JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Subtitusi Asbuton Butir 20/25 pada Aspal pen. 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal AC-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

NASKAH SEMINAR INTISARI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KARAKTERISTIK MARSHALL MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN CAMPURAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

PENGARUH VARIASI SUHU PENCAMPURAN DAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

METODOLOGI PENELITIAN

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN AGREGAT SIMEULUE DENGAN VARIASI ASPAL RETONA BLEND 55 DAN ASPAL PENETRASI 60/70

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN GRADASI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS PENGIKAT (AC-BC)

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP :

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

Transkripsi:

KAJIAN VARIASI SUHU PEMADATAN PADA BETON ASPAL MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 Syarwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail: Syarwanst@yahoo.com Abstract The compaction temperature greatly affects the characteristics of hot mix asphalt. But in the execution, the required temperature is often not achieved, because the transport of AMP to a remote work site, the queue during the execution and weather cause the temperature decreases. The decreasing temperature causes the bond between grains in hot mix asphalt, so that its density is not achieved. From the problem above, the study concerns about the influence of temperature is required. The purpose of this study is to determine the effect of compaction of Marshal Parameter, so that the proper compaction to produce a good quality of hot mix asphalt using asphalts Retona Blend 55 on Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) is known. The compaction was done from variations of 70 o C, 90 o C, 110 o C, 130 o C and 150 o C. The Optimum Bitumen Content (OBC) was obtained 5.30% and used for the various compaction temperatures. The results showed that the compaction temperature greatly affected the parameter of Marshal hot mix asphalt AC-BC. The compaction temperature that was still eligible for hot mix asphalt AC-BC was at 130 o C-150 o C, whereas for the temperature below 130 o C, it was no longer eligible. The highest stability was achieved at 150 o C of the compaction temperature with the 160 o C of mixing temperature. Keyword: Asphalt Retona Blend 55, hot mix asphalt AC-BC, Compaction Temperature, Marshall Parameter PENDAHULUAN Lapisan beton aspal merupakan salah satu jenis lapisan perkerasan yang digunakan untuk pembangunan jalan menggunakan perkerasan lentur. Lapisan perkerasan ini terdiri dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada Asphalt Mixing Plant (AMP) pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan untuk dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu. Suhu sangat mempengaruhi nilai parameter Marshall yang dihasilkan. Suhu pencampuran yang sangat tinggi menyebabkan aspal kehilangan sifat viskositasnya dan bila suhu pencampuran terlalu rendah menyebabkan aspal tidak seluruhnya menyelimuti material dan mengisi rongga antar meterial. Suhu pemadatan yang lebih tinggi dari persyaratan menyebabkan terjadinya bleeding pada saat pemadatan dan suhu pemadatan yang rendah menyebabkan campuran beton aspal sulit untuk dipadatkan karena viskositas tinggi sehingga tidak tercapai kepadatan yang diinginkan. Persyaratan beton aspal tercapai bila pelaksanaan di lapangan, suhu pencampuran dan suhu pemadatan dikerjakan sesuai dengan persyaratan. Kejadian di lapangan sering tidak tercapai suhu yang diinginkan, terutama suhu pemadatan. Ini disebabkan oleh jauhnya lokasi pekerjaan dari tempat AMP, proses pengangkutan campuran aspal beton yang tidak menggunakan terpal penutup, proses antrian untuk menuangkan ke dalam Finisher di lokasi pekerjaan, dan pengaruh cuaca yang menyebabkan terjadinya penurunan suhu campuran beton aspal. Penurunan suhu ini menyebabkan berkurang ikatan antar butir pada campuran beton aspal di saat pemadatan, sehingga tidak tercapai kepadatannya. Akibat dari suhu pemadatan yang tidak sesuai, lapisan beton aspal cepat mengalami kerusakan berupa keretakan dan bergelombang sebelum umur rencana tercapai. Dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu, maka diperlukan suatu kajian mengenai pengaruh suhu pemadatan terhadap karakteristik beton aspal, JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

