ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

ANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

ANALISIS BELANJA PUBLIK PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DAN KINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI.

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

ANALISIS BELANJA PUBLIK PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DAN KINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

Perencanaan dan Pembiayaan dalam Pencapaian SPM Bidang Pendidikan: Berdasarkan Temuan Governance and Decentralization 2 (GDS2)

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

AKUNTABILITAS KINERJA

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

Disusun Oleh : B

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat dengan

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DRAFT RINGKASAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

ANALISIS PERUBAHAN KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) MTs NEGERI 1 RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER PROGRAM STUDI AKUNTANSI-FEB UMS, 25 JUNI 2014 ISBN: SUB TEMA: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh B PROGRAM

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PENGADAAN LABORATORIUM BAHASA SMP DI KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS TINGKAT PENYERAPAN BELANJA PUBLIK DI KABUPATEN BOYOLALI ANINDITA YULIARNI B

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

Transkripsi:

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nisaaul Mardliyah B200100247 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HALAMAN PENGESAHAN Yang bertandatangafr dibawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul : ANALISIS ETISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI Yang ditulis oleh : NISAAUL MARDLTYAH B 200 100247 Penandatanganan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat unnrk diterima. Surakarta, Juli 2014 (Dr. Zulfikar, SE, M.Si) Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.rffi,:

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI NISAAUL MARDLIYAH (B200100247) nisaaitubambul@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Salah satu cara pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan anggaran untuk sektor pendidikan, dengan minimal 20% dari anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi anggaran pendidikan tersebut dengan obyek Kabupaten Boyolali, khususnya pada tahun anggaran 2010 dan 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa dokumen yang tersedia di DPPKAD dan BPS, serta data olahan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Boyolali. Data yang diperlukan bersangkutan dengan kinerja pemerintah dan APBD tahun 2010 dan 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis capaian kinerja program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun cenderung tidak stabil namun masih diatas rata-rata 80% atau dalam kategori cukup baik. Hasil analisis penyerapan anggaran dengan hasil lebih dari 95% menunjukkan bahwa tingkat penyerapan anggaran cukup tinggi. Hasil analisis rata-rata lama belajar menunjukkan bhawa rata-rata lama belajar siswa sesuai dengan standar, yaitu 6 tahun untuk siswa tingkat SD/MI dan 3 tahun untuk siswa SMP/MTs. Hasil analisis input-output tingkat SD/MI tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan tingkat SMP/MTs jumlah siswa yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah siswa yang lulus. kata kunci: pencapaian kinerja, penyerapan anggaran pendidikan, rasio inputoutput PENDAHULUAN Pendidikan mendapat perhatian khusus dari pemerintah dibanding dengan sektor lain karena pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan

manusia, sehingga mampu menciptakan masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas. Pembangunan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dengan keberhasilan dalam membangun pendidikan dapat memberikan sumbangan pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Pemerintah dalam hal ini berusaha mewujudkannya melalui Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Salah satu kunci peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan kebijakan anggaran. Anggaran pendidikan yang rendah kerap kali berbanding lurus dengan mutu pendidikan yang rendah. Selain itu, meskipun belanja pendidikan telah ditingkatkan, masih terdapat perbedaan output dan pencapaian. Hal ini disebabkan karena ketidakefisienan pengelolaan dan pembelanjaan anggaran, dimana tingkat efisiensi diperoleh dengan memperkirakan efektivitas biaya dari input yang diberikan dengan output yang diperoleh, dan membandingkan unsur-unsur tersebut dengan sasaran pendidikan di kabupaten. Reinikka dalam Desi (2012) menyebutkan bahwa kurangnya keselarasan antara perencanaan dan penyusunan anggaran serta inefisiensi dalam alokasi anggaran dapat menghambat pencapaian sebagaimana yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi anggaran pendidikan melalui capaian kinerja pelayanan pendidikan, penyerapan anggaran, dan analisis efisiensi

