MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Hidup. yang akan datang. Individu dapat merencanakan hal-hal spesifik untuk menjaga

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

DEWASA DINI. Periode penyesuaian thd pola kehidupan baru peran baru sbg : masa dewasa dini/awal : usia 20 s/d 40 th

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

Lampiran 1. Kuesioner

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MAKALAH. Gaya Berpakaian Remaja. Langgersari Elsari Novianti

Transkripsi:

MASA DEWASA AWAL Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial Pada Masa Dewasa Awal Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi sosial pada masa dewasa awal, yaitu: 1. Mobilitas Sosial Orang dewasa yang memiliki keinginan untuk meningkatkan status sosialnya, cenderung akan giat untuk mengikuti organisasiorganisasi masyarakat yang dapat membantu untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Status Sosio-Ekonomi Dengan status sosial-ekonomi yang lebih baik, orang dewasa cenderung dapat berperan dalam berbagai kegiatan sosial, baik itu untuk orang dewasa yang telah menikah atau pun yang belum menikah. 3. Lamanya Tinggal dalam Suatu Kelompok Masyarakat Banyak pula orang dewasa yang pindah dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya untuk dapat menemukan teman baru melalui partisipasi aktif dalam kegiatan sosial atau organisasi masyarakat. 4. Kelas Sosial Orang dewasa yang memiliki kelas sosial lebih tinggi dan menengah sering aktif dalam berbagai organisasi masyarakat dibandingkan dengan yang kelas sosialnya rendah. 5. Lingkungan Lingkungan perkotaan dan pedesaan membawa dampak bagi orang dewasa muda. Contohnya, bila orang dewasa muda yang hidup di kota cenderung memusatkan sesuatu pada keluarga dan sanak saudara, sedangkan orang dewasa muda yang hidup di desa, mereka lebih mengenal keakraban antar tetangga dan keramahtamahan. 6. Jenis Kelamin

Jika pria yang telah menikah lebih aktif berkecimpung dalam organisasi masyarakat dibanding saat mereka lajang, berbeda halnya dengaan wanita yang justru lebih aktif saat mereka masih lajang dan belum berumah tangga. 7. Umur Kematangan Seksual Pria yang lebih cepat dewasa lebih aktif dalam kegiatan masyarkat dibanding dengan pria yang terlambat dewasa. Sedangkan wanita yang cepat dewasa dapat tetap aktif di bidang sosial apabila memungkinkan. 8. Urutan Kelahiran Anak pertama sering memiliki perasaan tidak aman, dan setelah dewasa cenderung menjadi pengikut dan lebih aktif kegiatankegiatan masyarakat dibandingkan anak yang lahir belakangan. 9. Keanggotaan Gereja Orang-orang yang menjadi anggota gereja lebih aktif dalam kegiatan gereja dan organisasi lainnya dibandingkan dengan orang yang tidak memliki hubungan dengan gereja. Mobilitas Sosial Pada Masa Dewasa Awal Dalam kajian sosiologis, terdapat dua macam mobilitas sosial yang biasa terjadi di masyarakat. Mobilitas sosial seperti inipun tentunya menimpa individu pada masa dewasa awal. Mobilitas sosial ini dibedakan atas dua, yaitu: 1. Mobilitas Geografis Yang dimaksud dengan mobilitas geografis adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. 2. Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial adalah perpindahan dari satu kelompok sosial tertentu kepada kelompok sosial lainnya. Mobilitas sosial ini dapat terjadi secara horizontal, yaitu dalam tingkatan kelompok yang sama, maupun secara vertikal, yaitu berpindah ke kelompok yang lebih rendah atau lebih tinggi dari sebelumnya. Pada umumnya, baik pria maupun wanita mencapai status sosial dan ekonomi yang paling tinggi pada masa dewasa, dari umur 30 tahun ke atas. Ada beberapa kondisi yang dapat memudahkan peningkatan mobilitas sosial, diantaranya adalah: A. Tingkat pendidikan yang tinggi, selain dapat menjadi modal keberhasilan dalam menjalankan suatu profesi, tingkat pendidikan yang tinggi juga memungkinkan seseorang untuk dapat bergaul dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi darinya. B. Menikah dengan orang yang statusnya lebih tinggi. C. Hubungan keluarga yang dapat membantu seseorang dalam urusan pekerjaan. D. Penerimaan dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi. E. Uang dan kekayaan lainnya, baik itu yang diperoleh melalui warisan maupun atas usaha dan jerih payah sendiri. F. Pindah keanggotaan gereja ke gereja lain yang statusnya lebih tinggi. G. Peran serta aktif dalam organisasi kelas atas. H. Lulusan dari salah satu perguruan tinggi ternama. I. Menjadi anggota salah satu klub atau perkumpulan yang sifatnya ekslusif.

