BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak asasi bagi warga negara Indonesia,

Hak Anak. Pengarusutamaan Hak Anak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang dinamakan dengan rechtstaat yang

BAB I PENDAHULUAN. dibawa ke lingkungan kerja akan mengganggu kerja selain itu juga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Windrayana Raditya, I Wyn ( ) Seminar Tugas Akhir KBA (Alur Desain) BAB PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi dan kualitas dirinya. Seiring dengan berkembangnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

1.1 Latar Belakang Masalah

Peluang Bisnis Rumahan Dengan Jasa Penitipan Anak

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. Zamrud Khatulistiwa ini merdeka. Selama itu pula ibu pertiwi ini mengisi kemerdekaannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Dini (PAUD) muncul akibat berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia. Hal ini sebagaimana diatur dalam UU Sisdiknas BAB VI Pasal 13

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya artinya Golden Age. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Suyanto, 2003:6).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang keadaan taman penitipan anak Al-Wathaniyah Kelurahan Ipilo Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

Ivan Susanto PANDUAN MEMBUKA USAHA TAMAN PENITIPAN ANAK / DAYCARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi suatu prioritas tersendiri pada tiap-tiap negara.

PROGRAM KEGIATAN DI TAMAN PENITIPAN ANAK * Ika Budi Maryatun, M.Pd (Diadaptasi dari subdit TPA dir.paud, PNF, Kemendiknas)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja melalui internet (online shopping). Maraknya fenomena online

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. Orangtua memegang peranan penting dalam merawat, mengasuh, mendidik

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua di era modern ini menemui tantangan yang berat dalam melaksanakan kewajiban utamanya yaitu mengurus dan mendidik buah hati mereka. Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya terutama bagi orang tua yang tinggal di daerah perkotaan. Pada umumnya orang tua yang tinggal di perkotaan sangat disibukan dengan urusan pekerjaan mereka. Kedua orang tua yang sama-sama bekerja tentunya hanya punya sedikit waktu untuk mendampingi sang buah hati bermain dan memantau tumbuh kembangnya. Hal mengurus dan mendidik anak juga menjadi tantangan yang sangat berat bagi seorang ibu. Kenyataan tersebut tidak terlepas dari paradigma bahwa tugas utama ayah adalah mencari nafkah, sedangkan tugas yang berkaitan dengan mengurus anak dan rumah tangga dilimpahkan kepada ibu, namun walau begitu sekarang paradigma tersebut sedikit demi sedikit bergeser. Banyak ibu di jaman modern ini yang tidak hanya tinggal di rumah, mengurus rumah

2 tangga dan anak, tetapi juga bekerja di kantor untuk membantu ekonomi keluarga. Hal ini tentu menjadi kendala dalam hal mendidik dan memantau perkembangan mental dan fisik sang anak, terlebih apabila usia sang anak masih terbilang sangat dini. Peran dan kehadiran orang tua dalam setiap tumbuh kembang buah hatinya dapat menjadi tolak ukur bagaimana nantinya seorang anak dapat hidup dan bersikap dalam masyarakat. Seorang anak dalam sebuah keluarga mendapatkan pendidikan dasar dari ayah dan ibu serta anggota keluarganya sebelum ia mendapat pendidikan di lembaga lain. Usia dini seorang anak, yaitu antara usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan bagi perkembangan otak anak atau yang biasa disebut The Golden Age. Perkembangan motorik dan kognitif seorang anak berkembang dan semakin baik, sehingga dalam masa tersebut peran orang tua sangat diperlukan untuk membangun karakter anak sejak dini dan memaksimalkan tumbuh kembang si buah hati. Orang tua yang jarang berada di Rumah karena sibuk bekerja dan jarang mendampingi sang anak, tentunya mereka tidak hadir dan berperan penuh dalam masa The Golden Age tersebut, dan hal tersebutdikhawatirkan akan mempengaruhi perkembangan sang anak dan berimbas pada karakter sang anak nanti di masa depan. Hal ini membuat para orang tua risau akan dilema harus bekerja namun juga harus tetap hadir dalam optimalisasi tumbuh kembang sang anak.