terutama penggunaan aspal Retona Blend 55 yang masih sedikit dalam pelaksanaan jalan di Indonesia. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bahan campuran beraspal panas Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis. Persyaratan teknis agregat kasar untuk bahan campuran beraspal diberikan dalam Tabel. 1. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (75 micron), agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak mengandung lempung atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 03-3407-1994 Maks. 12 % Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40% Kelekatan agregat terhadap Aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95% Kepipihan ASTM D-4791 Maks. 10% Partikel Lonjong ASTM D-4791 Maks. 10% Berat Jenis SNI03-1969-1991 Min 2,5 Penyerapan Terhadap Air SNI03-1969-1991 Maks. 3% Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008) Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan. Aspal Retona Blend 55 merupakan produksi PT. Olah Bumi Mandiri. Aspal retona blend 55 adalah aspal yang telah dimodifikasi/hasil dari campuran antara aspal minyak pen 60 atau pen 80 dengan asbuton hasil olahan semi ekstraksi (refinery buton asphalt). Kegunaan campuran beraspal panas yang menggunakan Retona Blend 55 lebih diutamakan untuk melapisi ruas jalan dengan temperatur perkerasan beraspal yang tinggi untuk melayani lalu lintas berat dan padat yaitu beban lalu lintas rencana > 10.000.000 ESA atau LHR > 2000 kendaraan per hari dengan jumlah kendaraan truk lebih dari 15 % (Dept. Pekerjaan Umum, 2008). Karakteristik aspal Retona Blend 55 ditampilkan pada Tabel 2. Suhu Pencampuran dan Pemadatan Beton Aspal Menurut Sukirman (2003), suhu pencampuran beton aspal adalah antara 140 O C sampai dengan 160 O C. Menurut Bina Marga (1989), pada saat keluar dari instalasi pencampuran, campuran aspal beton harus mempunyai suhu 135 O C sampai dengan 170 O C. Menurut Bina Marga (1989), suhu pemadatan bekisar antara 90 O C sampai dengan 110 O C. Temperatur pencampuran adalah pada temperatur viscositas 170+20 cst, sedangkan temperatur pemadatan pada temperature viscositas 280+30 cst (Sukirman, 2008). Untuk penggunaan aspal Retona Blend 55 pada beton aspal, persyaratan suhu pencampuran dan suhu pemadatan terlihat pada Tabel 3. JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 2

Tabel 2. Karakteristik Retona Blend 55 dan Persyaratan Aspal yang Dimodifikasi dengan Asbuton. No Jenis Pengujian Metode Karakteristik Retona Syarat 1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 SNI 06-2456-1991 40-50 40-55 detik;0,1 mill 2. Titik Lembek; C, SNI 06-2434-1991 55-56 Min. 55 3. Titik Nyala; C, SNI 06-2433-1991 270-330 Min.225 4. Daktalitas, 25 C; cm SNI 06-2432-1991 50-100 Min.50 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 1.05-1,13 Min.1,0 6. Kelarutan dalam Triclilor RSNI M-04-2004 90-93 Min. 90 Ethylen; %berat 7. Penurunan Berat (dengan SNI 06-2440-1991 0,01-2 Max. 2 TOFT);% berat 8. Penetrasi setelah penurunan SNI 06-2456-1991 Min. 55 Min. 55 berat;% asli 9. Daktilitas setelah TFOT, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 Min. 50 10. Mineral Lolos saringan No. 100, %* SNI 03-1968-1990 Min. 90 Min. 90 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008) Tabel 3. Temperatur Campuran Panas dengan Retona Blend 55 No Kegiatan Temeratur ( O C ) 1. Pencampuran benda uji Marshall 160 2. Pemadatan benda uji Marshall 150 3. Pencampuran maks. di AMP 170 180 4. Menuangkan campuran beraspal dari alat pencampur ke alat pengangkut 160 165 5. Pemasokan ke alat penghampar 150 160 6. Pemadatan awal ( roda baja) 130 150 7. Pemadatan utama (roda karet) 95 130 8. Pemadatan akhir (roda baja) 70 95 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008) Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal Parameter Marshall campuran beton aspal dapat diperiksa dengan menggunakan alat Marshall. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan: stabilitas, kelelahan plastis (flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen rongga terisi aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA), Marshall Quotient (MQ). Parameter dan spesifikasi Marshall untuk lalu lintas berat dengan menggunaan aspal Retona Blend 55 diperlihatkan pada Tabel 4. JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 3

