TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri



dokumen-dokumen yang mirip
KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

IV. PENGINDERAAN JAUH

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

JENIS CITRA

Ir. Mohammad Sholichin, MT., P.hD Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya &

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP)

Interpretasi Citra dan Foto Udara

BAHAN AJAR : DASAR-DASAR PENGINDERAAN JARAK JAUH (INDERAJA = REMOTE SENSING)

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

Bab 5 HASIL-HASIL PENGINDERAAN JAUH. Pemahaman Peta Citra

METODE SURVEI DESKRIPTIF UNTUK MENGKAJI KEMAMPUAN INTERPRETASI CITRA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS TADULAKO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

Cara memperoleh Informasi Tidak kontak langsung dari jauh Alat pengindera atau sensor Data citra (image/imagery) a. Citra Foto Foto udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

Judul PENGINDERAAN JAUH. Mata Pelajaran : Geografi Kelas : I (Satu) Nomor Modul : Geo.I.04

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DASAR DASAR PENGINDERAAN JAUH

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono

PE GA TAR PE GI DERAA JAUH

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam geografi kita akan mempelajari segala sesuatu yang tampak di permukaan

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota

UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA INDERAJA DARI GOOGLE EARTH

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana. fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

Gambar 1. Satelit Landsat

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi

TINJAUAN PUSTAKA. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TINJAUAN PUSTAKA. ini didefenisikan oleh Parker pada tahun 1962, pada symposium pertama tentang

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BUKU AJAR. : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik. Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

KLASIFIKASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC PADA CITRA IKONOS MULTI SPEKTRAL ( STUDI KASUS : TUTUPAN LAHAN SURABAYA TIMUR )

Laboratorium / Lapangan : Laboratorium SIG dan Komputer KONTRAK KULIAH

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengolahan citra. Materi 3

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK KAJIAN DENSIFIKASI RUMAH MUKIM PERKOTAAN. Oleh I Wayan Treman Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNDIKSHA ABSTRAK

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Transkripsi:

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri 1. Pengertian Penginderaan Jauh Menurut Lilesand et al. (2004) mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris disebut Remote Sensing, bahasa Perancis disebut Teledetection, bahasa Jerman adalah Fernerkundung, Portugis menyebutnya dengan Sensoriamento Remota, Rusia disebut Distantionaya, dan Spanyol disebut Perception Remota. 2. Komponen Penginderaan Jauh a. Tenaga Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu tenaga alami dan tenaga buatan. Tenaga alami berasal dari matahari dan tenaga buatan biasa disebut pulsa. Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga matahari disebut sistem pasif dan yang menggunakan tenaga pulsa disebut sistem aktif. Sistem pasif dengan cara merekam tenaga pantulan maupun pancaran. Dengan menggunakan pulsa kelebihannya dapat digunakan untuk pengambilan gambar pada malam hari. b. Objek Objek penginderaan jauh adalah semua benda yang ada di permukaan bumi, seperti tanah, gunung, air, vegetasi, dan hasil budidaya manusia, kota, lahan pertanian, hutan atau benda-benda yang di angkasa seperti awan. Materi ini disampaikan pada kegiatan kunjungan siswa dan guru Madrasah Aliyah Negeri Cibalong ke Laboratorium Jurusan Pendidikan Geografi pada 12 Maret 2009. Dosen Pengampu Mata Kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Jurusan Pendidikan Geografi UPI. 1

c. Sensor Sensor adalah alat yang digunakan untuk menerima tenaga pantulan maupun pancaran radiasi elektromagnetik. Contohnya kamera udara dan scanner. d. Detektor Detektor adalah alat perekam yang terdapat pada sensor untuk merekam tenaga pantulan maupun pancaran. e. Wahana Sarana untuk menyimpan sensor, seperti pesawat terbang, satelit dan pesawat ulang-alik. 3. Sistem Penginderaan Jauh Sistem penginderaan jauh dibedakan atas sistem fotografik dan non fotografik. Sistem fotografik memiliki keunggulan sederhana, tidak mahal, dan kualitasnya baik. Sistem elektronik kelebihannya memiliki kemampuan yang lebih besar dan lebih pasti dalam membedakan objek dan proses analisisnya lebih cepat karena menggunakan komputer. Berdasarkan tenaga yang digunakan sistem penginderaan jauh dibedakan atas tenaga pancaran dan tenaga pantulan. Berdasarkan wahananya dibedakan atas sistem penginderaan dirgantara (airbone sistem), dan antariksa (spaceborne sistem). 2

Gambar 1 : Sistem Penginderaan Jauh Berdasarkan cara analisis dan interpretasi datanya, yaitu interpretasi secara visual dan interpretasi secara digital. Data penginderaan jauh dapat berupa citra foto dan citra digital. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek atau biasanya berupa gambaran objek pada foto. Terdapat beberapa alasan yang melandasi peningkatan penggunaan citra penginderaan jauh, yaitu sebagai berikut. 1. Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di permukaan bumi. 2. Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen. 3. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop. 4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial. Citra foto dapat dianalisis secara visual. Citra foto dibedakan berdasarkan spektum elektromagnetik yang digunakan, yaitu 3

a. foto ultraviolet, foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet dari spectrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 m. b. foto ortokromatik, foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 m 0,56 m) c. foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spectrum tampak. Gambar 2: Foto Udara Pankromatik d. Foto inframerah asli, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 m dan hingga 1,2 m bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus. Gambar 3 : Foto Udara Inframerah 4