TINJAUAN PUSTAKA Alokasi Anggaran Pendidikan Alokasi anggaran pendidikan telah diatur dalam UU No. 10 Tahun 2010 tentang APBN TA 2011, yang menyatakan bahwa Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga. Alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kediknasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah (pasal 1 butir 48). Pembiayaan Pendidikan Pembiayaan pendidikan dasar adalah sejumlah uang yang dikeluarkan guna berbagai macam kepentingan pendidikan, pembelian sarana-prasarana, gaji tenaga pendidik dan sebagainya, pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs atau sederajat). (Wibowo, 2013). Efisiensi Pendidikan Konsep dasar efisiensi pendidikan adalah memberikan hasil output terbaik, yaitu aspek konsumtif yang berhubungan dengan kesenangan dan manfaatmanfaat yang diterima oleh siswa, keluarganya, dan masyarakat keseluruhan, serta aspek inventatif yang mencakup berbagai output yang berkaitan dengan tujuan mempertinggi keahlian individu dan masyarakat di masa depan (Suhardan, dkk.2012) dengan biaya seminimal mungkin.

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Dalam pelaksanaan program Wajib Belajar 9 tahun, sebagai payung hukumnya pemerintah telah menyiapkan PP No. 47 tahun 2008. Dalam ketentuan umum, disebutkan bahwa program wajib belajar diselenggarakan untuk memberikan pelayanan pendidikan dasar seluas-luasnya kepada warga Negara Indonesia tanpa membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi. Setiap warga Negara Indonesia usia wajib belajar berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu dan orang tua/wali berkewajiban memberi kesempatan kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan dasar. Teori Pencapaian Kinerja Pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek masukan (input), proses (process), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact) (Anggraini dan Puranta, 2010). Pada pemerintah daerah, pengukuran kinerja merupakan penilaian terhadap input-output-outcome-benefitimpact, sedangkan benefit pada dasarnya merupakan outcome jangka menengah dan impact adalah outcome jangka panjang. Sehingga dalam perencanaan anggaran pemerintah daerah indikator benefit dan impact tidak dapat diestimasikan dalam periode satu tahun anaggaran. METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah semua sekolah di Kabupaten Boyolali. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Teknik

sampel ini dipilih karena sampel yang digunakan berhubungan dengan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, sehingga sampel yang diambil adalah semua SD/MI dan SMP/MTs baik Negeri maupun Swasta di Kabupaten Boyolali. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang tersedia di DPPKAD dan Disdikpora Kabupaten Boyolali. Metode Analisis Data 1. Analisis Capaian Kinerja Pendidikan Dasar 9 Tahun Analisis capaian kinerja pendidikan diketahui melalui indikator kinerja. Indikator tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu input, output dan pencapaian. Analisis input mencakup kualifikasi guru, kualifikasi kepala sekolah, rasio hubungan siswa-guru-rombel, keadaan fisik, angka kecukupan jumlah sekolah. Analisis output mencakup Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni. Angka Putus Sekolah, dan Angka Tinggal Kelas, sedangkan analisis pencapaian menggunakan angka kelulusan. 2. Analisis Penyerapan Anggaran Analisis ini dilakukan dengan membandingkan rencana dengan realisasi APBD untuk sektor pendidikan. Nilai kewajaran rasio antara realisasi dan rencana anggaran tidak lebih kurang dari 95%. Semakin tinggi angka penyerapan maka semakin tinggi pula pula tingkat akurasi proses perencanaan anggaran dan semakin besar pula potensi pengaruh belanja pendidikan Pemerintah Daerah dalam mempengaruhi kualitas pelayanan pendidikan.

3. Rata-rata Lama Belajar (Average Study Time) Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama lulusan dalam menggunakan waktu belajar, menggunakan metode statistik kohort (kelompok belajar). Analisis ini dihitung dengan formula sebagai berikut: Rata-rata Lama Belajar: 4. Input-Output Ratio Rasio ini membandingkan antara murid yang lulus dengan murid yang masuk awal dengan memperhatikan waktu standar untuk lulus. lebih tepatnya, rasio ini membandingkan antara tingkat masukan dan keluaran dalam pendidikananalisis ini dihitung dengan formula sebagai berikut: Rasio Input-Output: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Pencapaian Kinerja 1. Pendidikan SD/MI a. Analisis Input 1) Kualifikasi Guru SD/MI Kualifikasi guru SD/MI Negeri telah memenuhi standar kualifikasi minimal sebesar 40% sedangkan SD/MI Swasta belum memenuhi standar tersebut.

