APLIKASI ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR PADA PC DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN C

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK PRELIMINARY BREAKDOWN PETIR DOWNWARD LEADER SEBELUM SAMBARAN NEGATIF PERTAMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka akan semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Petir merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer bumi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan sangat menarik untuk diteliti. Sebuah petir untuk mencapai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM TELECARDIAC MONITORING EKSTRAKSI DAN TRANSMISI PARAMETER TEMPORAL SINYAL JANTUNG MELALUI KANAL RADIO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

BAB I PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. Letak Indonesia secara astronomis berada antara 6º LU 11º LS dan 95º BT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam kejadian petir setiap tahunnya. Hal ini karena kota Padang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PETIR POSITIF PADA MUSIM DINGIN DI JEPANG TUGAS AKHIR

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

APLIKASI SPECTRUM ANALYZER UNTUK MENGANALISA LOUDSPEAKER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 UJICOBA DAN ANALISIS

Deteksi Kualitas Pemasangan Ubin Berbasis Ekstraksi Ciri Bunyi Dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbor

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH

Kata Kunci Metode nilai rata-rata, Irms, Vrms, Daya Nyata, Daya Semu I. PENDAHULUAN

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir yang berjudul Sistem Penyama Adaptif dengan Algoritma Galat

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

Pengukuran Waktu Tunda (Time Delay) pada Dua Sinyal dengan Cross Correlation Function (CCF)

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

BAB III PERANCANGAN ALAT

1 ANALISIS MEDAN LISTRIK YANG DIPRODUKSI OLEH PRELIMINARY BREAKDOWN PADA PETIR NEGATIF AWAN KE BUMI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Chebyshev

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

ALGORITMA TDOA UNTUK PENGUKUR JARAK ROKET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI UHF

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

fading konstan untuk setiap user dengan asumsi perpindahan mobile station relatif

BAB III METODE PENELITIAN. mengerjakan tugas akhir ini. Tahap pertama adalah pengembangan konsep

DESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog

BAB III PERANCANGAN ALAT

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

Jurnal Elektro ELTEK Vol. 3, No. 1, April 2012 ISSN:

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PENGENDALIAN MEDAN MAGNET UNTUK MEMBUKTIKAN KEHADIRAN EFEK KUANTISASI FLUKSOID SUPERKONDUKTOR TUGAS AKHIR

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HILBERT

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia untuk mendengar sangat luar biasa. Sistem pendengaran manusia dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai bulan

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

PEMBUATAN ALAT UKUR FREKUENSI DARI GENERATOR SINYAL BERBASIS ATMEGA16 TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Transkripsi:

