PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DENGAN KLASTERISASI INDUSTRI KERTAS BERDASAR POTENSI SIMBIOSIS INDUSTRI GULA DAN KERTAS DI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

TUGAS AKHIR PW Penentuan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Probolinggo

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Prioritas Faktor Pengembangan Kawasan Industri Gula Toelangan Melalui Pendekatan Konsep Simbiosis Industri

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

P E N U T U P P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia bisnis semakin ketat khususnya

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

ANALISIS EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) II PROPINSI JAWA TIMUR (KAB. SAMPANG, KAB. PAMEKASAN DAN KAB.

MANAJEMEN RISIKO KINERJA AGROINDUSTRI GULA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

EKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

pertambangan. Seperti contohnya perubahan lahan menjadi lahan pertambangan. Berdasarkan hasil penelitian Hermansyah (1999), tanah bekas tambang emas

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah

Kementerian Pertanian

Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional

STABILISASI HARGA GULA MENUJU SWASEMBADA GULA NASIONAL

PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI. Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah)

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DENGAN KLASTERISASI INDUSTRI KERTAS BERDASAR POTENSI SIMBIOSIS INDUSTRI GULA DAN KERTAS DI JAWA TIMUR RYSKA ZARETTA N. NRP 3608 100 004 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg.

LATAR BELAKANG Kerusakan Hutan Kerusakan hutan sekitar 0,7 juta hektar per tahun pemulihan lahan sekitar 0,5 juta hektar per tahun (Mentri LH) Pengembangan industri sejalan dengan pengembangan ekonomi wilayah (Deni, 2007) Perlunya bahan baku alternatif non-kayu Potensi simbiosis industri gula dan kertas Terdapat 8 industri kertas, 29 PG di Jawa Timur Kayu sebagai bahan baku industri kertas 1 rim kertas telah mengorbankan dua meter persegi hutan alam (WWF) BUMN sektor produksi kertas akan meningkatkan orientasi penggunaan bahan baku nonkayu, yakni ampas tebu dari limbah pabrik gula. Pemanfaatan ampas tebu telah mulai dikembangkan pada BUMN produksi kertas di Pulau Jawa dan akan terus ditingkat produksinya. (Dr Ir Agus Pakpahan, Kementrian BUMN-RI) Dukungan Pemerintah Pembentukan Cluster Industri Kertas Potensi penerapan simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur

RUMUSAN MASALAH Industri gula di Jawa Timur menghasilkan limbah ampas tebu yang melimpah yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif industri kertas sehingga mendorong diterapkannya simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur. Selama ini, pengembangan simbiosis antara industri gula dan kertas yang terjadi belum memunculkan suatu kerja sama yang terbentuk dalam sebuah cluster industri. Cluster industri sangat mampu menunjang kinerja industri-industri di dalamnya karena memiliki suatu ikatan kerja sama dalam berbagai aspek industri maupun kewilayahannya sehingga adanya cluster akan mampu meningkatkan ekonomi wilayah. TUJUAN DAN SASARAN Menentukan cluster-cluster industri kertas yang yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur sehingga dapat meningkatkan ekonomi wilayahwilayah yang terlibat Analisa faktor penentu terbentuknya cluster industri kertas di Jawa Timur. Teriditentifikasinya industri-industri gula dan kertas yang dapat bersimbiosis dalam satu cluster di Jawa Timur. Terbentuknya cluster-cluster industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur.

RUANG LINGKUP Ruang Lungkup Pembahasan Penelitian ini membahas bagaimana cluster simbiosis industri gula dan kertas yang terbentuk di Jawa Timur serta wilayah-wilayah yang terlibat dalam masing-masing cluster serta cluster industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur. Ruang Lingkup Substansi Substansi yang dibahas dalam penelitian ini adalah teori-teori yang memuat faktor yang mempengaruhi terbentuknya cluster simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur serta teori tentang cluster Industri. Ruang Lingkup Wilayah Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah cluster industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur untuk meningkatkan ekonomi wilayah Jawa Timur.

