangan negara agar akuntabilitas Presiden dapat memuaskan seluruh rakyat Indonesia. 6. Berkualitas Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas ditunjukkan dengan tiga ciri yaitu akuntabel, transparan dan partisipatif. Hal ini berarti bahwa pertanggungjawaban keuangan negara harus dapat diandalkan, mengungkapkan secara terbuka informasi yang material dan relevan serta berasal dari suatu proses yang melibatkan berbagai pihak terkait. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas mendukung akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara. 2.2 MISI Misi merupakan menjabarkan lebih lanjut visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP. Tugas dan kewenangan BPKP semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi BPKP adalah sebagai berikut: 26

MISI 1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN. 2. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. 3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. 4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara, sekaligus menegaskan bahwa misi ini dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder BPKP dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan upaya pencegahan KKN. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama BPKP adalah memberikan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi Presiden/Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara, memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business) BPKP, baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. Mandat BPKP sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara semakin jelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam Pasal 49 Ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP 27

melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan c) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehinga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Dengan mengacu kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 2, kegiatan BUN terdiri atas delapan bidang yaitu pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pengelolaan uang negara, pengelolaan piutang, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN, dan regulator di bidang keuangan negara. Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat memberi masukan dan feed back kepada Menteri Keuangan selaku BUN mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP. Peran BPKP dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN tersebut perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya. Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan BPKP dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk ditangani (current issues) sesuai perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan penugasan-penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran BPKP sebagai Auditor Presiden/pemerintah. Selain itu, berdasarkan Pasal 57 ayat (4) PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP juga dimandatkan untuk melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. Dalam misi 1 termasuk juga kegiatan dalam rangka membantu aparat penegak hukum dan pemerintah untuk mencegah dan mengurangi KKN, yang dilakukan dalam bentuk pengawasan investigatif, pemberian keterangan ahli, dan perhitungan kerugian negara. 28

2. Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup: a. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP b. Sosialisasi SPIP c. Pendidikan dan pelatihan SPIP d. Pembimbingan dan konsultansi SPIP e. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/kompetensi auditor APIP 29

yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP). Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedomanpedoman terkait SPIP (pedoman umum dan pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah. Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP. Selain itu, kegiatan penyusunan modul dan penyelenggaraan diklat SPIP menjadi kegiatan penting untuk membentuk personil yang memahami seluk beluk SPIP dan kompeten untuk menerapkan SPIP di instansi masing-masing. Pada tahap penerapan SPIP, BPKP siap untuk membimbing dan memberikan konsultansi kepada seluruh instansi pemerintah. 3. Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, misi ketiga diperlukan sebagai pembimbing berbagai strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas BPKP sendiri maupun kapasitas APIP secara umum. Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab BPKP sebagai anggota komunitas pengawasan untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama, baik dengan BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPND, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lainnya yang mengkoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan 30

Aparatur Negara dan Kementerian Dalam Negeri pada saat ini, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Lebih luas lagi, dilakukannya pengawasan secara bersinergi akan menjadi agenda yang penting BPKP bersama-sama dengan DPR/DPRD, Kejaksaan Agung, Kepolisian, maupun masyarakat. Arti penting dari ditetapkannya misi ini terletak pada adanya kesadaran BPKP untuk turut serta membenahi hal-hal yang kontra produktif dalam kegiatan pengawasan, misalnya bertubi-tubinya dan tumpang tindihnya pelaksanaan kegiatan pengawasan di lapangan. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian masukan mengenai arah dan kebijakan pengawasan nasional/makro kepada Pemerintah. Substansi arah dan kebijakan yang dimaksud tentunya sejalan dengan program-program Pemerintah yang menjadi prioritas, berskala nasional, memperhatikan analisis risiko per masing sektor dan bidang kegiatan pemerintahan, mencerminkan sinergi APIP, dan menunjukkan dukungan bagi pelaksanaan pengawasan oleh auditor eksternal. Penjabaran misi ini terus dioptimalkan oleh BPKP agar hasil pengawasannya mempunyai manfaat dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama stakeholders utama, yang tercermin dari tanggapan positif ataupun apresiasi para pengguna atas produk-produk BPKP. Untuk itu perlu terus diagendakan dan diberikan perhatian yang memadai terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, kepatuhan pada standar profesi, penataan proses kerja internal, dan sistem kendali mutu yang dapat menunjang peningkatan kualitas hasil pengawasan. Dengan demikian, produk BPKP diharapkan akan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD/BUL. Peran BPKP mengembangkan kapasitas APIP (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem dan prosedur mencakup: Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1 e PP Nomor 60 Tahun 2008) Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008) Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Prosedur Pengawasan Pengembangan Kapasitas Internal BPKP Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP Pendukung/fasilitasi pengawasan Sinergi dengan APIP lain. 31

4. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan yang Andal bagi Presiden/Pemerintah Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. PASs adalah alat kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara, yang berbasis web, on-line, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh (integrated) tentang implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu. Sistem pelaporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang ada saat ini belum menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi yang utuh/menyeluruh atas implementasi akuntabilitas Presiden. Kondisi tersebut kontradiktif dengan kedudukan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang juga memegang kekuasaan tunggal pengelolaan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan (UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1). Meskipun telah secara jelas diatur bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan (selaku BUN) dan menteri/pimpinan lembaga (selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang), serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan daerah, namun sejatinya bukan berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diserahkan keseluruhan ke menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati, atau walikota. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tetap melekat kepada Presiden yang menerima amanah dari rakyat, sehingga Presiden juga harus berakuntabilitas kepada rakyat. Berbagai peraturan yang telah diterbitkan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2008), Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP Nomor 39 Tahun 2006), dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Daerah-LPPD (PP Nomor 3 Tahun 2007), belum dapat menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi periodik, up to date, dan mendekati real-time tentang akuntabilitas kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. Kondisi di atas memunculkan fenomena baik di pusat dan daerah, yaitu (i) penyerapan anggaran yang rendah, (ii) kurang sinkronnya rencana pembangunan 32

di pusat dan daerah (karena persepsi yang sempit terhadap perundang-undangan yang ada), dan (iii) tidak adanya informasi capaian kinerja kumulatif/aggregasi dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang dapat dilaporkan kepada Presiden secara tepat waktu (up to date), yang mendekati real-time. Hal tersebut menyulitkan Presiden untuk dapat menilai apakah agenda-agenda Presiden yang tertuang di RPJMN telah dilaksanakan oleh pimpinan kementerian/lembaga dan kepala daerah sesuai dengan target atau harapan Pemerintah dan rakyat. Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap kebuntuan (missing-link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mensinergikan sumber-daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, dan memudahkan Presiden untuk memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda Pemerintah. PASs didukung dengan sistem data warehouse yang mengkolaborasikan berbagai informasi dari seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait dengan implementasi sistem akuntabilitas Presiden. Kebutuhan informasi untuk PASs cukup besar dan kompleks, meliputi Akuntabilitas Sasaran Makro, Akuntabilitas Pelaksanaan Kebijakan/Program, Akuntabilitas Pengawasan, Akuntabilitas Keuangan Negara, Akuntabilitas Keuangan Daerah, Akuntabilitas BUMN/D, Akuntabilitas Instansi Pusat, Akuntabilitas Instansi Daerah, Akuntabilitas Penanganan Korupsi, dan Akuntabilitas Lembaga Negara. Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada BPKP untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Berikut gambar alur informasi dan pengetahuan untuk mengambil keputusan: 33

Gambar 2.2 Gambar Alur Informasi dan Pengetahuan untuk Pengambilan Keputusan Decision Making Management Presiden memperoleh informasi dan pengetahuan yang kredible sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat Intelligence-based Planning Perencanaan kegiatan yang berdasarkan analisa Resiko dan Prioritas Knowledge Creation Collaborative Analysis & Research Pengetahuan-pengetahuan terdokumentasi secara komprehensif dan uptodate Sistem mengkolaborasikan informasi yang tersebar di masingmasing instansi untuk kepentingan analisis dan penelitian Integration of Information Berbasis data warehouse yang komprehensif & historis BPKP BPKP sebagai pengelola PASS PASs 2.3 TUJUAN Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, BPKP mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat/bisnis yang berorientasi profit, BPKP memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebut maka tujuan-tujuan utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan manfaat kepada auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan-tujuan 34

pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam. Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut: TUJUAN 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik 3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara 4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah 5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten 6. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah Tujuan-tujuan tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan yang masih dihadapi dalam 5 tahun ke depan serta untuk menjawab pernyataan misi BPKP. Penetapan tujuan pertama yaitu meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan Negara dilandasi permasalahan masih diperolehnya opini disclaimer dari BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan masih banyaknya laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan daerah (IPP/D) yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Akuntabilitas keuangan negara merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban keuangan negara, yang dilaksanakan secara periodik. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan timbul dalam pelaksanaan misi organisasi pemerintahan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Berkaitan dengan itu, BPKP mempunyai tujuan agar kualitas pelaksanaan akuntabilitas tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai melalui opini yang yang dikeluarkan oleh BPK. 35