APLIKASI ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR PADA PC DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN C Agfa Prayoga Setiawan Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung E-mail: agfa.ps@gmail.com Abstrak - Tugas akhir ini merancang dan mengembangkan algoritma pemilahan gelombang elektromagnetik petir untuk dijalankan pada desktop PC. Algoritma ini berfungsi untuk membedakan gelombang elektromagnetik yang berasal dari sambaran petir awan ke bumi (cloud to ground) dari noise gelombang elektromagnetik lainnya. Data yang diolah algoritma ini diasumsikan telah melalui proses Analog to Digital (ADC) dengan nilai frequency sampling sebesar 1MHz. Berdasarkan hasil simulasi, algoritma yang telah dirancang mampu menjalankan fungsi pemilahan gelombang elektromagnetik petir dengan baik. Hasil simulasi ini telah dibandingkan dengan hasil algoritma yang diterapkan pada PC dan menunjukkan keluaran yang sama. Kecepatan eksekusi algoritma pemilahan gelombang elektromagnetik petir pada PC telah dibuktikan mampu dibawah 1 milisekon. Algoritma ini dapat merespon beragam input gelombang elektromagnetik petir dan menyimpan hasil prosesnya pada modul terpisah. Kata Kunci magnetic direction finder (MDF), waveform discrimination criteria, lightning parameters A. PENDAHULUAN Petir merupakan suatu gejala alam yang kemunculannya menimbulkan banyak akibat bagi kehidupan di muka bumi ini. Kemunculan gejala petir dapat dengan mudah diamati melalui efek fisik berupa cahaya terang di langit, bunyi guntur, dan efek kerusakan pada benda yang menjadi objek sambarannya. Gejala alam ini telah menjadi suatu subjek studi yang masih berlanjut hingga saat ini. Petir mendapatkan perhatian yang khusus karena sifat fisiknya yang sangat merusak ketika menyambar objek sambarannya. Selain itu ditemukan bahwa petir dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik yang merambat dan dapat merusak peralatan-peralatan elektronik yang sensitif. Penelitian-penelitian tentang petir telah banyak dimulai untuk menentukan parameter-parameter dari petir yang dapat diamati, untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan metode penanggulangan kedepannya. Parameter-parameter yang biasa digunakan ialah besar arus puncak, waktu dahi (rise time), waktu paruh gelombang (half wave value time), waktu pintas nol (zero crossing time) untuk medan jauh. Untuk medan dekat, tidak terdapat waktu pintas nol karena kehadiran komponen statik yang dominan. Petir merupakan gejala alam yang kehadirannya tidak bisa diprediksi terlebih dahulu. Oleh karena itu dibutuhkan suatu peta yang menyajikan pola sebaran petir pada suatu daerah untuk menentukan tingkat proteksi terhadap petir dari suatu peralatan. Peta ini dapat dibuat dengan menggunakan metode penentuan lokasi petir. Penentuan lokasi petir itu sendiri dapat dilakukan dengan pengukuran medan elektromagnetik petir jarak jauh. Metorde pengukuran jarak jauh yang telah berkembang hingga saat ini ialah metode Magnetic Direction Finding (MDF), Time of Arrival (TOA) dan TDD (gabungan dari MDF dan TOA). Metode MDF memiliki komponen waveform discrimination criteria (kedepannya disebut sebagai modul pemilahan gelombang elektromagnetik) yang akan membedakan bentuk gelombang elektromagnetik sambaran petir awan ke bumi dari bentuk noise gelombang elektromagnetik lainnya. Komponen ini banyak ditemui dalam bentuk integrated circuit dengan rangkaian pemroses analog. Metode pengolahan secara digital dapat diterapkan untuk menggantikan fungsi pengolahan secara analog yang telah ada pada modul pemilahan gelombang elektromagnetik petir dari sistem MDF. Penerapan ini berimbas pada penyederhanaan sistem dan pemaksimalan kinerja dari komponen pemroses digital. B. ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR Algoritma pemilahan gelombang elektromagnetik petir ialah sebuah modul dalam sistem Magnetic Direction Finder, yang dapat menentukan lokasi terjadinya sambaran petir. Algoritma ini berfungsi memilah antara bentuk gelombang elektromagnetik sambaran petir awan ke bumi dari bentuk gelombang elektromagnetik lainnya. Gelombang elektromagnetik petir yang merambat di udara memiliki kriteria pintas nol (zero crossing) bila jarak rambat antara 5 hingga 2 km [1]. Berdasarkan kriteria tersebut algoritma ini diasumsikan hanya memilah gelombang elektromagnetik petir yang menempuh jarak 5 km hingga 2 km. Asumsi ini diambil karena algoritma akan mengecek kehadiran pintas nol pada input yang masuk. 1. Kriteria Pemilahan Gelombang Elektromagnetik Petir Untuk mengenali sinyal yang berasal dari sambaran petir, algoritma pemilahan harus memiliki kriteria pemilahan yang ditetapkan sebelumnya. Kriteria ini akan digunakan untuk menolak segala kemungkinan sinyal yang bukan merupakan petir bumi (cloud to ground). Sebagai ilustrasi, gambar 1 menampilkan parameter-parameter dari gelombang.