2) Kualifikasi Kepala Sekolah SD/MI Kualifikasi kepala sekolah SD/MI Negeri telah memenuhi standar kualifikasi minimal sebesar 75% sedangkan SD/MI Swasta belum memenuhi standar tersebut. 3) Rasio Hubungan Siswa-Guru-Rombel Guru SD/MI Capaian kinerja baik Negeri maupun Swasta tidak efisien, karena berdasarkan Standar Nasional seorang guru SD/MI mengajar 28 siswa, dan hasil analisis menunjukkan 1 rombel kurang dari Standar Nasional 28 siswa. Hal yang sama juga terjadi pada capaian kinerja hubungan siswa dengan rombel dimana satu rombel digunakan 28 siswa yang belum memenuhi Standar Nasional. Capaian kinerja baik Negeri maupun Swasta terhadap satu guru pada satu rombel. Capaian kinerja baik Negeri/Swasta terdapat kelebihan guru, namun tidak dapat dipungkiri ada beberapa kecamatan yang mengalami kekurangan guru, sehingga perlu diadakan transfer guru dari kecamatan lain. 4) Prosentase Keadaan Fisik SD/MI Capaian kinerja baik Negeri/Swasta memiliki prosentase tinggi, namun untuk keadaan fisik rusak pada sekolah Swasta cukup tinggi. 5) Angka Kecukupan Jumlah Sekolah di Tingkat SD/MI Capaian kinerja baik Negeri/Swasta memiliki kelebihan sekolah, namun untuk SD/MI Negeri mendekati ideal.

b. Analisis Output 1) Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD/MI APK mengalami penurunan, namun masih di atas 80%. 2) Angka Partisipasi Murni Tingkat SD/MI APM mengalami penurunan, namun masih di atas 80%. 3) Angka Putus Sekolah SD/MI Capaian kinerja baik Negeri/Swasta telah memenuhi Standar Nasional dalam angka putus sekolah yaitu di bawah 1%. 4) Angka Tinggal Kelas SD/MI Capaian kinerja baik Negeri/Swasta angka tinggal kelas masih di atas standar nasional yaitu di atas 1%. c. Analisis Pencapaian Kinerja Capaian kinerja baik Negeri/Swasta telah memenuhi standar nasional dengan angka kelulusan di atas 90%. 2. Pendidikan SMP/MTs a. Analisis Input 1) Kualifikasi Guru SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta tahun 2010 dan 2011 sudah memenuhi kualifikasi minimal akademik S1 sebesar 40%. 2) Kualifikasi Kepala Sekolah SMP/MTs Capaian kinerja baik sekolah Negeri/Swasta tahun 2010 dan 2011 sudah memenuhi kualifikasi minimal akademik S1 sebesar 75%.

3) Rasio Hubungan Siswa-Guru-Rombel Guru SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta tidak efisien, karena tidak memenuhi standar nasional, yaitu 1 rombel terdapat 3 guru mapel. Capaian kinerja baik Negeri sudah memenuhi angka ideal, namun untuk sekolah Swasta tidak efisien karena setiap rombel kurang dari 32 siswa. Capaian kinerja baik Negeri/Swasta terdapat kelebihan guru, namun ada beberapa kecamatan yang kekurangan guru, sehingga perlu diadakan transfer guru dari Kecamatan lain. 4) Prosentase Keadaan fisik SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta memiliki prosentase tinggi, namun untuk keadaan fisik rusak pada sekolah Swasta cukup tinggi. 5) Angka Kecukupan Jumlah Sekolah di Tingkat SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta menunjukkan angka ideal, sedangkan untuk sekolah Swasta mengalami kelebihan sekolah. b. Analisis Output 1) Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs APK mengalami penurunan, namun masih di atas 80%. 2) Angka Partisipasi Murni SMP/MTs APM mengalami penurunan, namun masih di atas 80%. 3) Angka Putus Sekolah SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta telah memenuhi standar nasional yaitu di bawah 1%.