Tabel 4 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston Modifikasi (AC- Asb.Modified) SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON WC BC Base Penyerapan Aspal (%) Maks 1,7 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 Rongga dalam campuran (%) Min 3,5 Maks 5,5 Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13 Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min 1000 1800 Maks - - Pelelehan (mm) Min 3 5 Maks - - Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350 Stabilitas Marshall sisa (%) setelah Min perendaman selama 24 jam, 60 o C 75 Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal) Stabilitas dinamis, Lintasan/mm Min 2500 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008) Min 2,5 Durabilitas Menurut Sukirman (2003) durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur. Rasio antara stabilitas benda uji yang direndam 24 jam pada suhu 60 oc, dengan stabilitas benda uji yang direndam selama 30 menit pada suhu yang sama disebut stabilitas sisa (retained stability). Benda uji campuran beraspal dikategorikan awet (durable), bila nilai stabilitas sisa 75 %. METODE PENELITIAN Metode pengujian mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut. Pengujian material agregat Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan adalah dari jenis batu kali yang dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Seulimum Kabupaten Aceh Besar dan diproduksi oleh PT. Perapen Prima Mandiri. Sedangkan filler berupa abu batu dari lokasi yang sama. Pengujian material aspal Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Retona Blend 55 yang diproduksi oleh PT. Olah Bumi Mandiri. Dipilihnya Retona Blend 55 karena pertimbangan deposit yang sangat besar di Indonesia dan mampu meningkatkan kestabilan, ketahanan fatigue dan keretakan akibat temperatur. JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 4

Pemilihan Gradasi agregat Kurva gradasi yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam titik kontrol gradasi Beton Aspal Lapis Aus (AC-BC), seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rancangan Gradasi Agregat Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos ASTM (mm) Spesifikasi Gradasi Uji Rencana 1 25 100 100 3/4 19 90-100 95 1/2 12,5 Maks. 90 70 3/8 9,5 60 No.4 4,75 23-49 40 No.8 2,36 30 No.16 1,18 20 No.30 0,6 16 No.50 0,3 13 No.200 0,075 4-8 6 PAN 0 0 0 Perencanaan Campuran dengan Metode Marshall Banyaknya benda uji untuk mengetahui sifat-sifat campuran dan penentuan kadar aspal masing-masing campuran dapat dilihat pada Tabel 6. Total keseluruhan benda uji adalah 45 Benda Uji. Tabel 6. Jumlah Benda Uji untuk Metode Marshall No. Kadar Aspal Jumlah 1. 4,5 % 3 Buah 2. 5,0 % 3 Buah 3. 5,5 % 3 Buah 4. 6,0 % 3 Buah 5. 6,5 % 3 Buah Total 15 Buah Setelah didapat kadar aspal optimum (KAO), maka dibuat benda uji dengan persen aspal KAO untuk variasi suhu pemadatan. Benda uji pada variasi suhu ini dibuat untuk pengujian dengan rendaman pada suhu 60 o C selama 30 menit dan rendaman 60 o C selama 24 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit dan 24 jam No Suhu Lama Rendaman Pencampuran Pemadatan 30 Menit 24 Jam 70 o C 3 buah 3 buah 90 o C 3 buah 3 buah 1 160 o C 110 o C 3 buah 3 buah 130 o C 3 buah 3 buah 150 o C 3 buah 3 buah Jumlah 15 buah 15 buah JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat atau karakteristik agregat kasar memperlihatkan bahwa agregat tersebut hampir semua dapat digunakan dan menunjukkan bahwa agregat yang diuji memenuhi persyaratan agregat berdasarkan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2008. Hasil pemeriksaan sifat fisis agregat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat No Sifat-sifat Fisis yang Satuan Hasil Syarat 1. Berat jenis ; gr/cm3 2.765 Min. 2.5 2. Penyerapan; % 0,764 Min. 3 3. Berat isi; Kg/dm3 1.564 Min.1 4. Kekerasan ; % 8.57 Mak.30 5. Keausan; % 22.79 Mak. 40 6. Indeks Kepipihan; % 18,04 Mak.10 7. Indeks Kelonjongan; % 12,40 Mak. 10 8. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal % 97 Min. 95 Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Retona Blend 55 memperlihatkan bahwa aspal tersebut dapat digunakan karena memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2008 (Tabel 9.). Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Retona Blend 55 No Sifat-sifat Fisis Satuan Hasil Syarat 1. Berat jenis; gr/cm3 1.1 >1 2. Penetrasi; (0.1 mm) 42 Min. 40 3. Daktilitas; cm 79 Min. 50 4. Titik lembek 0 C 56,5 Min. 55 Hasil pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal Dari hasil pengujian Marshall diperoleh parameter marshal. Rekapitulasi hasil pengujian Marshall untuk variasi kadar aspal Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Kadar Aspal No Karakteristik Kadar Aspal( % ) Spesifikasi Campuran 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Dept. PU 1. Stabilitas (kg) 939,88 1051,4 1043,63 856,85 669,10 >1000 2. Flow Plastis (mm) 4,0 3,3 3,4 3,8 5,8 3 6 3. MQ (Kg) 235,03 316,25 307,24 228,10 116,23 >300 4. Density (gr/cm3) 2,44 2,43 2,42 2,43 2,45 > 2 5. VIM (%) 5,67 5,38 5,02 4,21 2,60 3,5 5,5 6. VMA (%) 15,66 16,44 17,14 17,45 17,09 > 15 7. VFB (%) 63,80 67,27 70,81 75,92 84,91 > 65 JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 6