Penetapan tujuan kedua yaitu Meningkatnya tata pemerintahan yang baik, berkaitan dengan masih rendahnya pelayanan publik karena belum semua kementerian lembaga dan dan pemerintah daerah membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). Padahal di satu sisi pemerintah telah mencanangkan terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public governance). Tata pemerintahan yang baik tersebut berkaitan dengan etika pengelolaan organisasi pemerintahan yang memenuhi kriteria atau karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut mencakup sebagai berikut: 1. Partisipasi publik 2. Kerangka hukum yang adil 3. Transparansi informasi 4. Pelayanan yang responsif 5. Orientasi pada kepentingan yang luas 6. Kesempatan yang sama 7. Kegiatan yang efisien dan efektif 8. Akuntabilitas organisasi 9. Visi ke depan pengembangan manusia. BPKP mempunyai tujuan agar akuntabilitas keuangan negara dan tata pemerintahan tersebut mengalami perbaikan melalui kegiatan quality assurance ataupun consulting and assistance. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara menjadi tujuan BPKP karena BPKP menyadari bahwa perbaikan akuntabilitas dan etika pengelolaan masih memerlukan perbaikan dalam sistem dan lingkungan yang mempengaruhinya. Penetapan tujuan ketiga juga didasari dengan masih banyaknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. Hal lain yang menjadi perhatian adalah masih rendahnya Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2009 yaitu 2,80. Kondisi ini menjadi tantangan bagi BPKP untuk menciptakan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara, diantaranya dengan melakukan sosialisasi anti korupsi tentang pemahaman dan kepedulian permasalahan korupsi, mengimplementasikan Fraud Control Planning (FCP) di IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud, serta melakukan reviu laporan dan pengaduan masyarakat. 36

Ketiga tujuan di atas mendukung tercapainya keberhasilan misi BPKP yang pertama yaitu Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata pemerintahan yang baik dan bebas KKN. Tujuan ke empat BPKP yaitu Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, ditetapkan untuk tercapainya misi ke dua BPKP yaitu Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Untuk mewujudkan hal tersebut BPKP telah dibekali mandat sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab atas Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur negara dalam RPJMN 2010-2014 dan harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah yang efektif pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang semakin efektif maka diharapkan akan berkontribusi langsung terhadap penurunan praktik korupsi di lingkungan aparatur negara yang ditandai dengan semakin membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Penetapan tujuan ke lima yaitu Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang profesional dan kompeten, adalah untuk mendukung misi ke tiga yaitu Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) akan terjadi dengan dukungan SDM yang andal dan terkelola dengan baik, yang salah satunya adalah APIP. Peningkatan kapasitas APIP dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi auditor di lingkungan Instansi Pemerintah. Target yang diharapkan tercapai pada Tahun 2014 adalah 80% APIP telah bersertifikat auditor sesuai jenjang dan perannya. APIP yang profesional dan kompeten ini akan mendukung peran APIP yang efektif yang sekurang-kurangnya harus: a. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. 37

b. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Tujuan ke enam ditetapkan untuk mendukung pencapaian misi Menyelenggarakan dukungan pengambilan keputusan yang andal badi Presiden/pemerintah, sebagai internal auditor, BPKP menyadari bahwa tugastugas quality assurance dan pendampingan yang berorientasi kepada pimpinan organisasi dan pemerintah, harus menjadi perhatian utama. Informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan dan non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal dan internal harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan organisasi dan pemerintahan dalam bentuk dan waktu yang tepat, untuk melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab operasional. Kesadaran itulah yang mendorong BPKP untuk menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/pemerintah yang efektif. Dukungan tersebut dibuktikan oleh BPKP melalui pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang berkelanjutan yang menjadi sarana bagi pengambilan keputusan pimpinan. Pada awalnya pengembangan sistem di BPKP didesain untuk memfasilitasi kebutuhan pimpinan BPKP dalam memantau kinerja unit kerja dan personil BPKP, kemudian diharapkan berkembang untuk menjadi perangkat (tools) bagi Presiden untuk memantau tingkat kemajuan kinerja kementerian, lembaga dan BUMN/BUMD secara real time yang diperkenalkan sebagai President Accountability System (PASs). 2.4 SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan. 38

TABEL 2.3 SASARAN STRATEGIS BPKP TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET 2010 2014 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik 3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara 4. Tercapainya efekfivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah 5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten 6. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusanyang andal bagi Presiden/ pemerintah Persentase IPP/IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP dari BPK RI Persentase instansi pemerintah dan BUMN/BUMD yang menerapkan good governance 65% 95% 50% 80% Indeks persepsi korupsi 2,8 5 Persentase K/L dan Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Persentase SDM pengawasan (APIP) yang profesional dan kompeten Tersedianya informasi yang komprehensif dalam mendukung pengambilan keputusan Presiden 20% 70% 55% 80% 4 sistem 4 sistem 39

BAB III : ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Arah kebijakan dan strategi disusun sebagai pendekatan dalam memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam lima tahun mendatang serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran nasional dan sasaran strategis BPKP. Penyusunan arah kebijakan dan strategi yang dijabarkan dalam program dan kegiatan BPKP mengacu kepada aturan perundangan yang mendasari tugas pokok dan fungsi BPKP, penugasan RPJMN 2010-2014 yang menjadi porsi BPKP, serta mempertimbangkan potensi sumber daya BPKP dalam melaksanakan program dan kegiatan tersebut. 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Salah satu agenda utama RPJM 2010-2014 di bidang hukum dan aparatur negara adalah peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam rangka tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum nasional melalui perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam RPJMN 2010-2014 dinyatakan bahwa salah satu prioritas bidang aparatur adalah penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam 7 fokus prioritas yaitu: (i) peningkatan efektifitas peraturan perundang-undangan, (ii) peningkatan kualitas pelayanan publik, (iii) peningkatan kapasitas dan akuntabilitas instansi pemerintah, (iv) peningkatan koordinasi pelaksanaan reformasi birokrasi instansi, (v) peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, (vi) peningkatan kinerja lembaga penegak hukum, dan (vii) peningkatan penghormatan terhadap HAM. Penugasan RPJMN 2010-2014 terhadap BPKP tercakup dalam fokus prioritas kelima yaitu peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang akan dilaksanakan dengan kegiatan prioritas pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Sebagai aparat pengawasan internal pemerintah, BPKP dituntut peran dan kiprahnya dalam rangka mengawal terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Dalam iklim demokrasi dan transparansi yang semakin berkembang, maka tuntutan masyarakat terhadap terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) akan semakin meningkat. Reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara yang sudah digulirkan sejak tahun 2003 40

dengan keluarnya paket undang-undang keuangan negara, dan berbagai pembenahan yang telah dilakukan ternyata belum memberikan hasil yang optimal. Sorotan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan pelayanan publik masih sering terdengar, termasuk masih tingginya kebocoran anggaran dan tingkat korupsi di Indonesia. Beberapa citra buruk kinerja instansi pemerintah lainnya juga masih melekat seperti tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. Kondisi tersebut menjadi catatan penting bagi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) untuk melakukan pengawasan yang lebih optimal sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pemerintah dalam bentuk penyelenggaraan pemerintahan bersih dan bebas KKN. Berbagai kelemahan yang terjadi tersebut antara lain disebabkan kelemahan dalam sistem pengendalian intern di lingkungan instansi pemerintah. Dalam manajemen pemerintahan modern, sistem pengendalian intern merupakan suatu hal yang mutlak harus dibangun dan dilaksanakan pada setiap unit organisasi pemerintahan dan pemerintah secara keseluruhan. Sistem pengendalian intern pemerintah yang baik akan memberikan jaminan terhadap kualitas dan kinerja pemerintahan, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat memenuhi prinsip-prinsip good governance. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dalam lima tahun ke depan BPKP mengambil peran penting dalam melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan SPIP ke seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai (reasonable assurance) bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam lima tahun mendatang diharapkan menghasilkan kemajuan yang signifikan melalui beberapa tahap kegiatan yaitu penyusunan pedoman, sosialisasi, pelaksanaan diklat, dan bimbingan teknis penyelenggaraan SPIP. Desain pembinaan tersebut telah dirumuskan oleh BPKP dalam suatu roadmap pembinaan penyelenggaraan SPIP. 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP Dalam rangka mendukung agenda pemerintah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, BPKP telah memperbarui visi dan misinya sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya. Visi dan misi BPKP diarahkan untuk meningkatkan kualitas 41

akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN, tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten, serta terselenggarakannya sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/ pemerintah yang efektif. Dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut, BPKP menyusun strategi yang menyeimbangkan pemenuhan kepentingan pihak luar dan pembenahan ke dalam. BPKP mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat yang berorientasi profit, BPKP memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebut, maka tujuan-tujuan utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan manfaat kepada auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan-tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam. Peta strategi tersebut merupakan penjabaran hal-hal yang sifatnya strategis dan menjadi roadmap bagi organisasi dalam mencapai visi, misi dan tujuannya. Empat perspektif yang digunakan meliputi: Manfaat bagi Stakeholder, Manfaat bagi Auditan/Pengguna Jasa, Proses Internal, dan Pertumbuhan dan Pembelajaran. Perspektif Manfaat bagi Stakeholder menjelaskan manfaat/nilai tambah yang dapat diberikan kepada stakeholder dari penugasan-penugasan yang dilakukan oleh BPKP. Perspektif Manfaat bagi Stakeholder dicapai melalui keberhasilan BPKP memenuhi ekspektasi auditan maupun pengguna jasa yang diwujudkan dengan efektivitas rekomendasi hasil kerja BPKP, kepuasan auditan/pengguna jasa, dan meningkatnya permintaan jasa. Rekomendasi hasil kerja BPKP yang ditindaklanjuti dan meningkatnya permintaan jasa mengindikasikan bahwa auditan maupun pengguna jasa puas dengan hasil kerja BPKP. Tindak lanjut rekomendasi hasil kerja BPKP mendorong tercapainya tujuan strategis dalam perspektif manfaat bagi stakeholder. Kinerja pada perspektif manfaat bagi stakeholders dan bagi auditan/pengguna jasa dapat tercapai jika didukung proses internal yang berkualitas, yang diindikasikan dengan tercapainya efektivitas penelitian dan pengembangan pengawasan, terlaksananya pemberian jasa yang appropriate, berkualitas, tepat waktu dengan biaya yang efisien, dan terwujudnya efektivitas komunikasi publik. Hasil penelitian dan pengembangan di bidang pengawasan menjadi masukan bagi 42

Rencana encana Strategis BPKP Tahun 2010-2014 peningkatan kualitas jasa. Disamping itu, komunikasi publik yang efektif merupakan faktor penting dalam memperkenalkan lebih luas kontribusi kontribu dan peran BPKP kepada auditan dan pengguna jasa. Gambar 3.1 Peta Strategi BPKP Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara Organization Capital Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten Human Capital Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/ pemerintah Information Capital Selanjutnya, seluruh hal tersebut di atas akan tercapai apabila BPKP berhasil mengelola pilar kinerja organisasi. Pilar kinerja ini terdapat dalam perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran yang terdiri dari tiga modal utama yaitu modal organisasi (organization rganization capital), modal sumber daya manusia (h human capital), dan modal sistem informasi dan prosedur (information ( capital). 43

Oleh karena itu, dalam konteks organization capital, arah BPKP adalah penataan organisasi yang tepat, peningkatan dan penyempurnaan proses bisnis, serta menciptakan iklim kerja yang kondusif. Penataan organisasi BPKP dilakukan sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis. Dalam rangka mempertajam peran BPKP mendatang sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 akan dilakukan restrukturisasi kelembagaan untuk memenuhi tuntutan perubahan lingkungan strategis. Dalam pengelolaan human capital, BPKP telah dan akan berupaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM dan mewujudkan komposisi kepegawaian yang baik melalui langkah-langkah sebagai berikut: Penerapan manajemen SDM berdasarkan praktek-praktek terbaik dalam rangka konsolidasi kompetensi kunci, kapabilitas konsepsional, mental dan praktikal SDM guna menunjang peningkatan profesionalisme dan mutu proses kerja intern, melalui pola rekrutmen yang jelas, pengembangan karier yang transparan, penetapan indikator kerja yang komprehensif, penerapan sistem penghargaan dan penghukuman yang adil dan proporsional, pendidikan profesional yang berkelanjutan, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai; Penataan PNS berdasarkan pada hasil evaluasi jabatan dan kesesuaian kompetensi yang dimiliki pejabat dengan kompetensi yang dipersyaratkan. Kekurangsesuaian kompetensi ditindaklanjuti dengan diklat pengembangan kompetensi sedangkan ketidaksesuaian kompetensi ditindaklanjuti dengan mutasi. Penataan (rightsizing) diimbangi dengan perbaikan sistem remunerasi; Penerapan sistem remunerasi yang adil, layak dan mendorong produktivitas dan motivasi kerja. Terkait dengan information capital, BPKP melakukan pengembangan sistem informasi dan prosedur kerja sebagai berikut: Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Hasil Pengawasan (SIM-HP) yang berlaku secara nasional, pengembangan sistem informasi pengawasan, penyusunan Sistem Pengelolaan Data Pegawai (SISPEDAP), dan Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP) untuk seluruh unit kerja. Elektronisasi Dokumen/kearsipan dituangkan dalam bentuk produk yang dinamakan Document Management System (DMS). Secara umum dapat diikhtisarkan bahwa keberhasilan BPKP dalam menata organisasi secara tepat, mengelola SDM, menyediakan sistem informasi yang memadai akan mendorong terwujudnya proses internal pemberian jasa yang memenuhi ekspektasi auditan maupun pengguna jasa. Selanjutnya, keberhasilan 44

dalam memenuhi ekspektasi auditan maupun pengguna jasa akan mendorong terwujudnya manfaat bagi stakeholder dan memperbesar serta memperluas peran BPKP sebagai auditor Presiden yang proaktif. Dengan menggunakan keempat perspektif tersebut, BPKP menetapkan arah kebijakan dan strategi tahun 2010-2014. Arah kebijakan dan strategi tersebut ditetapkan untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi BPKP dalam lima tahun mendatang. 3.3 PROGRAM DAN KEGIATAN Selain pembinaan penyelenggaraan SPIP yang merupakan salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur, BPKP melaksanakan program dan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Program dan kegiatan dalam lima tahun mendatang didasarkan pada mandat yang diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, dan peraturan perundangan lain seperti Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Program dan kegiatan yang dilakukan BPKP menggambarkan domain BPKP dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara yang meliputi 4 C yaitu Capacity Building (expertise), Current Issues, Clearing House, dan Check and Balance. Capacity Building (Expertise) BPKP berisi para pakar khususnya di bidang auditing, akuntansi, dan akuntabilitas sehingga BPKP menjadi rujukan bagi instansi pemerintah jika menghadapi permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara. Terkait dengan hal tersebut, BPKP berperan mendukung manajemen pemerintahan yang profesional mencakup pelaksanaan pengawasan intern, pembinaan dalam rangka penguatan sistem pengendalian intern, dan peningkatan kapasitas SDM. Secara tegas PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 59 ayat (1) huruf e memberikan mandat pada BPKP untuk melakukan peningkatan kompetensi auditor APIP. Berdasarkan mandat tersebut, BPKP dapat melakukan sosialisasi, bimbingan teknis, reviu, evaluasi, atau jenis jasa lainnya yang dibutuhkan instansi pemerintah. Termasuk dalam domain ini adalah pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola pemerintahan, misalnya pengembangan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah dan Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems). 45