4) Angka Tinggal Kelas SMP/MTs Capaian kinerja baik Negeri/Swasta angka tinggal kelas telah memenuhi standar nasional yaitu di bawah 1%. c. Analisis Pencapaian Kinerja Pendidikan Capaian kinerja baik Negeri/Swasta telah memenuhi standar nasional dengan angka kelulusan di atas 90%. Hasil Analisis penyerapan Anggaran Penyerapan anggaran pendidikan di Kabupaten Boyolali telah memenuhi Standar Nasional dengan realisasi anggaran tidak kurang dari 95%. Hasil Analisis Rata-Rata Lama Belajar Hasil analisis menunjukkan di Kabupaten Boyolali siswa telah memenuhi standar rata-rata lama belajar, yaitu pada tingkat SD/MI rata-rata lama belajar seorang lulusan adalah 6 tahun, dan di tingkat SMP/MTs adalah 3 tahun. Hasil Analisis Rasio Input-Output Hasil analisis menunjukkan di Kabupaten Boyolali perbandingan antara jumlah siswa baru yang masuk dengan siswa yang lulus stabil. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis capaian kinerja program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dengan belanja pendidikan cenderung tidak stabil namun masih diatas rata-rata 80% atau kategori cukup baik. Tersedianya pelayanan pendidikan dasar yang

bermutu dan merata, serta meningkatnya mutu pendidikan telah menunjukkan pencapaian sesuai yang direncanakan, yaitu tidak kurang dari 80%. 2. Hasil analisis penyerapan anggaran menunjukkan bahwa penyerapan anggaran pendidikan di Kabupaten Boyolali telah memenuhi Standar Nasional dengan realisasi anggaran tidak kurang dari 95%. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan anggaran sektor pendidikan di Kabupaten Boyolali cukup tinggi. 3. Hasil analisis rata-rata lama belajar pada tingkat SD/MI menunjukkan hasil yang stabil, pada tahun 2010 sebesar 6,04 dan tahun 2011 sebesar 6,04. Pada tingkat SMP/MTs rata-rata lama belajar di tahun 2010 dan 2011 stabil, yaitu di angka 3,00. Hal ini menunjukkan bahwa di tingkat SD/MI rata-rata lama belajar seorang lulusan adalah 6 tahun, dan di tingkat SMP/MTs adalah 3 tahun. 4. Hasil analisis rasio input-output di tingkat SD/MI menunjukkan hasil yang cukup stabil yaitu pada tahun 2010 sebesar 94,31% dan tahun 2011 sebesar 89,91% sedangkan di tingkat SMP/MTs pada tahun 2010 99,54%, tahun 2011 sebesar 103,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah siswa baru yang masuk dengan siswa yang lulus stabil. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran bagi peneliti mendatang hendaknya dapat meneliti dengan obyek lebih luas ke sejumlah kabupaten atau provinsi yang ada di Indonesia dan juga meneliti lebih lanjut tidak hanya terbatas pada tingkat efisiensiensi namun juga efektivitas anggaran.

DAFTAR PUSTAKA Amalina, Desi. 2012. Analisis Belanja Publik Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Kinerja Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Boyolali. (skripsi yang tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS: Surakarta. Anggraini, Yunita, dan Hendra Puranta. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan APBD Secara Komprehensif. Yogyakarta: STIM YKPN. BEC-TF. 2008. Pedoman Praktis: Analisis Belanja Publik Pendidikan Dasar di Tingkat Kabupaten/Kota. Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Gorontalo: PT Indeks. Fatah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fatah, Nanang. 2012. Standar Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Harsono. 2008. Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta: Surayajaya Press. Lestarini, Ade Hapsari. 2013. Anggaran Pendidikan 2013 Naik Jadi Rp345,3 Triliun.(online),(http://kampus.okezone.com/read/2013/06/27/373/828584/ang garan-pendidikan-2013-naik-jadi-rp345-3-triliun, diakses 23 Agustus 2013). Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Muhaimin, dkk. 2010. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana. Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pembiayaan antar-pemerintah untuk sektor pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun. Siaran Pers. 2013. Belanja Lebih Banyak atau Belanja Lebih Baik: Memperbaiki Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. (online), (http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2013/03/14/spending-moreor-spending-better-improving-education-financing-in-indonesia, diakses tanggal 23 Agustus 2013). Suhardan, Dadang, Ridwan, dan Enas. 2012. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Dasar No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wibowo, Agus. 2013. Akuntabilitas untuk Meningkatkan Mutu dan Citra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wold Bank. 2008. Investasi dalam Pendidikan pada Tingkat Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta: Indonesia.