KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
KADERISASI ORGANISASI

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Garis Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode

RANCANGAN UMUM KADERISASI (RUK) KM ITB

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Draft : GBHP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian. 1.2 Landasan. 1.3 Tujuan. 1.4 Sistematika. Bab 2 Bidang-Bidang BP HIMATIKA ITB Periode

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA ITB Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN (studi kasus pada PT INDATEX PALUR di KARANGANYAR ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II ARAHAN UMUM PENGURUS BEM HIMAGRIN FPTK UPI PRAKATA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hakikat Sosialisasi Politik

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

pemahaman-penghayatan nilai wawasan kebangsaan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Gedung Pusgiwa FMIPA UI Depok

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pendidikan mendorong memaksimalkan potensi siswa. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

K. DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk

STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

mempunyai peranan terpenting dibanding sumber aaya non manusia yang berfungsi sebagai pelengkap yang menopang sumber daya utama

Q. DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 10/TAP/BPM FMIPA UI/IV/13.

KESIAPAN PARA GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM DALAM MERESPON PERUBAHAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

Monika Rianti, Yanita dan Arrival Rince Putri 2

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Organisasi kemahasiswaan memiliki posisi yang sangat strategis dalam

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

Transkripsi:

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) Oleh: Drs. Muniri, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Tulungagung Kaderisasi merupakan hal yang esensial bagi suatu organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke masa depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan dan mutlak diperlukan dalam membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio atau regenerasi) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang diharapkan. Bung Hatta pernah menyatakan tentang kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Berarti untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus dipersiapkan. Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek), yaitu individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Kedua, sasaran kaderisasi (obyek), yaitu individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis. Sebagai subyek atau pelaku, dapat diartikan dalam pengertian umum dapat disebut seorang pemimpin, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan! Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah lain dapat berupa sekolah-sekolahan, balai diklat, study club daln lain-lain. Tugas pertama-tama seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa, etos sebagai seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan kader-kader secara intens dalam dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam kaderisasi adalah potensi dasar seorang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dilihat melalui perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-

problema sosial dilingkungannya. Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang harus mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Dengan kata lain: harus ditemukan pola dan upaya mencari bibit-bibit unggul kaderisasi. Subyek harus mampu menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka organisatoris harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan yang mendesak dan aktual dalam lingkungan sosial; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tersebut. Kader-kader potensial ini setelah mereka memahami dan meyakini visi misi yang telah diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk berpartisipasi (bekerja, berkarya dan berkreasi) seoptimal mungkin. Oleh karenanya, organisasi/pergerakan dituntut untuk dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Sudah barang tentu sepatutnya organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah organisatoris terobsesi progresif bergerak maju dengan satu organisasi yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya?. Belakangan ini, sudah dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan aksi sosial dalam level umum, berupa penumbuhan dan stimulasi etos intelektual dan sosial. Jadi, bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai [entitas mahasiswa] dan aktifitas aksi sosial sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai tekstual-normatif. Dengan kata lain, harus ditemukan titik keseimbangan antara nilai-nilai tekstual-normatif tadi dengan realitas-kontekstualnya Alâ kulli hâl, tampaknya perlu dicermati kembali urgensi dari kaderisasi berkala yang dilakukan oleh organisasi apapun. Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang mutlak harus dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan perubahan secara alamiah. Namun hal penting yang harus pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna menghasilkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensi dan konsekwensinya. Sukses atau tidaknya sebuah organisasi dapat diukur oleh kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Artinya wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapasitas, kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan. Peran kaderisasi: 1. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik. Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan (nilai) dari generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan organisasi (seperti Aturan organisasi, AD ART, dan aturan-aturan lainnya) maupun nilai yang tidak tertulis berupa kultur, budaya-budaya baik yang terdapat dalam

organisasi (misalnya budaya diskusi) maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan dan keharusan untuk ditransfer. 2. Penjamin keberlangsungan organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir. Artinya dalam setiap perjalanan waktu ada generasi yang pergi dan ada generasi yang datang. Nah, keberlangsungan organisasi dapat dijamin dengan adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati. Regenerasi berarti proses pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di dalamnya adanya pembaruan semangat. 3. Sarana belajar bagi anggota. Tempat di mana anggota mendapat pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapat di bangku sekolah formal, wahana ini dijadikan proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan karakter. Pembentukan karakter dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga setiap individu yang terlibat didalamnya dapat dibentuk karakternya sesuai dengan output yang diharapkan. Pengembangan karena setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil (fitrah), kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan persoalan tersebut. Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (lebih mengacu pada karakter building) dan pelatihan (lebih mengacu pada skill). Dengan meminjam istilah pendidikan, kaderisasi mengandung konsekuensi adanya perubahan sikap dan perilaku serta proses mendewasakan. Hal ini sangat terkait erat dengan proses yang akan dijalankan di tataran kehidupan sosial, bagaimana menciptakan kaderisasi yang intelek untuk mendekati kesempurnaan perubahan sikap dan perilaku serta pendewasaan. Posisi Kaderisasi: 1. Strategis. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Perlu ada perencanaan yang matang dalam organisasi agar tujuannya tercapai, salah satunya adalah kaderisasi yang baik. Bila kaderisasi baik, berarti internal organisasi tersebut baik. Bila internal kaderisasinya sudah baik, semua tujuan organisasi bisa tercapai dan bisa ekspansi ke wilayah eksternal. 2. Vital. Ini menunjukkan urgensi kaderisasi. Jika kaderisasi mati, cepat atau lambat organisasi pun akan mati, karena organisasi tidak berkembang dan tidak mampu mengaktualisasi dirinya. Fungsi kaderisasi: 1. Melakukan rekrutmen anggota baru. Penanaman awal nilai organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju tujuan organisasi.

2. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan anggota. Membina anggota dalam setiap pergerakan. Menjaga anggota dalam nilai-nilai organisasi dan memastikan anggota tersebut masih sepaham dan setujuan. Mengembangkan skill and knowledge anggota agar semakin kontributif. 3. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota sekaligus sebagai pembinaan dan pengembangan aktif. Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan anggota tidak terberdayakan. 3. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi. Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota. Sejauh mana nilai-nilai itu terterima anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya. (untuk itu semua, diperlukan perencanaan sumber daya anggota sebelumnya) Aspek kaderisasi: Kaderisasi haruslah holistik. Banyak aspek yang harus tersentuh oleh kaderisasi untuk menghasilkan kader yang ideal. Aspek tersebut adalah: 1. Fisikal (kesehatan) 2. Spiritual (keyakinan, agama, nilai) 3. Mental (moral dan etika, softskill, kepedulian) 4. Intelektual (wawasan, keilmuan, keprofesian) 5. Manajerial (keorganisasian, kepemimpinan) Dari setiap aspek, harus ada sinergi dan keseimbangan agar tiap aspek bisa menunjang aspek yang lainnya sehingga potensi si kader teroptimalisasi. Bentuk kaderisasi: 1. Kaderisasi pasif. Kaderisasi pasif dilakukan secara insidental dan merupakan masa untuk kenaikan jenjang anggota. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan learning to know dan sedikit learning to be. Pembinaan pasif sangat penting dan efektif dalam pembinaan dan penjagaan. 2. Kaderisasi aktif Yaitu kaderisasi yang bersifat rutin dan sedikit abstrak, karena pada kaderisasi ini, anggotalah yang mencari sendiri materi -nya. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan learning to know, learning to do, dan learning to be sekaligus. Maka dalam hal ini sangat penting untuk dipahami, bahwa setiap rutinitas kegiatan, haruslah memberdayakan potensi anggota sekaligus menjadi bentuk pembinaan dan pengembangan aktif bagi anggota. Kaderisasi ini sangat baik dalam proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan secara sistematis. Profil Kader: Terkadang subjek kaderisasi (sebut pimpinan, panitia) tidak memberi tahu kepada objek kaderisasi (bawahan, anggota), tentang sosok kader yang seperti apa yang ingin dibentuk atau ingin dicapai. Hal tersebut menyebabkan terjadi distorsi pembentukan karakter. Bisa jadi hal-hal penting yang diberikan tidak diterima sebagai hal penting oleh objek kaderisasi. Terkadang ada yang hanya berorientasi pada tercapainya tujuan organisasi pada masa kepemimpinannya, tetapi ia

berharap adanya kegagalan pada periode organisasi berikutnya, sehingga nyaris tidak terjadi kaderisasi. Profil ini bisa terkait dalam 4 hal (contoh saja): 1. Berhubungan dengan diri si kader (pengembangan diri kader: wawasan, kemampuan) 2. Berhubungan dengan organisasi (kader yang mau berkontribusi untuk organisasi) 3. Berhubungan dengan masyarakat (kader yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan bangsa) 4. Berhubungan dengan basis organisasi (kader harus sesuai dengan basis organisasi, misal: keilmuan, keprofesian, minat, bakat) Profil kader ini tidak hanya digunakan ketika kaderisasi yang bersifat insidental saja (event), tetapi juga kaderisasi berkelanjutan yang beriringan dengan aktivitas organisasi. Selain itu, tidak cukup hanya menjadikan calon kader menjadi objek kaderisasi. Sebaiknya kita juga melakukan sesuatu kepada lingkungan atau suasana di sekitar calon kader agar lebih kondusif untuk mencapai profil-profil ini. Misalnya, pengkader harus telah mencapai profil si calon kader. Sehingga calon kader memiliki role model langsung (bisa terjadi percepatan pembelajaran) *** Semoga Bermanfaat ***