INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10)

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN KEANEKARAGAMAN HAYATI ARTROPODA SEBAGAI MUSUH ALAMI PA DA EKOSISTEM PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

EXISTENCE OF BROWN PLANTHOPPER S NATURAL ENEMIES ON SOME RICE VARIETIES USING DIFFERENT CULTIVATION TECHNIQUES

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

Musuh Alami. Pengendalian Hayati

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Artikel untuk Majalah Ilmiah Populer WUNY September 2012 TEKNIK PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN PADI DENGAN KONSERVASI MUSUH ALAMI

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

Memahami Konsep Perkembangan OPT

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

SOSIALISASI TEKNIK KONSERVASI MUSUH ALAMI WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens) PADA PETANI PEREMPUAN

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to users I. PENDAHULUAN

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

PENGGUNAAN MUSUH ALAMI SEBAGAI KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PADI BERBASIS EKOLOGI 1)

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Hama Penting pada Tanaman Padi 1. Jenis hama padi 2. Bioekologi hama padi 3. Pengelolaan hama padi

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

hama wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) dan pengendaliannya

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Transkripsi:

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10) PERANAN MUSUH ALAMI HAMA UTAMA PADI PADA EKOSISTIM SAWAH Sartono Joko Santosa Joko Sulistyo PENDAHULUAN Ekosistem pertanian adalah ekosistem yang sederhana dan monokultur jika dilihat dari komunitas, pemilihan vegetasi, diverssitas spesies, serta resiko terjadi ledakan hama dan penyakit. Musuh alami berperan dalam menurunkan populasi hama sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Hal ini terbukti dari setiap pengamatan dilahan pertanian, khususnya padi, beberapa jenis musuh alami selalu hadir dipertanaman. Ekosistem persawahan secara teoritis merupakan ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan ekosistem persawahan tidak hanya ditentukan oleh diversitas struktur komunitas, tetapi juga oleh sifat-sifat komponen, interaksi antar komponen ekosistem. Hasil penelitian mengenai kajian habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama khususnya wereng batang coklat (WBC). Predator WBC umumnya polifag akan memangsa berbagai jenis serangga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunitas persawahan merupakan komunitas yang beranekaragam (Untung, 1992). Tidak tertutup kemungkinan bahwa pada ekosistem pertanian dapat dijumpai keadaan yang stabil. Apabila interaksi antar komponen dapat dikelola secara tepat maka kestabilan ekosistem pertanian dapat diusahakan. Untuk mempertahankan ekosistem persawahan yang stabil maka konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dapat diterapkan. PHT mendapatkan efisiensi pengendalian yaitu mengurangi insektisida dan memanfaatkan metoda non kimia. Di persawahan, musuh alami jelas berfungsi, sehingga akan terjadi keseimbangan biologis (Baehaki, 1991). Keseimbangan biologis ini kadang-kadang tercapai, tetapi 1

Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistim Sawah bisa juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena factor lain yang mempengaruhi, yaitu perlakuan agronomis dan penggunaan insektisida. LATAR BELAKANG Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu dan disetiap tempat. Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan maka tindakan mengurangi serangan OPT melalui pemanfaatan serangga khususnya musuh alami dan meningkatkan diversitas tanaman seperti penerapan tanaman tumpang sari, rotasi tanaman dan penanaman lahan-lahan terbuka dapat dilakukan karena meningkatkan stabilitas ekosistem serta mengurangi resiko gangguan OPT. mekanisme-mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenisitas, persaingan intraspesies dan interspesies, suksesi, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan (Untung dan Sudomo, 1997). Salah satu komponen PHT adalah pengendalian dengan menggunakan musuh alami. Teori mendasar dalam pengelolaan hama adalah mempertimbangkan komponen musuh alami dalam strategi pemanfaatan dan pengembangannya. Taktik pengelolaan hama melibatkan musuh alami untuk mendapatkan penurunan status hama disebut pengendalian hayati (Pedigo, 1999). Pemanfaatan musuh alami tidak menimbulkan pencemaran, dari segi ekologi tetap lestari dan untuk jangka panjang relative murah. Pengendalian dengan memanfaatakan musuh alami untuk secara biologis adalah kerja dari factor biotis seperti parasitoid, predator dan pathogen terhadap mangsa atau inang, sehingga menghasilkan suatu keseimbangan umum yang ebih rendah daripada keadaan yang ditunjukkan apabila factor tersebut tidak ada atau tidak bekerja (De Bach, 1979; Stern et al., 1959). Pengendalian biologi merupakan salah satu pengendalian yang dinilai cukup aman karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu : 1). Selektivitas tinggi dn tidak menimbulkan hama baru, 2). 2