Hasil pengujian Marshall untuk untuk variasi suhu pencampuran dan suhu pemadatan pada KAO Hasil pengujian dan perhitungan parameter Marshall beton aspal AC-BC untuk variasi suhu pemadatan pada suhu pencampuran 160 o C, rekapitulasi disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall untuk Variasi Suhu Pemadatan Pada Suhu Pencampuran 160 o C No Karakteristik Suhu Pemadatan ( o C ) Spesifikasi Campuran 150 130 110 90 70 Dept. PU 1. Stabilitas (kg) 1089, 1023, 887,93 502,9 353,53 >1000 2. Flow Plastis 3,3 3,4 4,2 4,7 5,8 3 6 3. MQ (Kg) 330,7 301,1 212,07 108,3 61,31 >300 4. Density (gr/cm3) 2,43 2,42 2,36 2,30 2,25 > 2 5. VIM (%) 5,04 5,41 7,81 10,10 12,28 3,5 5,5 6. VMA (%) 16,75 17,08 19,18 21,18 23,10 > 15 7. VFB (%) 69,91 68,31 59,37 52,41 46,90 > 65 8. Durabilitas (%) 81.63 81,17 79.15 76.39 74.24 > 75 PEMBAHASAN Dari Gambar 1 menunjukkan nilai stabilitas semakin tinggi bila suhu pemadatan semakin tinggi. Nilai stabilitas tertinggi adalah 1.069,76 Kg pada suhu pemadatan 150 o C. Nilai stabilitas masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada suhu pemadatan 130 o C yaitu lebih besar dari 1.000 kg. Untuk suhu pemadatan di bawah 130 o C tidak tercapai stabilitas yang disyaratkan. Semakin tinggi suhu pemadatan maka semakin tinggi stabilitas beton aspal lapisan AC-BC, di sebabkan semakin mudahnya antar butiran agregat yang terselimuti aspal untuk merapat pada saat dipadatkan. Suhu pemadatan yang tinggi mempunyai viskositas yang rendah, sehingga lapisan mudah dipadatkan. Nilai flow dari Gambar 1, semakin turun bila suhu pemadatan semakin meningkat. Nilai flow masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada semua suhu pemadatan yaitu antara 3 mm sampai 6 mm. Semakin tinggi suhu pemadatan, maka semakin rendah nilai flow campuran beton aspal AC-BC, disebabkan oleh campuran beton aspal semakin padat dan mempunyai rongga-rongga yang lebih kecil sehingga pada saat dibebani kelenturannya kecil. Dari nilai flow yang masih memenuhi spesifikasi, maka perubahan bentuk (deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan. Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa dengan nilai Marshall quotient campuran beton aspal AC-BC yang masih memenuhi persyaratan lebih besar dari 300 kg/mm adalah pada suhu pemadatan 130 o C sampai dengan 150 o C, sedangkan untuk suhu dibawah 130 o C tidak tercapai persyaratan karena stabilitasnya tidak mencapai yang disyaratkan. Nilai Marshall Quotient berkorelasi negatif dengan nilai flow, penurunan nilai flow mengakibatkan nilai Marshall Quotient semakin meningkat dan bila nilai flow semakin tinggi, maka Marshall Quantient semakin rendah. Suhu pemadatan semakin rendah maka density juga semakin rendah pada semua suhu pemadatan. Hal ini disebabkan oleh semakin rendah suhu pemadatan, maka volume benda uji semakin besar sedangkan berat keringnya tidak berubah. Volume semakin besar JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 7