Penyesuaian Peran Seks Pada Masa Dewasa Awal Penyesuaian peran seks pada masa dewasa awal benar-benar sulit. Jauh sebelum masa remaja berakhir, anak laki-laki dan perempuan telah menyadari pembagian peran seks yang direstui masyarakat, namun belum tentu meraka mau menerima sepenuhnya. Pada kenyataannya, konsep tradisional yang telah ada telah dimodifikasi atau bahkan diganti dengan konsep egalitarian (persamaan derajat) antara wanita dan pria. Berikut ini merupakan perbedaan antara konsep peran seks yang tradisional dan egalitarian. Konsep Tradisional Konsep Egalitarian Konsep Tidak memperhitungkan minat dan Konsep egalitarian atau persamaan derajat menekankan individualitas dan kemampuan individual. Peranperan ini menekankan superioritas persamaan derajat antara pria dan wanita. maskulin dan tidak tolerir pada setiap pekerjaan yang memberi kesan kewanitaan. Pria Di rumah: pencari nafkah, Baik dirumah maupun di luar rumah, pria dapat bekerja sama dengan isterinya. pembuat keputusan, penasehat dan Dan ia pun tak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih besar tokoh yang mendisiplin anak-anak, penghasilannya dan berprestise darinya. serta menjadi model maskulinitas bagi putera-puteranya. Di luar rumah: pria menduduki

Wanita posisi yang berwenang dan berprestise dalam dunia bisnis. Peran wanita disini berorientasi pada pengabdian terhadap orang lain. Wanita tidak diharapkan bekerja di luar rumah, jikalau pun wanita harus bekerja, biasanya dalam bidang pelayanan seperti perawat, dan guru. Di rumah maupun di luar rumah, wanita mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi serta pendidikannya. Bahaya Personal dan Sosial Pada Masa Dewasa Awal Terdapat berbagai bahaya, baik bahaya yang sifatnya personal maupun sosial yang terjadi pada masa dewasa awal. Penyebab terjadinya bahaya pada masa dewasa awal ini adalah ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Kegagalan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan ini menyebabkan kegagalan dalam memenuhi harapan sosial, yang dalam beberapa aspek dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial individu. Rintangan yang dapat menghambat penguasaan tugas perkembangan pada masa dewasa awal, diantaranya ialah: 1. Dasar yang Kurang Memadai 2. Hambatan Fisik 3. Latihan yang Tidak Runtut

4. Perlindungan yang Berlebihan 5. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya yang Berkepanjangan 6. Aspirasi yang Tidak Realistik Berbagai bahaya personal maupun sosial yang terdapat pada masa dewasa dini, yaitu: 1. Bahaya Fisik Bahay fisik yang terjadi pada masa dewasa dini juga tidak jauh berbeda dengan bahaya fisik pada masa kanak-kanak atau remaja. Bahaya fisik tersebut diantaranya ialah: a. Cacat fisik b. Kesehatan badan c. Penampilan yang kurang menarik Akibat dari bahaya fisik ini adalah datangnya perasaan frustasi dan ketidak percayaan diri. Selain itu, bahaya fisik ini pun dapat mempersulit seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial. 2. Bahaya Keagamaan Dua hambatan keagamaan yang terjadi pada masa dewasa dini yaitu: a. Penyesuaian diri pada suatu agama baru sebagai pengganti agama keluarga di masa kanak-kanak b. Tekanan dari sanak saudara suami atau isteri untuk memeluk agama mereka dalam perkawinan campuran. Hambatan atau bahaya ini dapat mengganggu keadaan emosional individu pada masa dewasa awal. 3. Bahaya Sosial

Banyak orang pada masa dewasa awal mengalami hambatan yang sifatnya sosial. Tiga diantaranya adalah yang umum terjadi pada masa dewasa awal, yaitu: a. Hambatan untuk bergabung dengan kelompok siosial tertentu yang cocok. b. Rasa tidak puas dengan peran yang yang harus dimainkan dalam memenuhi harapan kelompok c. Mobilitas sosial yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru. 4. Bahaya Peran Seks Pada masa dewasa dini, seorang wanita cenderung untuk merasa lelah dan terpetangkap dengan apa yang sedang dihadapinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Dia harus mengurusi segalanya di rumah serta mengalami konflik mendahulukan karier suami. Referensi Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psychology A Life-Span Approach. New York: McGraw-Hill.