PERAN KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PERCEPATAN SWASEMBADA PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN: KOMPONEN STRATEGIS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN

Abstrak

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

Balai Pengkjian Tenknologi Pertanian (BPTP) Jambi Alamat

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

PENDAMPINGAN SL-PTT PADI, JAGUNG DAN KACANG TANAH DI KABUPATEN BULUKUMBA. Andi Darmawidah, dkk

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYERAHAN BANTUAN ALAT MESIN PERTANIAN DARI KEMENTERIAN PERTANIAN RI

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI "Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan"

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK ABSTRAK

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Kata kunci : Adopsi, VUB padi, Produktivitas, Jawa Timur

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD): Rekomendasi Kebijakan Penyempurnaan Pelaksanaan Program UPSUS Pajale ke Depan: Evaluasi UPSUS Pajale 2015

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena produk yang di

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH IRMANSYAH RUSLI NURHAYATI ERMIDIAS

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STRATEGI PEMANFAATAN SAWAH BUKAAN BARU (Kasus di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

KERJASAMA KHUSUS 1. Adaptasi perubahan iklim melalui disain model simulasi tanaman padi di lahan rawa Provinsi Jambi.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

Keragaan Varietas Unggul Baru Inpari dan Inpara di Kabupaten Kutai Kartanegara

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

LAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

Transkripsi:

PERAN KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PERCEPATAN SWASEMBADA PANGAN Pendahuluan 1. Masalah fundamental pertanian pangan (padi) dan bersifat klasik di Indonesia adalah lahan sempit: rata-rata 0,2-0,3 ha per keluarga petani. Dalam sejarah panjang pertanian di Indonesia, lahan sempit tidak mampu membuat para petani mencapai tingkat keekonomian dan kesejahteraan. Hampir seluruh budidaya padi dikerjakan oleh petani berlahan sempit, kalaupun ada korporasi yang terjun langsung biasanya bermitra dengan petani. Di sisi lain, program pemerintah telah mampu meningkatkan produksi padi, namun demikian, peningkatan produksi padi tersebut tidak selalu dibarengi oleh adanya perbaikan kesejahteraannya petani. Produktivitas tidak bisa dilepaskan dari peran teknologi pertanian. 2. Telah cukup banyak inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian mengenai VUB tanaman dan komponen teknologi pertanian, tetapi tidak banyak diadopsi dan lambat diimplementasikan petani. Sebagai contoh, cara tanam pindah pada usahatani sawah (tandur) dengan sistim tanam Jajar Legowo merupakan salah satu inovasi terobosan dalam teknologi budidaya pertanian dan diklaim oleh peneliti dan institusi Badan Litbang Pertanian dapat meningkatkan produktivtas lebih dari 15%, sangat lambat diadopsi para petani. 3. Sama dengan teknologi Jajar Legowo, sudah lebih dari 200 varietas padi dirilis oleh Kementerian Pertanian, sebagian besar hasil Badan Litbang Pertanian, namun hanya beberapa varietas saja yang diadopsi petani secara meluas dan betahan cukup lama, diantaranya IR64 dan Ciherang. Menurut data Ditjen Tanaman Pangan 2015 luas tanam kedua varietas tersebut masih sekitar 42% dari total luas tanam padi di Indonesia. 4. Dalam upaya mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petani dalam menerapkan sistem tanam Jarwo dan adopsi VUB, serta mendapatkan pemecahannya ke depan, PSEKP telah melakukan Focus Group Discussion (FGD) tentang Peran Komponen teknologi dalam Percepatan Swasembada Pangan: Kasus Teknologi Tanam Jarwo dan VUB, pada tanggal 7 September 2015 di Bogor, dan sebagai pembicara adalah adalah Kepala Pusat Penyuluhan Badan PSDMP, peneliti dari Puslitbangtan dan PSEKP, serta dihadiri oleh para pejabat terkait lingkup Kementerian Pertanian, para peneliti Badan Litbang Pertanian, staf pengajar IPB, dan pengusaha benih swasta. Untuk memperdalam hasil yang telah dicapai pada tingkat nasional, FGD dilanjutkan dilakukan di Provinsi NTB (Sekretariat Bakorluh Provinsi NTB) pada tgl 5 Oktober 2015, sebagai pembicara adalah Kepala Sekretariat Bakorluh Provinsi NTB, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi NTB, dan Plt. Kepala BPTP NTB, dan peserta yang diundang adalah para pejabat terkait lingkup Kementerian Pertanian, peneliti BPTP NTB, staf Dinas Pertanian Tanaman Pangan, staf pengajar Unram, BPS NTB, penyuluh, dan KTNA. Tingkat Penerapan Paket Teknologi SLPTT/GP-PTT Kasus NTB 5. Dalam periode Oktober 2014 s/d Maret 2015 rata-rata penerapan sistem tanam jajar legowo sebagai salah satu paket teknologi SLPTT/GP-PTT di NTB telah mencapai 32,26%, dimana 1