disebabkan oleh kepadatannya yang kurang karena viskositas aspal retona Blend 55 semakin tinggi. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua suhu pencampuran dan suhu pemadatan memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/cm3. Gambar 1. Hubungan Suhu Pemadatan dengan Stabilitas, Flow, MQ, Density, VIM, VMA, VFB dan Durabilitas JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 8

Dari Gambar 1, hubungan VIM dan suhu pemadatan menunjukkan semakin rendah suhu pemadatan, maka semakin tinggi rongga dalam campuran (VIM). Hal ini disebabkan oleh semakin susah butiran material menjadi rapat pada saat dipadatkan disebabkan oleh semakin tingginya viskositas aspal Retona Blend 55. Akibatnya rongga yang terbentuk semakin besar. Nilai VIM masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC adalah pada suhu pemadatan 130 o C sampai dengan 150 o C yaitu masih dalam 3,5% sampai dengan 5,5%. Hubungan VMA dengan suhu pemadatan semakin meningkatnya suhu pemadatan, maka nilai VMA campuran semakin kecil, karena butiran material semakin rapat pada saat pemadatan. Akibatnya rongga antar agregat semakin kecil. Sedangkan bila suhu pemadatan semakin rendah, maka butiran material semakin sulit merapat karena viskositas aspal yang tinggi, akibatnya rongga antar agregat (VMA) semakin besar. Nilai VMA masih memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 14% pada semua suhu pemadatan. Dari Gambar 1 hubungan VFB dengan suhu pemadatan menunjukkan semakin meningkatnya suhu pemadatan, maka nilai VFB semakin besar. Hal ini disebabkan karena viskositas aspal Retona Blend 55 semakin rendah, sehingga aspal lebih mudah menyelimuti butiran agregat dan mengisi ruang-ruang antar pori agregat. Semakin tingginya viskositas aspal, maka semakin sulit aspal untuk menyelimuti butiran agregat dan mengisi ruang antar pori dalam campuran aspal beton AC-BC, karena suhu pemadatan yang semakin rendah. Nilai VFB masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC adalah pada suhu pemadatan 130 o C sampai dengan 150 o C. Hubungan nilai durabilitas dengan suhu pemadatan terlihat bahwa nilai durabilitas akan semakin tinggi bila suhu pemadatannya juga semakin tinggi, karena aspal semakin padat dan air mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam campuran beton aspal. Sedangkan semakin rendah suhu pemadatan, maka pori dalam campuran semakin besar dan air mudah masuk ke dalam pori campuran beton aspal, sehingga sifat adhesi dan kohesi menjadi berkurang. Durabilitas campuran beton aspal AC-BC yang masih memenuhi persyaratan lebih besar dari 75% adalah pada suhu pemadatan 110 o C, 130 o C dan 150 o C. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan suhu pemadatan sangat mempengaruhi parameter Marshall dan nilai durabilitas campuran beton aspal AC-BC. Suhu pemadatan yang masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC menggunakan aspal Retona Blend 55 adalah pada suhu 130 o C sampai dengan 150 o C, sedangkan untuk suhu di bawah suhu 130 o C tidak memenuhi lagi persyaratan. Suhu pemadatan yang terbaik adalah pada suhu 150 o C yang menghasilkan kinerja campuran yang lebih baik. Saran Pada penelitian ini pembuatan benda uji pada suhu pencampuran untuk suhu pemadatan tidak berdasarkan pengujian viskositas aspal Retona Blend 55. Disarankan untuk penelitian selanjutnya pembuatan benda uji didasarkan pada pencampuran yang diperoleh dari pengujian viskositas, sehingga dapat diketahui nilai parameter Marshall yang dihasilkan berdasarkan viskositas dibandingkan dengan spesifikasi suhu pencampuran dan suhu pemadatan berdasarkan Bina Marga. JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 9

DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum 2008, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal Retona Blend 55 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung. JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 10