Kriteria-kriteria tersebut diset sehingga semua sinyal yang masuk kedalam salah satu kategori dibawah ini akan ditolak: Amplitudo sinyal dibawah nilai thresold Waktu dahi (rising time) t tp dari pulsa melebihi 6 µs Amplitudo second peak (puncak kedua) melebihi 12% dari main peak (puncak utama) Amplitudo pulsa yang mendahului puncak utama dengan polaritas yang berkebalikan, dinamakan PTK (pre trigger kibosh) melebihi 2% puncak utama Waktu puncak-thresold (peak to thresold time) t pt lebih kecil dari 12 µs. Kedalaman amplitudo menurun (dip) melebihi 1% dari amplitudo puncak utama. (b) Gambar 1 Parameter dari waveform discrimination criteria Bentuk gelombang tipikal dari sambaran awan ke bumi yang diterima berdasarkan kriteria pemilahan gelombang elektromagnetik petir dapat dilihat pada gambar 2(a). Sedangkan pada gambar 2(b) dan gambar 2(c) diperlihatkan bentuk gelombang yang diterima oleh direction finder akan ditolak karena bentuk gelombang yang tidak sesuai dengan kriteria. (a) (c) Gambar 2. Bentuk gelombang sambaran petir awan ke bumi yang diterima (a) dan yang tidak diterima oleh algoritma pemilahan (b), (c) 2. Perancangan dan Implementasi Algoritma Pemilahan Algoritma dirancang menggunakan perangkat lunak MATLAB dan diimplementasikan pada PC dengan menggunakan bahasa pemrograman C. Algoritma menerima masukan data yang telah melalui proses sampling dengan frequency sampling sebesar 1MHz. Pada tahap perancangan, terdapat dua bagian yang dibuat yaitu bagian generator gelombang elektromagnetik petir dan algoritma pemilahan. Generator gelombang didesain agar dapat membangkitkan beragam bentuk gelombang petir awan ke bumi. Gelombang yang dibangkitkan digunakan sebagai masukan data algoritma. Bagian kedua ialah sistem waveform discrimination. Bagian ini berisi iterasi-iterasi, percabangan kondisional, dan iterasi-iterasi untuk memperoleh parameter dari gelombang yang sedang dipilah. Bagian ini menerima data asupan dari bagian pertama lalu hasil pengolahannya disimpan dalam bentuk modul *.txt.

Ilustrasi bentuk gelombang yang dibangkitkan oleh bagian generator gelombang dapat dilihat pada gambar 3. Bagian kedua memiliki diagram alir setelah diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman C yang terlihat pada gambar 4. 25 START 15 Ambil data digital gelombang EM petir Data digital didapat dari ADC/ *.bin (simulasi) 5-5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Buka file runtime.txt dan log.txt runtime.txt: logging saat runtime log.txt: logging hasil pemfilteran 25 (a) clock() Awal time logging 15 waveformfiltering() 5-5 - clock() Akhir time logging -15-1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 (b) Gelombang elektromagnetik petir yang mengandung noise Simpan hasil filtering ke file log.txt FINISH resolution 25 15 3 5-5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 samples (c) Random signal Gambar 4. Diagram alir fungsi utama. Algoritma pemilahan dieksekusi ketika memanggil fungsi waveformfiltering. Fungsi waveformfiltering yang berisi algoritma pemilahan akan memanggil fungsi-fungsi turunan seperti pengecekan pre-peak, enable threshold, puncak utama, puncak kedua (positif dan bipolar), dan pintas nol. Secara umum gambaran fungsi waveformfiltering dapat dilihat pada gambar 5. resolution - - -3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 samples (d) Gambar 3. Bentuk gelombang yang dapat dibangkitkan oleh generator gelombang pada MATLAB. Bentuk gelombang dengan pre-peak, puncak utama, puncak kedua (a,b), gelombang dengan noise (c), dan gelombang noise (d) Gambar 5. Diagram alir fungsi waveformfiltering.