persentasi terluas terdapat di Kota Bima (96,0%) dan terendah di Kabupaten Lombok Utara (10,0%). Peningkatan tanam serempak rata-rata mencapai 78%, tertinggi terjadi di Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, dan Sumbawa masing-masing 90%, dan terendah di Kota Mataram (20%). 6. Penerapan sistem irigasi berselang dan macak-macak rata-rata mencapai 44,80%, dimana tertinggi terdapat di Kabupaten Bima (100%) dan terendah di Kota Mataram (8,0%). Penerapan pemupukan berimbang/spesifik lokasi rata-rata mencapai 74,7%, tertinggi terdapat di Kobupaten Lombok Barat (100%) dan terendah di Kabupaten Sumbawa (50%). Sementara penerapan varietas unggul baru bermutu dan pengendalian hama terpadu masing-masing mencapai 98% dan 66%. Dari sekian varietas unggul baru bermutu yang sudah beredar, ternyata petani paling banyak menanam varietas Ciherang dan IR 64. Kendala Penerapan Sistem Tanam Jarwo dan VUB 6. Sistem tanam Jajar Legowo adalah penataan tanaman padi dengan mengatur jarak tanam sedemikian rupa untuk mencapai populasi tanaman optimal dan jumlah tanaman yang mendapatkan efek pinggir lebih banyak dibandingkan dengan cara tanam biasa, sehingga diharapkan mampu menghasilkan produktivitas lebih tinggi dari cara tanam konvensional/tegel. Hal ini telah dibuktikan oleh petani yang menerapkan secara baik bahwa usahatani padi dengan sistem tanam jajar legowo rata-rata mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 0,78 ton GKG atau lebih tinggi 14,13% dibanding sistem tegel (6,30 ton GKG/ha berbanding 5,52 ton GKG/ha). Namun dalam kenyataannya, tidak semua petani mau menerapkan. Selain itu, berbagai VUB yang telah dihasilkan dan diperkenalkan oleh Balitbangtan sebagai salah satu paket teknologi dalam SLPTT/GP-PTT belum banyak diadopsi, hal ini terbukti petani pada umumnya hanya mau menanam verietas Ciherang dan IR 64. 7. Bebarpa kendala dalam mendorong petani untuk menerapkan sistem tanam Jarwo, seperti: i. Banyak penyuluh yang belum paham betul tentang sistem tanam jarwo sehingga mereka belum mampu menjelaskan secara baik kepada petani apa itu sistem jarwo dan apa kelebihannya. ii. Pelatihan sistem tanam jarwo yang diberikan selama ini adalah kepada petani pemilik/penggarap lahan, bukan kepada regu/brigade tanam sehingga teknik sistem tanam jarwo sehingga penerapannya tidak benar, dimana hal ini terlihat dari jumlah populasi tanaman malah lebih rendah dari sistem tegel yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas tidak beda nyata atau malah lebih rendah dari cara tanam konvensional. Langkanya tenaga tanam dan disisi lain sistem jarwo membutuhkan biaya tanam yang lebih mahal. Adanya sistem tebasan dimana pedagang menghargai hasil produksi per ha tidak beda dengan sistem tegel telah menyebab petani tidak mendapatkan insentif untuk menerapkan sistem tanam jarwo. 2

v. Sistem tanam jarwo yang juga mengatur penanam benih tunggal masih diragukan petani, karena petani sudah terbiasa tanam 2-3 benih per lubang. vi. VUB yang diperkenalkan ke petani tidak cocok dengan lokasi setempat sehingga tidak mampu memberikan produktivitas yang lebih baik dibanding verietas yang sudah biasa ditanam petani. 8. Beberapa kendala dalam mendorong petani untuk menanam VUB adalah: i. VUB yang diperkenalkan petani tidak sesuai dengan keinginan petani sehingga petani masih ragu untuk menanamnya. ii. Ada beberapa VUB yang diperkenalkan sudah cocok dengan keinginan petani serta petani ingin untuk menanamnya, namun masalahnya adalah jumlah verietas tersebut belum banyak dijual di pasaran/logistiknya masih terbatas, sehingga menghambat petani untuk menanamnya. Jenis varietas yang ditanam petani seringkali harus disesuaikan dengan keinginan pedagang/pasar, karena kalau varietas beda beda dengan yang diinginkan pedagang akan dihargai lebih rendah. Tidak optimalnya produktivitas satu varietas yang namanya hampir sama seperti Inpari 13 yang pernah terjadi di suatu lokasi tekah mengurangi kepercayaan petani terhadap varietas Inpari lainnya. v. Demplot VUB sebagai wahana untuk melakukan diseminasi masih terbatas di lahan BPP atau pada lokasi tertentu saja dimana jaraknya agak jauh dari petani, sehingga tidak semua petani punyak akses untuk melihat dan membuktikan keunggulan VUB tersebut dibandingkan varietas yang biasa ditanam petani, sehingga petani raguragu untuk menanamnya tanpa sebelumnya melihat bukti di lapangan. Saran Tindak Lanjut 9. Belajar dari kendala dan permasalahan yang dihadapi daam menerapkan sistem tanam Jarwo dan VUB di atas, maka beberapa upaya yang dapat dilakukan ke depan dalam upaya mendorong petani untuk menerapkan sistem tanam Jarwo dan menanam VUB, seperti: i. Poros pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian yang selama ini dianut melibatkan tiga pilar yaitu Peneliti-Penyuluh-Petani perlu diperluas dengan memasukkan stakeholder di hilir yang menjadi pengguna akhir produk pertanian. Hal ini diperlukan terutama untuk penciptaan teknologi benih unggul. Peneliti pemulia seharusnya mempertimbangkan selera konsumen akhir pada saat memulai mengembangkan penelitian untuk menghasilkan benih unggul baru. Dengan demikian, poros atau rantai (chain) penciptaan dan diseminasi teknologi pertanian merupakan alur dua arah mulai dari peneliti/pemulia/perekayasa-penyuluh-petanipengolah/pedagang-konsumen akhir. 3