Berdasarkan kamera yang digunakan, a. foto tunggal yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal b. foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan multikamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarahkan pada satu daerah sasaran, kamera multilensa atau satu kamera dengan beberapa lensa, dan kamera tunggal, berlensa tunggal dengan pengurai warna. Berdasarkan warna yang digunakan, foto udara dibedakan atas: a. Foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu warna objek tidak sama dengan warna foto. Objek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spectrum inframerah tampak merah pada foto. b. Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna Gambar 4: Foto Udara Warna Asli Citra digital dapat dianalisis dengan menggunakan komputer. Berdasarkan Spectrum elektromagnetik yang digunakan, yaitu a) citra inframerah termal yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. 5

b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Gambar 5 : Citra Radar Berdasarkan wahananya, dibedakan a) citra dirgantara (airborne image) yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara. Misalnya citra inframerah termal, citra radar. b) Citra satelit (satellite/space borne image) yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra satelit dibedakan berdasarkan pengunaannya, yaitu: 1) citra satelit untuk penginderaan planet, sperti Ranger (AS), Viking (AS), luna (Rusia), da venera (Rusia). 2) Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra meteor (Rusia). Gambar 6 : Citra NOAA 6

3) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi, seperti Landsat (AS),Soyus (Rusia) dan SPOT (perancis). Gambar 7 : Citra Landsat 4) Citra satelit untuk penginderaan laut, seperti Seasat (AS), dan citra MOS (Jepang). 4. Interpretasi Citra Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Di dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya objek, identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, sedangkan analisis ialah tahap mengumpulkan keterangan lebih lanjut. Interpretasi citra dapat dilakukan secara visual maupun digital. a. Interpretasi visual Interpretasi visual dilakukan pada citra hardcopy ataupun citra yang tertayang pada monitor komputer. Interpretasi visual adalah aktivitas visual untuk mengkaji 7

gambaran muka bumi yang tergambar pada citra untuk tujuan identifikasi objek dan menilai maknanya. Unsur interpretasi citra terdiri atas sembilan unsur, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi dan konvergensi bukti. a. Rona dan warna (tone/color). Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap putih. Ada tingkat kegelapan warna biru, hijau,merah,kuning dan jingga.rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih,kelabu, kelabu hitam, dan hitam. Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan rona gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam. Gambar 8 : Warna dan Rona b. Bentuk (shape) Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenaliberdasarkan bentuknya saja. seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk empat persegi panjang. Rumah sakit berbentuk empat persegi panjang. 8

c. Ukuran (size) Berupa jarak, luas, tinggi,lereng, dan volume., selalu berkaitan dengan skalanya. ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,kantor, atau industri. Contoh Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau pabrik. ukuran lapangan sepak bola 80 m X 100 m, 15 m X 30 m lapangan tennis, 8 m X 15 m bagi lapangan bulu tangkis. d. Kekasaran (texture) Tekstur adalah halus kasarnya objek pada citra, Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur 1) hutan bertekstur kasar,belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus 2) tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar. 3) permukaan air yang tenang bertekstur halus Gambar 9 : Tekstur e. Pola (pattern) Pola adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah. pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai struktur lipatan. kebun karet, kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur sehingga dapat dibedakan dengan hutan. 9

Gambar 10 : Pola f. Bayangan (shadow) Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap. Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek bangunan, patahan, menara. Gambar 11 : Bayangan g. Situs (site) kaitan dengan lingkungan sekitarnya. tajuk pohon yang berbentuk bintang menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa kelapa,kelapa sawit,enau,sagu, dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya menggerombol dan situsnya di air payau maka dimungkinkan adalah nipah. 10

h. Asosiasi (Association) Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Suatu objek pada citra merupakan petunjuk bagi adanya objek lain. stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta api yang jumlahnya bercabang. selain bentuknya yang persegi panjang, lapangan bola ditandai dengan situsnmya yang berupa gawang. i. Konvergensi bukti Konvergensi bukti adalah teknik interpretasi dengan menggabungkan beberapa unsure interpretasi untuk menemukan objeknya. Misalnya pada foto udara terdapat pohon yang berbentuk bintang, dengan pola yang tidak teratur, dan ukurannya 10 meter dan tumbuh di daerah payau (situsnya). Sehingga dapat dilihat bahwa pohon tersebut adalah sagu. b. Interpretasi Citra Digital Interpretasi citra digital melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. 1. Menginstal terlebih dahulu program Er-Mapper atau ENVI yang merupakan program (software ) untuk mengolah citra. 2. Import data, mengimpor data satelit yang akan digunakan ke dalam format Er Mapper. 3. Menampilkan citra,untuk mengetahui kualitas citra yang akan digunakan. Jika kualitas citranya jelek seperti banyak awan maka proses pengolahan citra tidak dilanjutkan. 4. Rektifikasi data, untuk mengoreksi kesalahan geometrik sehingga koordinat citra sama dengan koordinat bumi. 5. Mozaik citra, yaitu menggabungkan beberapa citra yang saling bertampalan. 6. Penajaman citra, yaitu memperbaiki kualitas citra sehingga mempermudah pengguna dalam menginterpretasi citra. 7. Komposisi peta, yaitu membuat peta hasil interpretasi citra dengan menambahkan unsur-unsur peta seperti simbol,legenda, skala, koordinat, dan arah mata angin. 11

8. pencetakan, yaitu output peta citra yang hasilnya dapat digunakan tergantung keperluan. Gambar 12 : Interpretasi Citra Digital DAFTAR PUSTAKA DigitalGlobe. 2007. QuickBird Imagery Products (Product Guide). DigitalGlobe, Inc., Longmont. ESRI. 1998. Spatial Analyst. Environmental System Research Institut (ESRI) Inc, Redlands California. Lilesand. T.M., W. Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New York. Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Mather, P.M. 1987. Computer Processing of Remotly Sensed Data. Jhon Willey& Sons, London. Suharyadi. 2001. Penginderaan Jauh untuk Studi Kota. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 12

13