Tinjauan Pustaka

INDUSTRI DALAM EKONOMI WILAYAH kegiatan industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan pertumbuhan wilayah (Yeates dan Gardner dalam Arifin, 1997) Pertumbuhan industri yang pesat, selain akan merangsang sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku, juga merangsang pengembangan sektor jasa sehingga dapat memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat (Daniel Anugrah, 2011) SIMBIOSIS INDUSTRI Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi bahan baku industri lain (Deni 2007). Simbiosis industri merupakan suatu kerjasama antar industri yang bertujuan untuk mengefisiensi pemanfaatan sumber daya, serta meningkatkan kualitas ekonomi dan lingkungan. Adanya pertukaran material yang meminimalisir penggunaan energi dan bahan baku dalam simbiosis industri dapat meminimalisir sampah/limbah, membangun suatu ekonomi berkelanjutan, serta pengembangan ekologi dan hubungan sosial (Lowe, 2001).

TEORI CLUSTER MICHAEL E. PORTER PENGERTIAN Menurut Porter (1998) Cluster merupakan konsentrasi geografis perusahaan dan institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu. Mereka berhubungan karena kebersamaan dan saling melengkapi. DIAMOND MODEL

Kebijakan Pendukung Cluster (OECD, 2007) a. Kebijakan Regional/ Wilayah Kebijakan ini fokus pada membangun keunggulan kompetitif suatu wilayah dengan mengedepankan aktor dan sumber daya lokal. b. Kebijakan Pengembangan IPTEK Pendekatan dalam kebijakan ini adalah melibatkan industri dan sektor-sektor komersial terkait dalam hal pembiayaan pengembangan IPTEK maupun penelitian untuk pengembangan cluster. c. Kebijakan Industri Kebijakan ini mendukung kepentingan industri dan teknologi. Biaya Transportasi 1 2 No Penggagas Weber Isaard 3 Bowensex dan Closs Jarak Penentu Biaya Transportasi Berat Lokasional Jarak Aksesibilitas Jarak Kepadatan

Indikator dan Variabel Penelitian SINTESA TEORI Sasaran Indikator Variabel Teriditentifikasinya industri-industri Biaya transportasi yang Jarak gula dan kertas yang dapat minimum BesarMuatan bersimbiosis dalam satu cluster di Jawa Timur. Terbentuknya cluster-cluster Ketersediaan prasarana Ketersediaan industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur. jaringan dan sara pendukung jalan Ketersediaan dan Ketersediaan tenaga kerja kualitas tenaga kerja usia produktif Tingkat pendidikan masyarakat usia produktif Ketersediaan melek huruf masyarakat Adanya industri dan sektor terkait Penyedia bahan baku tebu Industri penerima output industri kertas Adanya pemerintah peran Kebijakan cluster pendukung

METODE PENELITIAN

TEKNIK ANALISA DATA Menentukan industri-industri gula dan kertas yang dapat bersimbiosis di Jawa Timur. Analisa Program Linier Penentuan cluster-cluster simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur dilakukan dengan analisa biaya transportasi minimum dengan mempertimbangkan ketersediaan ampas tebu oleh industri gula dan kebutuhan bahan baku industri kertas sehingga alat analisa yang digunakan Program Linier. Fungsi Tujuan Fungsi Kendala Fungsi Kendala Terbentuknya cluster-cluster industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur Pembentukan cluster industri kertas di masing-masing wilayah dilakukan dengan analisa deskriptif terhadap teori cluster Porter yang disesuaikan dengan kondisi eksisting wilayah-wilayah anggota cluster hingga ditemukan karakteristik dari masing-masing cluster. Dari karakteristik masing-masing cluster yang telah teridentifikasi dapat diketahui cluster-cluster industri kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Timur