Current Issues Dalam rangka mengawal pelaksanaan program-program strategis nasional yang bersifat makro dan lintas kementerian, BPKP harus mampu menangkap dan menganalisis issue-issue yang terkini tentang pelaksanaan program-program tersebut dalam rangka memberikan masukan kepada Presiden. Prioritas penanganan adalah issue penting yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, dan memiliki dampak serta resiko tinggi jika tidak segera ditangani. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa kajian issue-issue strategis, analisis kebijakan, dan evaluasi program. Clearing House Untuk mengatasi kegamangan/keraguan para penyelengara negara, pejabat/petugas di kementerian/lembaga dalam melaksanakan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), BPKP siap memberikan justifikasi secara akuntabel agar kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif. Melalui clearing house, BPKP dengan didukung oleh Kejaksaan RI dan Kepolisian Negara RI akan memperjelas suatu permasalahan apakah masalah atau kasus masih merupakan ranah administrasi atau sudah berindikasi tindak pidana korupsi. Hal ini untuk mendukung penyelenggaraan birokrasi pemerintah yang tertib, ekonomis, efisien, efektif, dan penegakan hukum yang berkeadilan. Check and Balance Kuatnya posisi eksternal auditor dibandingkan internal auditor pemerintah saat ini menciptakan suatu kondisi manajemen pemerintahan yang kurang kondusif. Oleh karena itu, Presiden membutuhkan sistem pengawasan internal yang kuat dan terkoordinasi dengan baik dalam rangka menciptakan check and balance. Untuk meningkatkan efektivitas sistem pengendalian, pengawasan internal terhadap akuntabilitas keuangan negara yang kuat akan memberikan early warning dan feed back yang benar kepada manajemen Pemerintahan, sehingga semua potensi penyimpangan dapat dideteksi, dicegah, dan diperbaiki, serta pada akhirnya diperoleh pencapaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Penyusunan program dan kegiatan pada Renstra BPKP 2010-2014 mengacu pada kebijakan restrukturisasi program dan kegiatan yang diterapkan dalam penyusunan RPJMN tahun 2010-2014. Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu/lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang 46

dikoordinasikan oleh K/L. Terdapat dua jenis program, yaitu program teknis dan program generik. Program teknis merupakan program-program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal), sedangkan program generik merupakan program-program yang digunakan oleh beberapa organisasi eselon I A yang bersifat pelayanan internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan (pelayanan internal). Berdasarkan restrukturisasi program, untuk setiap LPND menggunakan satu program teknis yang spesifik untuk LPND tersebut dan satu atau beberapa program generik. Penambahan program teknis dimungkinkan apabila program tersebut menjadi prioritas nasional. Dengan mempertimbangkan restrukturisasi program yang dirancang oleh Bappenas, Renstra BPKP 2010-2014 berisi 3 program sebagai berikut: PROGRAM TEKNIS Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) PROGRAM GENERIK 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP Dari ketiga program tersebut selanjutnya disusun kegiatan-kegiatan. Kegiatan merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat eselon 2 yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Satu unit organisasi setingkat eselon 2 yang bersifat memberikan pelayanan eksternal menggunakan 1 kegiatan teknis. Sedangkan kegiatan generik dilaksanakan oleh unit organisasi setingkat eselon II yang bersifat memberikan pelayanan internal. 47

Kegiatan-kegiatan Teknis BPKP yang merupakan pelaksanaan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri atas: No. URAIAN OUTCOME KEGIATAN TEKNIS 1. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Kementerian/ Lembaga Bidang Perekonomian Pengendalian/ Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP K/L Bidang Fiskal dan Investasi Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP K/L Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP K/L Bidang Industri dan Distribusi Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan bantuan luar negeri 2. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Kementerian/ Lembaga Bidang Polsoskam 3. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Instansi Pemerintah Daerah 4. Meningkatnya kualitas pengawasan intern Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan 48

No. URAIAN OUTCOME KEGIATAN TEKNIS akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPI pada badan usaha milik negara/pemerintah daerah 5. Meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi 6. **) Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan jasa lainnya serta Kementerian Negara BUMN Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi pada Kementerian/Lembaga Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan Investigasi pada BUMN/D Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP *) *) Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh Perwakilan BPKP **) Kegiatan Perwakilan BPKP mendukung outcome bidang Perekonomian, Polsoskam, Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Akuntan Negara dan Investigasi. Kegiatan-kegiatan teknis tersebut dalam praktiknya akan dilaksanakan melalui sub kegiatan sebagai berikut: SUB KEGIATAN TEKNIS Pengawasan atas kegiatan lintas sektoral Pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara Pengawasan atas penugasan Presiden Pengawasan atas permintaan stakeholders Reviu LKPP Pengawasan penerimaan negara Pengawasan PHLN Assesment, Evaluasi GCG, KPI, MR Pengawasan investigatif Bimtek, pengembangan sistem pelaporan keuangan Penyusunan pedoman SPIP Sosialisasi SPIP Diklat SPIP Bimbingan Teknis SPIP 49

Sedangkan kegiatan-kegiatan generik adalah sebagai berikut: KEGIATAN GENERIK 1. Kegiatan yang berada pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP a. Penyusunan dan evaluasi rencana b. Pengelolaan kepegawaian dan organisasi c. Pengelolaan anggaran dan sistem akuntansi pemerintah d. Pembinaan hukum dan pengelolaan kehumasan e. Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan serta pembayaran gaji/tunjangan f. Pengawasan internal (inspektorat) BPKP g. Pendidikan dan pelatihan pengawasan h. Penelitian dan pengembangan pengawasan i. Penyelenggaraan sistem dukungan pengambilan keputusan Pemerintah/Presiden dan internal BPKP j. Pembinaan JFA dan tata kelola APIP k. Fasilitasi dukungan manajemen Perwakilan BPKP 2. Kegiatan yang berada pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP Pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana-bpkp Pusat Pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana-perwakilan BPKP 3.4 INDIKATOR KINERJA Setiap program dan kegiatan dalam Renstra kemudian dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Hanya dengan indikator kinerja yang memenuhi kelima karakteristik kualitatif inilah keberhasilan pencapaian program dan kegiatan nantinya dapat dilakukan. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Penetapan indikator program dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan program dan kegiatan-kegiatan yang mendukung program tersebut. Indikator kinerja utama BPKP merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama BPKP dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP. Indikatorindikator kinerja utama BPKP adalah sebagai berikut: 50

TABEL 3.2 INDIKATOR KINERJA UTAMA BPKP NO TUJUAN INDIKATOR OUTCOME TARGET 2010 2014 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara 2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik 3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders Persentase hasil pengawasan BUN yang dijadikan bahan pengambilan keputusan Menkeu Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden Persentase IPP/IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 42,50% 86,25% 37,50% 86,25% 68% 68% 65% 95% Tingkat opini BPK terhadap LKPP 60% 80% Persentase peningkatan penerimaan negara dari hasil pengawasan Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders 60% 87,5% 66.66% 93.33% Persentase jumlah laporan audit atas proyek PHLN yang opini auditnya WTP 80% 82% Jumlah IPD yang melaksanakan pelayanan 50 IPD 300 IPD sesuai Standar Pelayanan Minimal/Pelayanan Prima BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI 35% 75% mendapat skor baik BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal 30% 70% predikat baik BUMD yang laporan keuangannya memperoleh 40% 60% opini minimal WDP BUMN yang kinerja PSO nya baik 0% 80% Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan nilai yang diaudit Pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/ mengoreksi kebijakan Persentase terselesaikannya Kasus HKP, klaim dan ekskalasi 5 % 9% 70% 80% 10 instansi 10 instansi 14 instansi 5 instansi 80% 84% 51

NO TUJUAN INDIKATOR OUTCOME 4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan SPIP 5. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/ pemerintah 6. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum Hasil LHAI yang ditindaklanjuti oleh instansi berwenang Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti Persentase K/L dan Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 Terimplementasinya sistem informasi untuk mendukung pengambilan keputusan internal (manajemen BPKP) Terimplementasinya Sistem Kendali Akuntabilitas Presiden (PASs) TARGET 2010 2014 85% 85% 20% 50% 80% 90% 10% 10% 20% 70% 46% 70% 80% 100% Persentase jumlah pegawai BPKP yang 70% 90% kompeten dan profesional di setiap bidang kompetensi yang dibutuhkan Rasio SDM terdiklat sesuai kompetensi terhadap 82% 90% total jumlah yang dibutuhkan Tingkat penerapan Jabatan Fungsional Auditor 60% 80% Penetapan indikator-indikator kegiatan utama tersebut menjadi dasar bagi penetapan dan indikator-indikator kegiatan-kegiatan penunjang. Logika pengembangan indikator-indikator penunjang ini diletakkan pada suatu peta strategi yang menggambarkan kaitan sebab-akibat yang menyeimbangkan pengembangan aspek manajemen internal seperti kapasitas kelembagaan dan proses internal dengan aspek pemasaran yang akan meningkatkan penerimaan (akseptasi) pihak eksternal atas peran dan fungsi BPKP. Seluruh indikator kinerja kegiatan-kegiatan penunjang ini diletakkan pada perspektif pendekatan terhadap pelanggan (pemasaran), peningkatan kualitas proses internal dan peningkatan kapasitas kelembagaan. Perimbangan ini digambarkan dalam Peta Strategi. Pada dasarnya, seluruh kaitan sebab-akibat antar indikator kinerja ini sama dengan hubungan sebab akibat yang sudah diasumsikan terjadi pada tujuan dan program sebagaimana digambarkan pada bagian terdahulu. Jadi, seluruh indikator kinerja 52