ii. Meningkatkan kemampuan penyuluh melalui pelatihan terhadap pemahaman sistem tanam jarwo agar mereka mampu menjelaskan secara baik kepada petani sehingga petani menjadi percaya tentang keunggulan sistem jarwo dibandingkan dengan sistem tegel, termasuk tambahan manfaat yang mampu dihasilkan sistem tanam jarwo sangat nyata sekalipun perlu biaya tanam yang lebih besar. Pelatihan sistem tanam jarwo harus ditujukan kepada regu/brigade tanam sebagai pelaku langsung di lapangan, dan bukan kepada petani pemilik/penggarap lahan yang selama ini dilakukan. Dengan perubahan target peserta pelatihan ini diharapkan penerapan sistem tanam jarwo bisa dilakukan secara benar sehingga kontribusinya dalam peningkatan produktivitas padi menjadi nyata dan tidak diragukan lagi oleh petani. Dalam sistem tanam jarwo sebaiknya lebih fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi dan budaya petani terkait jumlah benih per lubang, sebaliknya lebih difokuskan pada aspek jarak tanam dengan tujuan populasi bisa meningkatkan. v. Mengingat penebas masih mengharga hasil produksi sistem tanam jarwo dan tegal adalah sama, maka perlu mendorong petani untuk tidak lagi menjual dalam bentuk tebasan dan sebaliknya menjual dalam bentuk gabah/beras agar tambahan manfaat yang dihasilkan melalui sistem tanam jarwo bisa dinikmati petani. vi. vii. v ix. Dalam upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan biaya tanam yang lebih mahal pada sistem tanam jarwo dari sistem tegal, maka upaya mendorong petani untuk menerapkan sistem tanam jarwo perlu juga diikuti dengan introduksi alat tanam jarwo atau rice transplanter yang pengelolaanya bisa dilakukan melalui kelembagaan UPJA. Dalam upaya percepatan diseminasi VUB yang sudah banyak dihasilkan oleh lembaga pemerintah seperti Badan Litbang Pertanian, BPPT, LIPI, BATAN, dan perguruan tinggi, bantuan benih pemerintah kepada petani sebaiknya juga memperkenalkan varietas-varietas baru tersebut pada lokasi spesik yang sesuai dengan agroekosistem dan preferensi konsumen setempat/lokal. Apabila respon/ penerimaan petani pada benih yang diintroduksi ini cukup baik, pada tahun berikutnya volume bantuan dan daerah penerima bantuan dapat diperluas. Melalui cara ini, akan didapatkan beberapa saja benih unggul yang benar-benar diterima petani yang memiliki sifat-sifat unggul sehingga peningkatan produktivitas dan pendapatan petani dapat ditingkatkan. Agar lebih banyak petani yang bisa melihat kelebihan VUB, maka pengenalannya sebaiknya tidak dilakukan pada lokasi terbatas, sehingga disarankan: (i) dilakukan pengembangan demplot dalam skala luas (5-10 hektare) di banyak tempat dan (ii) dilakukan sosialisasi VUB introduksi ke pelaku usaha pangan di off farm, yaitu pedagang, pengusaha penggilingan padi, perusahaan benih, dan konsumen akhir. Sebagai antisipasi kekurangan percayaan petani pada satu varietas tertentu, maka perlu dipertimbangkan untuk melihat kembali cara penamaan varietas yang 4

namanya hampir sama agar tidak menyulitkan dalam mendorong petani untuk mengadopsinya. x. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kembali penangkar padi VUB daerah (lokal) untuk mendukung konsep 6 tepat. xi. Penguatan logistik benih khususnya untuk varietas yang banyak diminati petani perlu dilakukan untuk mendorong adopsi VUB lebih banyak lagi. 5