GAMBARAN UMUM

Provinsi Jawa Timur memiliki 29 Kabupaten dan 9 Kota. Sektor industri merupakan penyumbang ekonomi sebear 27% dari seluruh sektor yang ada di Jawa Timur. Arah dan kebijakan pengembangan industri di jawa timur, terbagi atas 5 hal, yaitu : Fasilitasi pengembangan pada upaya memperkuat struktur industri, meningkatkan, dan memperluas pemanfaatan teknologi. Serta meningkatkan nilai pengganda (multiplier) Mengembangkan industri manufaktur diutamakan pada beberapa sub-sektor prioritas yang mampu menyerap banyak tenaga kerja; memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti makananminuman dan obat-obatan); mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam lokal; dan memiliki potensi pengembangan ekspor. Mengembangkan subsektor industri yang terkait (related industries) dan sub-sektor industri penunjang (supporting industries) bagi industri manufaktur prioritas. Fasilitasi penelitian dan pengembangan industri manufaktur untuk teknologi produksi. Termasuk pengembangan manajemen produksi, yang memperhatikan kesinambungan lingkungan, dan teknik produksi yang ramah lingkungan. Fasilitasi peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja industri untuk meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. (Disperindag Jawa Timur, 2011)

PEMBAHASAN

Faktor dan Variabel Penelitian No Faktor Komponen Faktor Faktor-faktor Penentu Anggota Utama Cluster Industri Kertas 1. Faktor kedekatan industri kertas dan industri gula Jarak industri-industri gula terdekat dengan industri kertas 2. Faktor besar kebutuhan bagasse oleh industri kertas Besarnya bagasse yang dibutuhkan industri kertas menurut kapasitas produksinya 3. Faktor besar ketersediaan bagasse oleh industri gula Besarnya bagasse yang dapat dikeluarkan industri gula untuk industri kertas Faktor-faktor Pembentuk Cluster Industri Kertas 1. Faktor tersedianya jaringan jalan arteri antar wilayah dalam satu cluster Adanya jaringan jalan arteri yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam satu cluster. 1. Faktor tingginya ketersediaan sumber daya manusia berkualitas Banyaknya masyarakat usia produktif di wilayah anggota cluster. Tingginya prosentase lulusan masyarakat di wilayah anggota cluster Tingginya prosentase masyarakat melek huruf di wilayah anggota cluster 2. Faktor banyaknya industri terkait dan pendukung Banyaknya penyedia bahan baku industri gula berupa tebu di suatu cluster Banyaknya industri penerima output industri kertas di suatu cluster Faktor Pendukung Keberadaan Cluster Industri Kertas 1. Faktor peran pemerintah Peran pemerintah yang dapat dilakukan untuk mendukung cluster

No Industri Kertas 1 PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Lokasi Industri Kertas Surabaya Industri Gula PG Gempolkerep PG Lestari PG Soedhono PG Purwodadi PG Watoetoelis PG Gempolkrep 2 PT Adiprima Suraprinta Mojokerto 3 PT Suparma Surabaya PG Toelangan PG Kedawoeng PG Wonolangan 4 PT Ekamas Fortuna Malang 5 PT Pabrik Mojokerto Kertas Indonesia PG Kebonagung PG Kremboong PG Djombang Baroe PG Tjoekir PG Lestari PG Meritjan PG Pesantren Baru PG Redjosarie PG Pagottan PG Kanigoro Lokasi Industri Gula Mojokerto Nganjuk Ngawi Magetan Sidoarjo Mojokerto Sidoarjo Pasuruan Probolinggo Industri Kertas dan Gula yang Dapat Bersimbiosis dengan Optimal 6 PT Kertas Leces Probolinggo PG Djatiroto PG Wonolangan PG Gending Malang Sidoarjo Jombang Jombang Nganjuk Kediri Kediri Magetan Madiun Madiun Lumajang Probolinggo Probolinggo

Cluster Industri Kertas yang Terbentuk

Karakteristik Masing-masing Cluster

Karakteristik Masing-masing Cluster

SARAN Dalam penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat berguna bagi kelanjutan penelitian ini di kemudian hari. Saran-saran tersebut adalah: Penelitian ini tidak menggunakan seluruh elemen dalam Model Diamon dikarenakan perlu analisa lebih lanjut mengenai keberlangsungan cluster sedangkan penelitian ini hanya sebatas awal terbentuknya cluster industri kertas dengan segala karakteristiknya. Penelitian ini hanya sebatas pembentukan cluster industri kertas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan cluster industri untuk mengembangkan cluster ini.

TERIMA KASIH