C. PENGUJIAN DAN ANALISA ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR Pengujian terhadap algoritma pemilahan dilakukan baik pada model MATLAB dan implementasi di PC. Kriteria yang digunakan dalam proses pengujian ini adalah: Kemampuan algoritma pemilahan untuk membedakan pre-peak negatif dan positif. apakah pre-peak ditolak karena melebihi batas maksimum. Kemampuan algoritma pemilahan untuk mendeteksi waktu dahi dari puncak utama. apakah waktu dahi berada di batas yang diperbolehkan atau tidak. Kemampuan algoritma pemilahan untuk mengetahui apakah waktu punggung berada di batas yang diperbolehkan atau tidak. Kemampuan algoritma pemilahan untuk mendeteksi puncak kedua dan puncak bipolar. Kemampuan algoritma pemilahan untuk menolak puncak kedua dan puncak bipolar yang tidak sesuai. Kemampuan algoritma pemilahan gelombang elektromagnetik petir untuk mengolah gelombang elektromagnetik petir yang mengandung noise dan gelombang yang murni noise. lima ratus gelombang petir dalam satu array. Kecepatan proses pemilahan baik untuk satu gelombang maupun lima ratus gelombang. Seluruh skenario pengujian diatas telah memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan sebelumnya. Algoritma dapan merespon masukan dengan baik dan mengeluarkan hasil yang sesuai. Beberapa skenario di atas memiliki turunan pengetesan terhadap algoritma pemilahan. Turunan itu seperti pengetesan masing-masing komponen penyusun gelombang petir awan ke bumi dari batas minimum hingga batas maksimum. Hasil test turunan memperlihatkan bahwa algoritma mampu bekerja berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk masingmasing komponen gelombang petir. Algoritma berhasil menangani gelombang noise dengan baik. Selain itu algoritma masih dapat mengenali gelombang elektromagnetik petir yang memiliki komponen noise dengan puncak noise setara puncak pre-peak. Kecepatan eksekusi algoritma pada PC memberikan hasil yang berbeda-beda dari 1ms, 15ms, 16ms dan 31 ms. Perbedaan ini dikarenakan algoritma pada PC dijalankan diatas sistem operasi. Sistem operasi pada satu waktu tidak hanya mengeksekusi program yang sama. Terjadi perpindahan eksekusi dari proses-proses yang sedang berjalan dalam sebuah sistem operasi. Kecepatan paling lambat yaitu 31 ms masih memuaskan karena di bawah 1ms. D. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengujian model pemilahan gelombang petir adalah sebagai berikut : 1. Algoritma pemilahan gelombang elektromagnetik petir telah selesai dibuat dan diaplikasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman C. 2. Program C berisi algoritma pemilahan gelombang dapat membaca data masukan berupa array, memprosesnya, dan menyimpan hasilnya dalam modul terpisah dengan baik. 3. Model pemilahan gelombang petir yang dikembangkan dalam tugas akhir ini telah dapat mengenali setiap komponen gelombang elektromagnetik petir dengan baik. 4. Model pemilahan gelombang petir ini, dapat membedakan bentuk gelombang yang valid dan tidak, berdasarkan karakteristik tiap-tiap komponen penyusun gelombang tersebut. 5. Model pemilahan gelombang petir ini dapat diimplementasikan dalam bahasa C dan memiliki karakteristik yang sama seperti pada MATLAB. 6. Kecepatan eksekusi algoritma pemilahan gelombang yang telah diimplementasikan dalam bahasa pemrograman C telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu dibawah 1 milisekon. E. SARAN Program C berisi algoritma pemilahan gelombang petir ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dapat mengenali jenis petir lain seperti petir positif. Selain itu model dalam tugas akhir ini menggunakan input data hasil proses pembangkitan pada MATLAB. Sehingga kedepannya dapat dicoba untuk langsung mengolah data yang keluar dari kartu ADC dengan frequency sampling 1 MHz. Data keluaran ADC disesuaikan sehingga dalam bentuk array dengan kedalaman satu juta, sesuai dengan keluaran dari model generator gelombang elektromagnetik petir pada MATLAB. F. DAFTAR PUSTAKA [1] Berger, K, The Earth Flash, dalam Lightning V.1 ed. R.H Golde, Academic Press, 1977 [2] Berger, K., R.B. Anderson, dan H. Kroninger, Parameters of Lightning Flashes, Electra 41, 1975 [3] Lin, Y.T., M.A. Uman, dan R.B. Standler, Lightning Return Stroke Models, J. Geophys. Res. v.85/c3, 198 [4] Lin, Y.T., M.A. Uman, J.A. Tiller, R.D. Brantley, E.P. Krider, dan C.D. Weidman, Characterization of Lightning Return Stroke Electric and Magnetic Fields from Simultaneous Two-Station Measurements, J. Geophys. Res. v.84/c1, 1979

[5] Syarif, Hidayat, Characteristics of Lightning in Indonesia Observed by Lightning Location System, Disertasi, 1996 [6] Syarif, Hidayat, Penentuan Harga Puncak dan Waktu Dahi Gelombang Arus Petir Dari Pengukuran Medan Elektrik Jarak Jauh, Tesis, 1991 [7] User manual of LLP Direction-Finding System rev.6/79 G. BIOGRAFI Agfa Prayoga Setiawan dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Februari 1985. Sekarang ia sedang menyelesaikan pendididkan S1 di Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi dengan sub Jurusan Teknik Tenaga Elektrik. Saat ini ia sedang melakukan penelitian tugas akhir di bidang data processing.