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10) Organisme yang digunakan sudah tersedia dialam, 3). Orgqanisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya, 4). Dapat berkembang baika dan menyebar, 5). Hama tidak menjadi resisten atau kalau terjadi sangat lambat, dan 6). Pengendlaian berjalan dengan sendirinya (Van Emden, 1976). Pengendlaian biologi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 1). Pengendalian biologialami yaitu pengendalian hama dengan musuh alami, tanpa campur tangan manusia, 2). Pengendalian biologi terapan yaitu pengendalian hayati dengan campur tangan manusia (Sosromarsono, 1993). Telah diketahui berbagai jenis musuh alami yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : parasitoid, predator dan pathogen. Terdapat 79 jenis musuh alami WBC diantaranya 34 parasitoid, 37 predator dan 8 patogen (Chiu, 1979). Musuh alami yang potensial untuk penggerek batang padi (PBP) adalah parasitoid. Ada 3 jenis parasitoid PBP yaitu : Tetrastichus schenobii Ferr., Telenomus rowani Gah., dan Trichogramma japonicum Ashm (Jepson, 1954; Soehardjan, 1976). Sampai saat ini telah diketahui 36 spesies jamur pathogen serangga (JPS) pada tanaman padi (Carruthers and Hural, 1990). Diantara pathogen tersebut Hirsutella citriformis, Metarrhizium anisopliae dan Beauveria bassiana mempunyai potensi untuk mengendalikan WMC. Keberadaan musuh alami hama khususnya hama padi sangat penting dalam menentukan populasi hama tersbut. Parasitoid dan predator mampu menurunkan padat populasi hama, sedangkan infeksi JPS dapat mematikan dan mempengaruhi perkembangan hama, menurunkan kemampuan reproduksi, serta menurunkan ketahanan hama terhadap predator, parasitoid dan pathogen lainnya (Wardojo, 1986). POTENSI MUSUH HAMA UTAMA PADI Musuh alami hama-hama tanaman padi adalah salah satu komponen dalam PHT. Musuh-musuh alami tersebut terddiri dari predator, parasitoid dan pathogen serangga. Hama padi yang sering menimbulkan kerusakan adalah WBC, PBP, Tikus dan Ganjur. Pada kesempatan ini akan diuraikan potensi musuh alami WBC dan PBP. 3

Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistim Sawah Parasitoid WBC yang sering dijumpai di lapang adalah Anagrus sp. (Hymenoptera; Mymaridae), Gonatocerus sp. (Hymenoptera; Mymmaridae) dan Oligosita sp. (Hymenopter, Trichogrammatidae). Anagrus sp. Adalah parasitoid telur WBC dan wereng hijau. Beberpa jenis Anagrus sp. Di Asia adalah Anagrus incarnates Holiday, Anagrus japanicus Sahad, Anagrus nigriventris Giraulti, Anagrus flaveolus Waterhouse, Angrus frequens Perkins, Anagrus hirashinae Sahad, Anagrus subfuscus Forster, Anagrus optabilis Perkins, Anagrus paniciculae Sahad dan Angrus perforator Perkins (Sahad and Hirashima, 1984). Anagrus sp. yang dominant di Indonesia adalah A. optabilis dan A. flaveolus. Perilaku parasitoid di lapangan sangat menentukan keefektifannya dalam menurunkan populasi WBC. Kemampuan Anagrus sp., memparasit telur WBC mencapai 38 % pada tanaman padi dan 36-64 % terhadap WBC yang berada pada rumput-rumput lainnya. Siklus hidup Anagrus sp. 11-13 hari. Oligosita sp. adalah parasitoid telur wereng batang dan wereng daun. Ada dua jenis Oligosita sp. yaitu Oligosita aesopi girault dan Oligosita neas Girault. Siklus hidup Oligosita sp. 11-12 hari. Kemampuan Oligosita sp. memparasit telur WBC berkisar antara 10,5-37,2 % (Diani et al., 1992). Gonatocerus sp. juga parasitoid telur wereng batang dan wereng daun. Beberapa spesies dari Gonatocerus sp. di Asia adalah : G. decvivitatakus, G. lotoralis, G. narayani, G. fukuokensis, G. sulfuripes, G. ulterdecomes, G. mumarus, G. cicadellae, G. miurae dan G. cincticipitis (Sahad and Hirashima, 1984). Gonatoceruus sp. mampu memparasit telur WBC berkisar antara 1,16-6,04 %, wereng hijau 34,08 % dan wereng punggung putih 7,05 % (Atmaja dan Kartohardjono, 1990; Baehaki dan Iman, 1991). Ketiga parasitoid tersebut mampu menurunkan populasi wereng dan brpotensi untuk dimanfaatkan sebagai musuh alami wereng. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan memangsa, siklus hidup dan kemampuan berkembang biak. Jika dibandingkan dengan wereng, kemampuan parasitoid berkembang biak lebih sedikit, tetapi umur (siklus hidup lebih pendek), sehingga populasi parasitoid dapat mengimbangi wereng dan sekaligus kemampuan parasitoid memparasit wereng (Tabel 1). 4