kegiatan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan dianggap faktor yang berperan dalam mencapai kinerja pada tiga perspektif di atasnya. Indikator kegiatan pada perspektif peningkatan proses internal pun diasumsikan akan menyumbang bagi pencapaian hasil kegiatan-kegiatan pada dua perspektif di atasnya. Peta strategi dan indikator kinerja kunci tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh satuan kerja dalam mengembangkan berbagai kegiatan yang dianggap perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan keunikan permasalahan di masing-masing tempat. Jadi, otonomi dan desentralisasi pelaksanaan strategi tetap dimungkinkan tanpa harus mengorbankan koherensi antara kegiatan-kegiatan yang dipandang mewakili kepentingan BPKP secara menyeluruh dengan kegiatan-kegiatan yang mewakili kepentingan masing-masing satuan kerja. 3.5 PENANGGUNG JAWAB PROGRAM Keberhasilan penerapan Rencana Strategis tergantung pada kemampuan mengelola data kinerja. Kemampuan ini pada gilirannya akan sangat dipengaruhi oleh kejelasan penanggung jawab pencapaian kinerja masing-masing program. Oleh karena itu, setelah program-program utama dan pendukung diidentifikasi, Rencana Strategis ini pun menetapkan lebih lanjut penanggung jawab masing-masing Program. Dengan demikian, aliran logika program dalam empat perspektif berimbang dapat dikaitkan dengan setiap penanggung jawab masing-masing. Penanggung jawab masing-masing program adalah sebagai berikut: TABEL 3.3 PENANGGUNG JAWAB PROGRAM No Nama Program Penanggungjawab 1. Pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP 2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya-bpkp 3. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara-bpkp D I, D II, D IV, D V, D VI Sekretariat Utama Sekretariat Utama 53

BAB IV : PENUTUP Dalam penyusunan RPJMN 2010-2014 telah dilakukan restrukturisasi program dan kegiatan untuk menjamin koherensi dan sinkronisasi program-program Kementrian/Lembaga. Restrukturisasi program dan kegiatan tersebut selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2010-2014. Rencana Strategis BPKP Tahun 2010-2014 ini sudah diselaraskan dengan restrukturisasi program dan kegiatan serta mengacu kepada Pedoman Penyusunan Renstra-KL Tahun 2010-2014 seperti diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Nomor 5 Tahun 2009 yang diterbitkan tanggal 11 Agustus 2009. Renstra ini merupakan komitmen bersama seluruh jajaran BPKP yang wajib ditegakkan dan dilaksanakan agar dapat tercapai visi, misi, dan tujuan BPKP. Tujuan tersebut tidak semata untuk kepentingan BPKP sendiri, namun untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu kepentingan pemerintah/presiden dalam melaksanakan pembangunan nasional. Namun demikian, renstra ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rumusanrumusan yang lebih operasional, yang kemudian dijabarkan dalam langkah nyata berupa kegiatan-kegiatan pengawasan BPKP, baik yang bersifat preemtif, preventif maupun represif. Akhirnya, menjadi tugas dan kewajiban seluruh jajaran BPKP, para pejabat dan pegawai BPKP, untuk bersama-sama melangkah dalam tindakan yang harmonis untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis ini. Pencapaian kinerja memang bukan hal yang mudah, untuk itu diperlukan tekad, ikhtiar dan perjuangan terus menerus untuk menunjukkan bahwa BPKP memang mampu memenuhi harapan stakeholders. 54

Lampiran 1/1-11 TARGET PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2010-2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS 2010 2014 1 2 3 4 5 6 Outcome: Meningkatnya Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan % 70 90 kualitas penyelenggaraan keputusan oleh stakeholders pengawasan intern Persentase hasil pengawasan kebendaharaan umum negara yang dijadikan bahan % 50 90 pengambilan keputusan oleh Menteri Keuangan akuntabilitas keuangan Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 60 60 negara dan pembinaan Persentase Kementerian/Lembaga yang laporan keuangannya memperoleh opini % 60 95 penyelenggaraan SPIP pada minimal WDP Kementerian/ Lembaga Tingkat opini BPK terhadap LKPP % 60 80 Bidang Perekonomian Program: Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Outcome: Meningkatnya K/L & Pemda yang Menyelenggarakan SPIP sesuai Ketentuan yang Berlaku Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi Persentase peningkatan penerimaan negara dari hasil pengawasan % 70 85 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan % 50 90 pengambilan keputusan oleh stakeholders Persentase jumlah laporan audit atas proyek PHLN yang opini auditnya WTP % 80 82 Persentase KL & Pemda yang telah menyelenggarakan SPIP sesuai PP 60/2008 % 20 70 Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Perekonomian Lap 2 3 Laporan hasil pengawasan BUN Bidang Perekonomian Lap 3 4 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Perekonomian Lap 3 4 Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Perekonomian Lap 2 4 Laporan hasil reviu LKPP Lap 1 1 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara Bidang Perekonomian Lap 185 250 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Perekonomian Lap 3 4 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Perekonomian Lap 2 2 Jumlah Keputusan Kepala BPKP tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Kep 26 5 Jumlah peserta diklat SPIP orang 1.650 990 Jumlah K/l dan Pemda yang mendapatkan sosialisasi SPIP K/l, Pemda 575 115 Jumlah K/L dan Pemda yang mendapatkan konsultasi dan bimbingan teknis K/l, Pemda 116 141

Lampiran 1/2-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi 2010 2014 Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Perekonomian Lap 4 12 Laporan hasil pengawasan BUN Bidang Perekonomian Lap 2 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Perekonomian Lap 4 6 Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Perekonomian Lap 2 4 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Perekonomian Lap 4 12 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Perekonomian Lap 2 4 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Perekonomian Lap 7 7 Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Perekonomian Lap 7 7 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Perekonomian Lap 3 3 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Perekonomian Lap 7 7 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam Direktorat Pengawasan Industri dan Distribusi Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan bantuan luar negeri Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Laporan hasil pengawasan atas Proyek PHLN Lap 85 85 Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Perekonomian Lap 2 2 Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Perekonomian Lap 2 2 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara Bidang Perekonomian Lap 2 2 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Perekonomian Lap 6 6 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Perekonomian Lap 3 3 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Lainnya

Lampiran 1/3-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Program: Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Outcome:Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Output :Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010 2014 Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan % 50 90 keputusan oleh stakeholders Persentase hasil pengawasan kebendaharaan umum negara yang dijadikan bahan % 50 90 pengambilan keputusan oleh Menteri Keuangan Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 60 60 Persentase Kementerian/Lembaga yang laporan keuangannya memperoleh opini % 60 95 minimal WDP Persentase peningkatan penerimaan negara dari hasil pengawasan % 50 90 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan % 50 90 pengambilan keputusan oleh stakeholders Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Polsoskam Lap 26 39 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Polsoskam Lap 1 1 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam Lap 2 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKKL bidang Polsoskam Lap 17 14 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara bidang Polsoskam Lap 3 3 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Polsoskam Lap 17 27 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Polsoskam Lap 27 27 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Polsoskam Lap 13 4 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKKL bidang Polsoskam Lap 31 41 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara bidang Polsoskam Lap 3 1 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Polsoskam Lap 26 11 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Polsoskam Lap 50 54 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Polsoskam Lap 38 29 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Polsoskam Lap 14 52 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam Lap 4 2 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKKL bidang Polsoskam Lap 18 16 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara bidang Polsoskam Lap 10 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Polsoskam Lap 20 16 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Polsoskam Lap 8 8 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polsoskam Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Pertahanan dan Keamanan Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Kesejahteraan Rakyat

Lampiran 1/4-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya Program : Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya Outcome: Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada Instansi Pemerintah Daerah Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali 2010 2014 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Polsoskam Lap 24 15 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Polsoskam Lap 2 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam Lap 13 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKKL bidang Polsoskam Lap 19 10 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara bidang Polsoskam Lap 2 13 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Polsoskam Lap 21 8 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Polsoskam Lap 23 28 Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan % 50 90 keputusan oleh stakeholders Persentase hasil pengawasan kebendaharaan umum negara yang dijadikan bahan % 50 90 pengambilan keputusan oleh Menteri Keuangan Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 75 75 Persentase Pemda yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP % 75 95 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan % 100 100 pengambilan keputusan oleh stakeholders Jumlah IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan IPD 50 300 Minimal/Pelayanan Prima Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Keuangan Daerah Lap 14 18 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Keuangan Daerah Lap 10 10 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Keuangan Daerah Lap 3 3 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKPD Lap 10 10 Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik bidang Keuangan Daerah Lap 45 45 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Keuangan Daerah Lap 33 33 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Keuangan Daerah Lap 5 9 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Keuangan Daerah Lap 27 27 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Keuangan Daerah Lap 2 2 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKPD Lap 8 8 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Keuangan Daerah Lap 1 1 Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik bidang Keuangan Daerah Lap 22 22 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Keuangan Daerah Lap 32 32 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polsoskam Lainnya Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II