3 Banyak orang tua yang menggunakan jasa pengasuh anak ke rumah, yang tujuannya agar mereka tetap dapat bekerja, dan anak mereka tetap terurus. Para orang tua harus selektif sebelum menggunakan jasa pengasuh anak karena nantinya mereka akan meninggalkan anak mereka hanya dengan seorang pengasuh anak. Orang tua harus lebih selektif dalam hal memilih jasa pengasuh anak, yaitu harus memilih pengasuh anak dari lembaga atau penyalur pengasuh anak sudah dikenal masyarakat dan terbukti kredibel. Hal tersebut harus dilakukan oleh orang tua, karena walaupun berasal dari lembaga atau penyalur pengasuh anak yang terpercaya sekalipun, tak sedikit oknum pengasuh anak yang berbuat tidak layak, seperti melakukan penganiayaan serta penculikan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan trauma pada anak atau bahkan sang anak diajak melakukan perbuatan yang kurang baik. Melihat kenyataan tersebut tentunya para orang tua merasa takut dan tak jarang orang tua justru enggan menggunakan jasa pengasuh anak untuk mengasuh anaknya di rumah. Banyak pelaku usaha yang jeli melihat keresahan para orang tua di atas dan menjadikan hal tersebut sebagai peluang usaha untuk membuka usaha jasa penitipan anak. Usaha jasa penitipan anak merupakan salah satu peluang usaha rumahan yang sedang digemari oleh para pelaku usaha saat ini, apalagi di wilayah perkotaan. Usaha jasa penitipan anak menjadi salah satu usaha yang

4 sedang digandrungi oleh pelaku usaha dikarenakan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar untuk mendirikan sebuah Taman Penitipan anak. Taman Penitipan Anak merupakan program kesejahteraan anak yang dapat menyelenggarakan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara terintegrasi dengan perawatan dan pengasuhan anak sejak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.taman penitipan anak merupakan bentuk PAUD Non-Formal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya. Taman penitipan anak merupakan solusi bagi kegundahan para orang tua yang harus meninggalkan buah hati mereka untuk menjalankan rutinitas pekerjaan. Para pelaku usaha taman penitipan anak berlomba-lomba untuk menyediakan fasilitas yang lengkap dan pelayanan terbaik bagi kebutuhan sang buah hati. Taman penitipan anak bukan hanya sekedar tempat untuk menitipkan anak, tetapi juga turut membantu serta menunjang tumbuh dan kembang sang buah hati serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak-anak yang dititipkan. Para orang tua akan memilih taman penitipan anak yang terpercaya serta memberikan pelayanan dan fasilitas yang terbaik bagi buah hati mereka. Penyelenggaraan jasa penitipan anak di Indonesia saat ini pada kenyataannya masih menemui banyak kekurangan. Pada prakteknya, masih banyak pelaku usaha jasa penitipan anak yang lalai dalam memenuhi hak-hak konsumen, misalnya dalam hal layanan pendidikan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, serta sarana dan sarana bagi sang anak yang dititipkan. Beberapa taman

5 penitipan anak kurang memperhatikan keamanan sarana bermain anak, tak jarang anak mengalami kecelakaan sewaktu bermain. Keadaan ruang tidur yang kurang memadai dan sempit membuat anak yang dititipkan tidak nyaman untuk beristirahat setelah lelah bermain. Kehigienisan makanan di beberapa taman penitipan anak juga masih menjadi masalah yang dikhawatirkan oleh orang tua, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan mulai dari alergi sampai diare bagi anak yang dititipkan. Pemenuhan berbagai aspek penting dalam penyelenggaraan penitipan anak belum dapat terlaksana seperti yang diharapkan, dan apabila hal ini terus dibiarkan tentunya akan ada pihak yang akan dirugikan yaitu anak yang dititipkan beserta orang tua selaku konsumen. Kenyataan yang terjadi di praktek penyelenggaraan penitipan anak tersebut menimbulkan tanda tanya terhadap perlindungan hukum bagi anak beserta orang tua selaku konsumen jasa penitipan anak. Salah satu pelaku usaha yang berkecimpung di bidang jasa penitipan anak di Sleman, Yogyakarta adalah Taman Penitipan Anak (TPA) Tunggadewi. TPA Tunggadewi berlokasi di Jalan Bulaksumur, M. 5, Sekip, Sleman, Yogyakarta. TPA Tunggadewi secara resmi berdiri pada 7 Januari 1968. Keberadaan TPA Tunggadewi merupakan wujud rasa prihatin para ibu Dharma Wanita Persatuan UGM akan kesulitan yang dialami para orang tua yang bekerja di UGM dalam mengasuh anak-anaknya ketika ditinggal bekerja. TPA Tunggadewi didirikan