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10) Tabel 1. Aspek biologi dan potensi parasitoid telur wereng No. Jenis Wereng Siklu s hidup Parasitoid Siklus hidup (hari) Kemampuan Memparasit ( % ) WBC WH WPP (hari) 1. Wereng batang coklat ± 30 Anagrus sp. 11-13 36-64 37,14 32,15 2. Wereng hijau ± 30 Oligosita sp. 11-12 10,5-37,2 - - 3. Wereng punggung putih ± 30 Ganatocerus sp. 11-17 1,16-6,04 34,08 7,05 Sumber : Diani et al., (1992); Atmadja dan Kartohardjono, (1990); Shepard et al., (1977). Predator adalah binatang yang memakan binatang lain. Sebagian besar predator bersifat polifag artinya memangsa berbagai jenis binatang yang berbeda. Disamping itu sebagian predator bersifat kanibal, artinya memangsa sesamanya. Banyak jenis predator yang memangsa wereng, tetapi hanya beberapa yang mempunyai porensi menurunkan populasi wereng yaitu Lycosa pseudoannulata (Araneida; Lycosidae), Paederus sp. (Coleoptera; Coccinellidae), Ophionea sp. (Coleoptera; Carabidae), Coccinella sp. (Coleoptera; Coccinellidae) dan Cyrtorhinus lividipennis (Hemiptera; Miridae). L. pseudoannulata mempunyai sifat kanibal bila tidak ada mangsa. Mencari mangsa pada malam hari serta berpindah sangat cepat. Siklus hidup L. pseudoannulata 3-4 bulan. L. pseudoannulata memangsa penggerek batang, wereng. Kemampuan memangsa 4 WBC/hari (Vreden and Zabidi, 1986; Kartohardjono et al., 1989). Ophionea sp. memangsa 2,73 WBC/hari, sedangkan kombinasi dari 2 Paederus sp. + 1 Ophionea sp. mampu memangsa 7 WBC/hari (Kartohardjono, 1988). Pada pertanaman padi di Klaten MP. 1986/1987, Ophionea sp. dijumpai pada minggu kelima setelah tanam dan populasinya meningkat jika WBC meningkat 5

Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistim Sawah (Kartohardjono, 1988). Kedua predator tersebut mampu menurunkan populasi wereng sehingga dapat berperan sebagai musuh alami yang potensial (Tabel 2). Tabel 2. Aspek biologi dan potensi L. pseudoannulata dan Ophionea sp. terhadap WBC. No. Jenis predator Siklus hidup Siklus hidup Kemampuan predator (hari) WBC (hari) memangsa/hari 1. L. pseudoannulata 90 120 30 4 2. Ophionea sp. 30 30 2,72 Sumber : Vreden and Zabidi (1986) ; Kartohardjono et al., (1989) ; Kartohardjono (1988). Paederus fuscifes Curt mencari mangsa malam hari dan lebih banyak memangsa pada stadia awal, karena wereng pada stadia awal ukurannya lebih kecil dan belum aktif bergerak sehingga lebih mudah dimangsa. Kemampuan memangsa rata-rata 4,9 WBC/hari (Laba dan Kilin, 1994). Siklus hidup P. fuscifes dari telur sampai menjadi serangga dewasa rata-rata 80,53 hari, kemampuan bertelur 101-109 butir, sedangkan pertentase menjadi serangga dewasa adalah 48,10 %. Laju pertumbuhan intrinsic ( r ) adalah 0,06. Berdasarkan nilai r dapat ditentukan populasi pada waktu t dengan rumus : N t = N o e rt menjadi N t = N o e 0.06t dengan keterangan N o = populadi awal; e = bilangan alami (2,72) dan r = 0,006. Persamaan diatas menunjukkan bahwa seekor serangga betina menghsilkan keturunan 6 pasang selama satu bulan dan 41 pasang selama 2 bulan. Laju pertumbuhan WBC; WPP dan WH masing-masing 0,1 ; 0,04 dan 0,17 (Fachrudin, 1980; Baehaki, 1984a; 1984b). Lama hidup serangga dewasa WBC; WPP dan WH berkisar antara 20-30 hari. Kemampuan bertelur berkisar antara 270-902 butir untuk WBC, 200-300 butir untuk WH dan ± 600 butir untuk WPP. Persentase penetasan dan menjadi serangga dewasa ± 50 %. Cyrtorhinus lividipennis Reuter adalah salah satu predator wereng yang sangat efektif dan tersebar di Asia Tenggara, Australia dan pulau-pulau di daerah Pasifik 6

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10) (Peter, 1978). Kepik C. lividipennis bersifat polyphag, karena dapat memangsa beberapa jenis wereng. Stadium nimfa dan dewasa dapat memangsa wereng, khususnya stadia telur wereng. Seekor kepik dapat memangsa 4,1 telur/hari (IRRI, 1978). Siklus hidup C. lividipennis berkisar antara 21,1-24 hari (Suenaga, 1963). Lama hidup serangga dewasa berkisar antara 21-25 hari. Satu ekor kepik mampu bertelur 146 butir (Manti et al., 1982). Peluang hidup menjadi serangga dewasa adalah 17 %. Laju pertumbuhan intrinsik 0,11 sehingga persamaan pertumbuhan populasi eksponensial menjadi N t = N o e 0,11 t artinya seekor serangga betina dapat menghsilkan keturunan 25 pasang selama satu bulan dan 652 pasang selama dua bulan. Verenia lineate Thumb. adalah serangga yang banyak dijumpai pada tanaman padi. Serangga ini bersifat polyphagous dan banyak terdapat disekitar bunga, padi dan jagung, namun banyak memakan serangga. Mangsa utama V. lineate adalah wereng batang dan wereng daun. Siklus hidup V. lineate dari telur sampai menjadi dewasa ialah 29 hari. Lama hidup serangga dewasa berkisar antara 101,4-106,2 hari. Persentase penetasan telur 91,99 %, sedangkan persentse menjadi serangga dewasa 48,75 % (Laba et al., 1993). Kemampuan V. lineate memangsa adalah 2,83 WBC / hari. Laju pertumbuhan intrinsic ( r ) V. lineate adalah 0,06, sehingga persamaan pertumbuhan populasi eksponensial menjadi Nt = N 0 e 0,06t, artinya seekor serangga betina dapat menghsilkan keturunan 5,35 pasang selama satu bulan dan 41 pasang dalam waktu 2 bulan (Laba, 1998). Predator dapat memangsa lebih dari satu inang dalam menyelesaikan satu siklus hidupnya dan pada umumnya bersifat polyphagous, sehingga predator dapat melangsungkan hidupnya tanpa tergantung satu inang. Berdasrkan kemampuan memangsa, siklus hidup, laju pertumbuhan, populasi dan umur serangga dewasa, maka ketiga predator tersebut diatas dapat menurunkan populasi wereng. (Tabel 3). 7

Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistim Sawah Tabel 3. Aspek biologi dan potensi predator P. fuscifes, C. lividipennis dan V. Lineata. No. Jenis predator Siklus hidup predator (hari) Lama hidup serangga dewasa (hari) Siklus hidup WBC Kemampuan memangsa WBC/hari (hari) 1. P. fuscifes 20,98 80,53 30 4,9 2. C. lividipennis 21,1-24 21-25 30 4,1 telur 3. V. lineate 29 101,4-106,2 30 2,83 Sumber : Laba dan Kilin, (1994) ; Suenaga, (1963) ; Laba et al., (1993). Nilai r P. fuscifes dan V. lineate lebih rendah dibandingkan dengan N. virescens dan N. lugens, tetapi lebih tinggi dibandingkan S. furcifera. Disamping itu lama hidup serangga dewasa kedua predator lebih lama dibandingkan wereng sehingga diharapkan mampu mengatasi tingkat serangan wereng. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa musuh alami selalu hadir pada pertanaman, dilingkungan persawahan walaupun tidak ada tanaman padi. Peranan predator memangsa inang berbeda-beda, stadia serangga dimangsa juga berbeda. Sifat ini sanggat menguntungkan karena setiap stadia hama selalu ada musuh alami untuk menurunkan populasi hama. Pathogen serangga adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Mikroorganisme yang berperan sebagai pathogen pada serangga adalah cendawan virus, bakteri, protozoa dan riketsiae (Santosa, 1993). Pathogen yang menyerang hama utama padi khususnya WBC antara lain dari golongan cendawan yaitu : Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae dan Hirsutella citriformis. Keberadaan jamur pathogen serangga didalam populasi hama berperan sangat penting dalam menentukan tingkat populasi hama tersebut. Kematian WBC sebesar 90 % akibat aplikasiu suspensi miselia Hirsutella citriformis dengan konsentrasi 0,02 g miselia/ml (dosis aplikasi 30 ml/aplikasi (Priyatno et al., 1992). 8

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (1-10) Metarrhizium anisopliae dapat menurunkan populasi wereng coklat sampai 66 % dengan konsentrasi 10 10 10 15 spora/ha (Baehaki dan Noviyanto, 1993). Musuh alami PBP yang paling potensial adalah parasitoid telur. Ada tiga jenis parasitoid telur PBP yaitu Tetrastichus schoenobii Ferr, Telenomus rowani Gah., dan Trichogramma japonicum Ashm. Kemampuan ketiga parasitoid tersebut untuk menurunkan populasi PBP bervariasi, tergantung dari tempat dan lingkungannya. T. schoenobii mempunyai peranan paling besar dalam menurunkan populasi PBP, sedang T. rowani dan T. japonicum peranannya bergantian. Daur hidup T. japonicum berkisar antara 7-9 hari. Kemampuan bertelur rata-rta 38,60 butir. Kemampuan T. japonicum memparasit telur PBP adalah 31,40 telur dengan kepadatan inang 187,6 telur (59,6 %) (Laba et al., 1997). Daur hidup T. rowani berkisar antara 10-12 hari. Kemampuan bertelur rata-rata 64,47 butir. Keperidian T. rowani adalah 49 ekor. Kemampuan memparasist telur PBP adalah 30,4 telur dengan kepadatan inang 181,2 telur (59,5 %) (Laba et al. 1997 ; Laba, 1998). Daur hidup T. schoenobii berkisar antara 11-14 hari. Keperidian T. schoenabii adalah 65 ekor. Kemampuan memparasit telur PBP adalah 60-98 % (Nurbaeti et al., 1992). PBP adalah inang parasitoid tersebut diatas. Ngengat PBP aktif pada malam hari, tertarik cahaya dan mempunyai daya terbang yang kuat (Pathak, 1968). Seekor ngengat PBP mampu bertelur 100-600 butir (Soejitno, 1991). Stadium telur 4-5 hari. Jumlah telur yang berhasil menetas menjadi larva ± 75 %. Kenerhasilan hidup dari larva menjadi serangga dewasa berkisar antara 10-58 %, dan sangat tergantung keadaan lingkungan sekitarnya (Grist and Lever, 1969; Kalshoven, 1981; Sato dan Marimoto, 1962; Nurbaeti et al., 1992). Stadium larva berkisar antra 22-23 hari (Soejitno, 1979). Stadium pupa berkisar antara 8-14 hari (Kalshoven, 1981). Ketiga parasitoid tersebut mampu menurunkan populasi PBP, sehingga peluang pemanfaatannya sebagai agen pengendalai PBP cukup besar. 9

Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistim Sawah DAFTAR PUSTAKA I Wayan Laba, (2001). Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/ S3, Institut Pertanian Bogor, (P. 702). 10