Lampiran 1/5-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Program: Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan jasa lainnya serta Kementerian Negara BUMN SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Outcome: Meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPI pada badan usaha milik negara/pemerintah daerah Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, dan Kawasan Industri dan jasa lainnya serta Kementerian Negara BUMN 2010 2014 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Keuangan Daerah Lap 1 5 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Keuangan Daerah Lap 8 8 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Keuangan Daerah Lap 5 5 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKPD Lap 13 13 Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik bidang Keuangan Daerah Lap 28 28 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Keuangan Daerah Lap 27 27 BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI mendapat skor baik % 35 75 BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat baik % 30 70 Persentase hasil pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan % 75 keputusan oleh stakeholders Persentase hasil pengawasan kebendaharaan umum negara yang dijadikan bahan % 75 pengambilan keputusan oleh Menteri Keuangan BUMN yang kinerja PSO-nya baik % 80 BUMD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP % 40 60 Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan nilai yang % 5 9 diaudit Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 75 75 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Akuntan Negara Lap 1 Laporan hasil pengawasan atas kinerja PSO BUMN Lap 1 1 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Akuntan Negara Lap 2 2 Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat Lap 7 7 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Akuntan Negara Lap 1 Laporan hasil pengawasan atas kinerja PSO BUMN Lap 1 1 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Akuntan Negara Lap 1 1 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III Deputi Bidang Akuntan Negara Direktorat Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, dan Kawasan Industri

Lampiran 1/6-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi 2010 2014 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Akuntan Negara Lap 2 2 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat Lap 6 6 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah Output : Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat Lap 5 5 Laporan hasil pengawasan atas kinerja BUMD Lap 5 5 Laporan hasil pengawasan lintas sektoral bidang Akuntan Negara Lap 1 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Akuntan Negara Lap 1 1 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah Program: Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Outcome: Meningkatnya Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi % 70 80 kualitas pengawasan intern IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP Instansi 10 14 akuntabilitas keuangan IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan Instansi 10 5 negara dan pembinaan Persentase terselesaikannya Kasus HKP, klaim dan ekskalasi % 80 84 penyelenggaraan SPIP terkait persentase Penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum % 85 85 kegiatan Investigasi Hasil Audit Investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang % 20 50 Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi % 80 90 standar Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti % 10 10 Persentase masukan yang dimanfaatkan Presiden % 70 70 Deputi Bidang Investigasi

Lampiran 1/7-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi pada Kementerian/Lembaga Kegiatan: Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan Investigasi pada BUMN/D Kegiatan: Output: Hasil Pengawasan Pengendalian/Pelaksanaan Intern Akuntabilitas Keuangan Pengawasan Intern Negara dan pembinaan Akuntabilitas Keuangan Negara Penyelenggaraan SPIP terkait dan pembinaan Hambatan Kelancaran Penyelenggaraan SPIP terkait Pembangunan Hambatan Kelancaran Pembangunan Kegiatan: Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output: Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi pada Kementerian/Lembaga Output: Hasil Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan Investigasi pada BUMN/BUMD Output: Hasil pelaksanaan pengawasan intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP 2010 2014 Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi Lap 100 93 Laporan hasil bimtek/asistensi implementasi FCP Lap 9 11 Laporan hasil kajian pengawasan Lap 3 Laporan hasil audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian Lap 55 65 keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik Laporan hasil peer review atas laporan penugasan investigasi Lap 7 7 Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi Lap 35 35 Laporan hasil kajian pengawasan Lap 2 Laporan hasil audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik Laporan hasil audit investigasi atas permintaan Instansi lainnya Lap 2 5 Laporan hasil peer review atas laporan penugasan investigasi Lap 6 6 Lap 38 48 Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi Lap 6 15 Laporan hasil kajian pengawasan Lap 1 1 Laporan hasil audit investigasi atas HKP, Eskalasi dan Klaim Lap 13 12 Laporan hasil peer review atas laporan penugasan investigasi Lap 6 6 Laporan hasil pengawasan lintas sektor Bidang Perekonomian Lap 215 300 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Perekonomian Lap 171 171 Laporan hasil pengawasan atas Proyek PHLN Lap 1351 1225 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Polsoskam Lap 602 1064 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Polsoskam Lap 25 225 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam Lap 25 75 Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL bidang Polsoskam Lap 139 100 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah Direktorat Investigasi BUMN/BUMD Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Seluruh Perwakilan BPKP Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara bidang Polsoskam Lap 25 175 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Polsoskam Lap 25 33 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Polsoskam Lap 59 46 Laporan hasil pengawasan lintas sektor bidang Keuangan Daerah Lap 50 174 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Keuangan Daerah Lap 773 1.843 Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden Bidang Keuangan Daerah Lap 25 223 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LKPD Lap 450 658 Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder bidang Keuangan Daerah Lap 100 Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik bidang Keuangan Daerah Lap 200 900

Lampiran 1/8-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET 2010 2014 Laporan dukungan pembinaan penyelenggaraan SPIP bidang Keuangan Daerah Lap 528 498 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Program: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP Outcome: Meningkatnya kualitas dukungan manajemen dan kapasitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat Lap 304 313 Laporan hasil pengawasan atas kinerja BUMD Lap 435 468 Laporan hasil pengawasan BUN bidang Akuntan Negara Lap 1 Laporan hasil bimtek/ asistensi penyusunan LK BUMD Lap 125 150 Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara sektor korporat Lap 25 65 Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi Lap 155 200 Laporan hasil bimtek/asistensi implementasi FCP Lap 50 138 Laporan hasil kajian pengawasan Lap 25 25 Laporan hasil audit investigasi atas HKP, Eskalasi dan Klaim Lap 50 143 Laporan hasil audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian Lap 864 1.603 keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik Laporan hasil audit investigasi atas permintaan Instansi lainnya Lap 50 135 Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan JFA APIP Daerah Kegiatan 100 100 Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan tatakelola APIP Daerah Kegiatan 300 Laporan evaluasi penerapan tatakelola APIP Daerah Laporan 240 Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan yang terealisasi % 70 90 Persentase jumlah pegawai BPKP yang kompeten dan profesional di setiap bidang % 70 90 kompetensi yang dibutuhkan Persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelola kepegawaian dan organisasi skala likert 1-10 7,2 8 Persentase Pagu Dana yang tidak Diblokir dalam DIPA % 85 100 Persepsi Kepuasan Pengguna atas Pencairan Anggaran yang Diajukan sesuai skala likert 7,5 8,50 Prosedur 1-10 Tingkat Opini BPK terhadap Laporan Keuangan BPKP % 100 100 Persepsi kepuasan pegawai/satuan kerja atas pembinaan dan bantuan hukum skala likert 7,5 8,5 1-10 Persepsi publik yang positif terhadap BPKP % 75 83 Indeks Efektivitas Pengelolaan aset % 100 100 Persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelola Sarpras skala likert 1-10 7,5 8,3 Persentase tindak lanjut hasil pengawasan Inspektorat BPKP % 70 80 Rasio SDM terdiklat sesuai kompetensi terhadap total jumlah yang dibutuhkan % 82 90 Persentase Pemanfaatan hasil Litbang % 70 80 Tingkat penerapan Jabatan Fungsional Auditor % 60 80 Pencapaian tatakelola APIP yang baik % 20 60 Tingkat persepsi kepuasan Instansi Pemerintah atas auditor bersertifikat skala likert 1-10 7 8 Terimplementasinya sistem informasi untuk medukung pengambilan keputusan % 46 70 internal (manajemen BPKP) Terimplementasinya Sistem Kendali Akuntabilitas Presiden (PASS) % 49 100 Sekretariat Utama, Inspektorat, Pusdiklat, Puslitbang, Pusinfo, dan Pusbin JFA