6 sebagai bentuk kepedulian terhadap kesulitan yang dialami para orang tua yang bekerja di UGM. TPA Tunggadewi merupakan tempat alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan peran orang tua sementara mereka bekerja supaya kebutuhan esensial anak tetap dapat dipenuhi. TPA Tunggadewi pada awalnya hanya ditujukan untuk merawat anak-anak karyawan UGM, namun seiring perkembangan jaman tidak sedikit orang tua di luar lingkungan UGM yang mempercayakan putra-putrinya di tempat ini. 1 TPA Tunggadewi menyediakan fasilitas penitipan anak, mulai dari anak usia 2 bulan hingga usia 6 tahun. TPA ini pun juga bisa dikatakan tidak pernah sepi, setidaknya tiap bulan ada lebih dari 25 orangtua yang menitipkan buah hatinya di tempat ini. 2 Jasa penitipan anak yang dilakukan oleh TPA Tunggadewi menimbulkan suatu hubungan hukum bagi TPA Tunggadewi sendiri dengan orang tua anak dalam suatu bentuk perjanjian penitipan anak. Sebuah hubungan hukum akan melahirkan hak dan kewajiban yang mengikat para pihak dalam perjanjian. TPA Tunggadewi dan orang tua wajib melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. TPA Tunggadewi selaku pelaku usaha jasa penitipan anak harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh anak yang dititipkan apabila terjadi wanprestasi atau sengketa konsumen. 1 Menengok Taman Penitipan Anak, http://ugm.ac.id/id/post/page?id=4962, diakses pada tanggal 12 Maret 2015 Pukul 14:54 WIB. 2 Ibu Bayi Usia Tiga Bulan Harus Tetap Datang Beri ASI, http://jogja.tribunnews.com/2014/05/13/ibubayi-usia-tiga-bulan-harus-tetap-datang-beri-asi, diakses pada tanggal 12 Maret 2015 Pukul 17:34 WIB.

7 Perjanjian penitipan anak yang terbentuk antara TPA Tunggadewi dengan orang tua sang anak menimbulkan tanggung jawab bagi TPA Tunggadewi. TPA Tunggadewi berdasarkan perjanjian penitipan anak tersebut berkewajiban untuk melindungi dan menjamin hak anak-anak yang dititipkan, melalui orang tuanya selaku konsumen, sebagaimana secara tegas dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Mengingat UUPK merupakan payung hukum yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang konsumen, para pelaku usaha penitipan anak, dalam hal ini TPA Tunggadewi harus mengacu pada UUPK dalam hal pemenuhan hak-hak konsumennya. Melihat besarnya peran jasa penitipan anak yang dilakukan oleh TPA Tunggadewi dalam memberikan layanan kepada anak yang terpaksa ditinggal orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya, serta memberikan layanan yang tekait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya, maka pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen merupakan hal yang utama yang harus ditegakkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sebagai dasar penyusunan penulisan hukum dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENITIPAN ANAK (STUDI KASUS TAMAN PENITIPAN ANAK TUNGGADEWI, SLEMAN, YOGYAKARTA).

8 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Penitipan Anak di TPA Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta? 2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh oleh TPA Tunggadewi dan orang tua anak selaku konsumen jasa penitipan anak yang mengalami kerugian? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang diadakan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan menganalisis Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Penitipan Anak di TPA Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta. b. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh oleh TPA Tunggadewi dan orang tua anak selaku konsumen jasa penitipan anak yang mengalami kerugian. 2. Tujuan Subjektif Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak ditemukan penulisan hukum dengan permasalahan mengenai Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Penitipan Anak (Studi Kasus Taman Penitipan Anak Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta). Adapun terdapat sebuah penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu: Studi Kasus Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Penititipan Orang Jompo Pada Panti Wreda Swasta di Kotamadya Dati II Yogyakarta Penulis : Anita Febe Holiana NIM : 89/70781/HK/13241 Bagian : Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM Tahun : 1995 Perbedaan yang terdapat dalam penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah yaitu fokus penelitian tersebut lebih kepada upaya yang ditempuh oleh panti wreda swasta dalam hal penitip tidak melaksanakan kewajibannya yang mengakibatkan kerugian bagi panti wreda swasta dalam perjanjian penitipan orang jompo, sedangkan penulis memfokuskan pada penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak dan orang tua selaku konsumen

dalam perjanjian jasa penitipan anak, serta upaya penyelesaian sengketa konsumen antara taman penitipan anak dengan konsumen. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis a. Untuk menambah pengetahuan, melatih kemampuan dalam menganalisis dan mengembangkan teori serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan perjanjian penitipan anak dan perlindungan konsumen. b. Untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusun penulisan hukum guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi Pelaku Usaha Diharapkan para pelaku usaha jasa penitipan anak dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam membantu menjalankan usahanya sehingga para pelaku usaha tidak menemui kendala serta masalah yang berarti serta usahanya dapat lebih berkembang di masa yang akan datang.

11 3. Bagi Pihak Lain a. Menambah informasi dan wawasan pengetahuan serta memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama para orang tua pengguna jasa penitipan anak mengenai pengaturan perlindungan konsumen dalam perjanjian penitipan anak. b. Sebagai bahan acuan atau bahan informasi untuk penelitian lain dalam mengembangkan dan menelaah secara mendalam tentang pengaturan perlindungan konsumen dalam perjanjian penitipan anak.