Lampiran 1/9-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Penyusunan dan Evaluasi Rencana SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Hasil penyusunan rencana dan evaluasi 2010 2014 Jumlah Kegiatan Koordinasi Kegiatan 7 7 Jumlah Dokumen Rencana Pengawasan Dokumen 7 5 Jumlah Laporan Evaluasi Dokumen 61 61 Jumlah Laporan Kinerja yang tepat waktu Lap 44 44 Tersedia dan terlaksananya sistem pengendalian internal yang efektif % 20 100 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Biro Perencanaan Pengawasan Kegiatan: Pengelolaan kepegawaian dan organisasi Output: Hasil pengelolaan kepegawaian dan organisasi % penerapan SAKIP (renstra,penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan % 60 100 lainlain) Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi yang ditentukan Orang 4.200 6.100 Jumlah Laporan Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian Laporan 4 4 Jumlah SK Pengangkatan Pegawai, Kenaikan Pangkat dan Jabatan yang Selesai Tepat SK 2.800 2.600 Waktu Jumlah Kegiatan Promosi dan Mutasi pada Jabatan dan Unit Kerja Kegiatan 2 2 Jumlah Pegawai yang mendapatkan Penghargaan dan Prestasi Kerja Orang 300 300 Jumlah Dokumen Kelembagaan dan Pembakuan Prestasi Kerja Dokumen 4 4 Jumlah Laporan Analisis Persepsi Kepemimpinan (leadership) Laporan 1 1 Jumlah Pedoman Ketatalaksanaan dan Sisdur pedoman 3 3 Jumlah Laporan Pengembangan Budaya Kerja Laporan 3 3 Tersedianya sistem penegakan disiplin yang efektif % 90 100 % Pelanggaran disiplin mendapatkan sanksi % 100 100 % pejabat telah menandatangani dan melaksanakan pakta integritas % 80 100 % pejabat yang telah melaporkan LHKPN % 100 100 % Tersusunnya struktur kelembagaan (organisasi dan tata kerja) yang proporsional, % 70 100 efektif, efisien % SOP utama telah tersusun sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana % 100 100 Biro Kepegawaian dan Organisasi Kegiatan: Pengelolaan Anggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah Kegiatan: Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Kehumasan Output: Hasil pengelolaan anggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah Output: Hasil pembinaan hukum dan pengelolaan kehumasan Tersedianya sistem rekrutmen yang transparan % 100 100 Tersedianya sistem penilaian kinerja yang terukur % 70 100 Tersedianya sistem promosi dan mutasi yang terbuka dan transparan % 70 100 Tersedianya sistem penegakan kode etik yang efektif, disertai penerapan reward and % 80 100 punishment Jumlah Dokumen Anggaran Dokumen 31 31 Terselenggaranya Pengelolaan Keuangan dan Perbendaharaan Kegiatan 12 12 Jumlah Laporan Keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Laporan 62 62 Jumlah kegiatan analisis peraturan perundang-undangan/perjanjian/ Memorandum of understanding yang dilaksanakan Kegiatan 15 15 Jumlah Kajian Hukum/ Laporan Kajian 9 17 Hukum/Lap oran Jumlah Laporan Pembinaan dan Konsultasi Hukum Laporan 13 13 Jumlah kegiatan promosi Kegiatan 24 24 Jumlah Kegiatan Pengembangan Kerja Sama Kehumasan Kegiatan 3 3 Laporan Evaluasi Opini Publik Lap 4 4 Biro Keuangan Biro Hukum dan Kehumasan

Lampiran 1/10-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan serta Pembayaran Gaji/Tunjangan - BPKP SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET Output: Hasil pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan serta Pembayaran Gaji/Tunjangan - BPKP 2010 2014 Jumlah Laporan Pengguna Barang yang terbit tepat waktu Lap 72 72 Terpenuhinya keperluan sehari-hari Perkantoran % 100 100 Terbayarnya hak-hak pegawai memenuhi tepat waktu, tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat pertanggung jawaban Kejadian 15.312 15.312 % pengadaan menggunakan eprocurement % 40 75 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Biro Umum Kegiatan: Pengawasan Intern BPKP Kegiatan: Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Kegiatan: Penelitian dan Pengembangan Pengawasan Kegiatan: Penyelenggaraan sistem dukungan pengambilan keputusan Pemerintah/Presiden dan internal BPKP Output: Hasil pengawasan internal BPKP Output: Hasil pendidikan dan pelatihan pengawasan bagi internal BPKP dan APIP Output: Hasil penelitian dan pengembangan pengawasan Output: Hasil penyelenggaraan sistem dukungan pengambilan keputusan presiden/pemerintah % Manajemen kearsipan dan dokumentasi berbasis TIK % 60 100 Laporan Hasil Evaluasi Lap 35 10 Laporan Hasil Reviu Lap 2 2 Laporan Hasil Audit Operasional Lap 29 44 Laporan Hasil Audit Khusus Lap 12 12 Laporan Hasil Pemantauan / Evaluasi kinerja / kegiatan Lap 29 39 % temuan Hasil Audit BPK yang ditindaklanjuti % 100 100 Tersedianya sistem pelaporan gratifikasi % 100 100 Tersedianya sistem pengaduan masyarakat yang efektif % 100 100 % Penyelesaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan masyarakat % 50 100 Tingkat kelulusan Peserta Diklat Pimpinan/Kedinasan % 100 100 Jumlah Peserta Diklat Teknis Substansi orang 5.860 2.770 Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor orang 1.740 2.100 Tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi % 75 100 Laporan Penelitian dan Pengembangan Pengawasan Lap 12 12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan Jumlah rancangan (Framework) yang disempurnakan-internal dokumen Jumlah Pedoman yang dihasilkan pedoman 2 2 Jumlah Sistem yang Dibangun sistem 2 3 Jumlah Sistem yang mendukung (Penyusunan Laporan) laporan 284 270 Jumlah Sistem yang Dipelihara Laporan 4 4 Jumlah rancangan (Framework) yang disempurnakan-eksternal Dokumen 1 1 Jumlah Regulasi operasionalisasi PASs yang dihasilkan regulasi Jumlah Sistem yang Dibangun sistem 1 1 Jumlah Sistem yang Diimplementasikan Laporan 2 2 Tersusunnya rencana penerapan e-government yang konkrit dan terukur % 10 100 Inspektorat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Pusat Informasi Pengawasan

Lampiran 1/11-11 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan: Pembinaan Jabatan Output: Hasil pembinaan jabatan Fungsional Auditor dan Tata Kelola fungsional auditor dan Tata Kelola APIP APIP SASARAN INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT SATUAN TARGET 2010 2014 Jumlah K/L dan Pemda yang mengimplementasikan Jabatan Fungsional Auditor K/L/Pemda 300 400 Jumlah internal auditor yang tersertifikasi dan menjadi pejabat fungsional auditor Orang 4.000 8.500 UNIT ORGANISASI PELAKSANA Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor Kegiatan: Fasilitasi Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Output: Hasil Penyelenggaraan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Jumlah Auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi Orang 3.000 8.000 Jumlah peraturan/pedoman tata kelola, pedoman quality assurance, pedoman Dokumen 3 11 konsultasi pada APIP Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan pedoman tatakelola, pedoman quality Kegiatan 57 550 assurance, pedoman konsultasi dan APIP Jumlah orang yang ikut pelatihan penerapan pedoman tatakelola, pedoman quality Orang 700 2.750 assurance, pedoman konsultasi dan APIP Jumlah unit internal auditor yang telah melakukan transparansi laporan hasil audit Unit 100 780 dan telah melakukan peer review Laporan evaluasi penerapan tatakelola, quality assurance, konsultasi pada APIP Laporan 0 240 Jumlah sertifikasi yang terbit Sertifikat 1.740 2.100 Jumlah penilaian angka kredit terpusat JFA APIP yang terbit PAK 2.400 2.400 Laporan evaluasi penerapan JFA Laporan 4 4 Penyediaan layanan informasi JFA Kegiatan 5 6 Laporan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Laporan 25 25 Seluruh Perwakilan BPKP Program: Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara BPKP Kegiatan: Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP Pusat Kegiatan: Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP Outcome: Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana aparatur BPKP Output: Hasil Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP Pusat Tingkat Kepuasan Penerima Layanan Skala Likert 1-10 7,5 8,3 Sekretariat Utama Jumlah Sarana Prasarana Unit 1.119 1.119 Biro Umum, Pusat- Pusat & Inspektorat Output: Hasil Pengadaan dan Jumlah Sarana Prasarana Unit 3.091 3.089 Seluruh Perwakilan BPKP Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP

Lampiran 2/1-4 ALOKASI PENDANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BPKP TAHUN 2010-2014 No. PROGRAM / KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 UNIT PENANGGUNG JAWAB A. PENGAWASAN INTERN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA DAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH 1 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi 2 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam 3 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi 4 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan bantuan luar negeri 5 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya 201.505.730.000 270.845.496.000 313.464.821.000 377.344.440.000 410.518.647.000 1. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian 2. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial dan Keamanan 3. Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah 4. Deputi Bidang Akuntan Negara 5. Deputi Bidang Investigasi 11.090.066.000 11.989.192.000 14.468.529.000 16.632.869.000 18.722.227.000 Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi 963.436.000 1.326.656.000 1.646.338.000 1.755.940.000 1.815.535.000 Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam 963.436.000 1.326.656.000 1.646.338.000 1.755.940.000 1.815.535.000 Direktorat Pengawasan Industri dan Distribusi 1.037.024.000 1.427.987.000 1.772.087.000 1.890.061.000 1.954.208.000 Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri 816.261.000 1.123.995.000 1.394.840.000 1.487.702.000 1.538.191.000 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Lainnya Sub Jumlah DEPUTI I 14.870.223.000 17.194.486.000 20.928.132.000 23.522.512.000 25.845.696.000 6 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan 7 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara 1.151.673.000 1.585.859.000 1.968.001.000 2.099.019.000 2.170.258.000 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Pertahanan dan Keamanan 1.151.673.000 1.585.859.000 1.968.001.000 2.099.019.000 2.170.258.000 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara

Lampiran 2/2-4 No. PROGRAM / KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 UNIT PENANGGUNG JAWAB 8 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat 9 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya 10 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan 11 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali 12 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua 13 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan 14 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan jasa lainnya serta Kementerian Negara BUMN 15 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur 16 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi 17 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah 1.339.927.000 1.845.085.000 2.289.692.000 2.442.125.000 2.525.009.000 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Kesejahteraan Rakyat 841.607.000 1.158.894.000 1.438.153.000 1.533.897.000 1.585.953.000 Direktorat Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polsoskam Lainnya Sub Jumlah DEPUTI II 4.484.880.000 6.175.697.000 7.663.847.000 8.174.060.000 8.451.478.000 1.820.329.000 2.506.600.000 3.110.612.000 3.317.697.000 3.430.295.000 Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I 1.564.346.000 2.154.111.000 2.673.184.000 2.851.148.000 2.947.912.000 Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II 1.322.583.000 1.821.200.000 2.260.054.000 2.410.514.000 2.492.325.000 Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III Sub Jumlah DEPUTI IV 4.707.258.000 6.481.911.000 8.043.850.000 8.579.359.000 8.870.532.000 461.349.000 635.280.000 788.362.000 840.847.000 869.385.000 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan 1.342.107.000 1.848.086.000 2.293.418.000 2.446.099.000 2.529.117.000 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, dan Kawasan Industri 307.566.000 423.520.000 525.575.000 560.566.000 579.591.000 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur 908.718.000 1.251.307.000 1.552.835.000 1.656.212.000 1.712.422.000 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi 1.621.712.000 2.233.103.000 2.771.210.000 2.955.700.000 3.056.015.000 Direktorat Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah Sub Jumlah DEPUTI V 4.641.452.000 6.391.296.000 7.931.400.000 8.459.424.000 8.746.530.000

Lampiran 2/3-4 No. PROGRAM / KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 UNIT PENANGGUNG JAWAB 18 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi pada Kementerian/Lembaga 19 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan Investigasi pada BUMN/D 20 Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan 1.402.582.000 1.931.361.000 2.396.758.000 2.556.321.000 2.643.079.000 Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah 1.402.582.000 1.931.361.000 2.396.758.000 2.556.321.000 2.643.079.000 Direktorat Investigasi BUMN/BUMD 1.387.336.000 1.910.365.000 2.370.703.000 2.528.530.000 2.614.346.000 Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Sub Jumlah DEPUTI VI 4.192.500.000 5.773.087.000 7.164.219.000 7.641.172.000 7.900.504.000 21 Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP 168.609.417.000 228.829.019.000 261.733.373.000 320.967.913.000 350.703.907.000 Seluruh Perwakilan BPKP B. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS 423.974.519.000 420.973.077.000 459.199.591.000 483.068.104.000 511.060.895.000 SETMA TEKNIS LAINNYA BPKP 1 Penyusunan dan Evaluasi Rencana 12.525.400.000 13.405.400.000 15.221.734.000 16.128.908.000 17.511.799.000 Biro Perencanaan Pengawasan 2 Pengelolaan kepegawaian dan organisasi 14.052.044.000 12.497.249.000 12.936.974.000 13.245.672.000 13.400.240.000 Biro Kepegawaian dan Organisasi 3 Pengelolaan Anggaran dan Sistem Akuntansi 34.411.740.000 30.462.947.000 45.309.242.000 50.640.167.000 56.504.184.000 Biro Keuangan Pemerintah 4 Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Kehumasan 5.225.899.000 5.048.489.000 6.323.338.000 6.955.672.000 7.651.240.000 Biro Hukum dan Kehumasan 5 Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan 117.525.601.000 117.280.932.000 124.498.414.000 129.994.214.000 142.584.171.000 Biro Umum Perlengkapan serta Pembayaran Gaji/Tunjangan - BPKP 1). PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN 19.353.308.000 19.108.639.000 23.417.503.000 25.759.254.000 28.335.180.000 Biro Umum PERLENGKAPAN 2). PEMBAYARAN GAJI/TUNJANGAN BPKP 98.172.293.000 98.172.293.000 101.080.911.000 104.234.960.000 114.248.991.000 Biro Umum 6 Pengawasan Intern BPKP 3.314.774.000 3.300.252.000 4.010.878.000 4.411.966.000 4.853.163.000 Inspektorat 7 Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan 25.486.303.000 24.034.934.000 25.838.428.000 26.922.271.000 29.314.499.000 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan 8 Penelitian dan Pengembangan Pengawasan 3.221.600.000 3.143.760.000 4.898.136.000 5.587.950.000 7.946.745.000 Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan 9 Penyelenggaraan sistem dukungan pengambilan keputusan Pemerintah/Presiden dan internal BPKP 9.428.467.000 12.371.314.000 13.408.446.000 14.549.291.000 15.804.221.000 Pusat Informasi Pengawasan 10 Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan Tata 6.451.084.000 7.096.193.000 7.805.813.000 8.586.395.000 9.445.035.000 Pusat Pembinaan Jabatan Kelola APIP Fungsional Auditor 11 Fasilitasi Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP 192.331.607.000 192.331.607.000 198.948.188.000 206.045.598.000 206.045.598.000 Seluruh Perwakilan BPKP C. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA BPKP 16.658.700.000 16.981.427.000 20.035.588.000 19.287.456.000 34.220.458.000 SETMA

Lampiran 2/4-4 No. PROGRAM / KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 UNIT PENANGGUNG JAWAB 1 Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP Pusat 6.658.700.000 6.981.427.000 7.035.588.000 7.287.456.000 14.220.458.000 Biro Umum, Pusat-Pusat, Inspektorat 2 Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana 10.000.000.000 10.000.000.000 13.000.000.000 12.000.000.000 20.000.000.000 Perwakilan BPKP Perwakilan BPKP TOTAL ANGGARAN 642.138.949.000 708.800.000.000 792.700.000.000 879.700.000.000 955.800.000.000 Catatan: 1 Pendanaan untuk point B6 s.d B11 tidak termasuk belanja modal. Belanja Modal masuk di point C 2 Belanja pegawai belum termasuk remunerasi 3 Poin A.1, termasuk anggaran SPIP, dengan rincian sebagai berikut 2010 2011 2012 2013 2014 Pembinaan Penyelenggaraan SPIP 9.645.484.000 10.000.000.000 12.000.000.000 14.000.000.000 16.000.000.000 4 Poin B.1, termasuk anggaran STAR SDP, dengan rincian sebagai berikut RM 1.000.000.000 1.100.000.000 1.250.000.000 1.300.000.000 1.400.000.000 PHLN 9.400.000.000 10.300.000.000 11.400.000.000 12.000.000.000 13.000.000.000 Jumlah 10.400.000.000 11.400.000.000 12.650.000.000 13.300.000.000 14.400.000.000 5 Poin B.5.2) terdiri dari 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Kantor Pusat (Biro Umum) (B.5) 81.318.904.000 81.318.904.000 83.384.850.000 85.654.093.000 88.136.798.000 Inspektorat (B.6) 1.850.408.000 1.850.408.000 1.942.929.000 2.040.076.000 2.142.080.000 Pusdiklatwas (B.7) 5.934.591.000 5.934.591.000 6.231.321.000 6.542.888.000 6.870.033.000 Puslitbangwas (B.8) 2.354.352.000 2.354.352.000 2.472.070.000 2.595.674.000 2.725.458.000 Pusinfowas (B.9) 3.128.529.000 3.128.529.000 3.284.956.000 3.449.204.000 3.621.665.000 Pusbin JFA (B.10) 3.585.509.000 3.585.509.000 3.764.785.000 3.953.025.000 4.150.677.000 Jumlah 98.172.293.000 98.172.293.000 101.080.911.000 104.234.960.000 107.646.711.000