BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. UPTPK didirikan kegiatan penyaluran bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAYANAN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN SRAGEN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. PK). Pengembangan kapasitas memainkan peranan penting dalam menunjang

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI STAF AHLI BUPATI SITUBONDO

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR

BAB V PENUTUP. terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ARTIKEL EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BERBASIS ELECTRONIC GOVERNMENT DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II PROGRAM KERJA

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI BUPATI TANGERANG,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL BUPATI BOVEN DIGOEL,

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inisiatif ini?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN DAN KANTOR DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SEKRETARIAT DPRD

BAB II EVALUASI HASIL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Pengelolaan Kompetensi PNS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 64 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

PROPOSAL SIM SUKET (SURAT KETERANGAN DESA)

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil secara Elektronik ( Bimtek Verifikator Level 1 ) e-pupns

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEBO

;;; WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 01 TAHUN 2015

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

POSISI DAN PERAN SIPD DALAM TATA KELOLA DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN DI DAERAH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. KESIMPULAN UPTPK dibentuk dengan serangkaian tugas dan fungsi untuk mengatasi permasalahan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen. Sebelum UPTPK didirikan kegiatan penyaluran bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen masih terdapat beberapa kendala karena kegiatan penanggulangan kemiskinan belum terintegrasi dan parsial serta ditemukan inclusion dan exlusion error dalam sasaran bantuan kemiskinan dilapangan, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang belum terpadu masih bersifat ego sektoral yang dikelola oleh berbagai SKPD. Pembentukan UPTPK merupakan upaya mengatasi masalah penanggulangan kemiskinan khususnya dalam hal koordinasi dan pelayanan publik penanggulangan kemiskinan yang belum terpadu. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil penelitian bahwa kapasitas kelembagaan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan di Sragen masih terdapat kelemahan dan perlu ditingkatkan. Adapun kesimpulan tentang kapasitas variabel kelembagaan UPTPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut : a. Ditinjau dari Kepemimpinan, adanya kepemimpinan strategis dari Bupati Sragen selaku inisiator UPTPK dalam menguatkan kapasitas UPTPK. Bentuk 190

191 kepemimpinan strategis dalam menunjang kapasitas UPTPK terlihat dari keterlibatan aktif dalam proses pembentukan UPTPK, keterlibatan dalam penyusunan program inovatif UPTPK, keterlibatan dalam bentuk monitong dan evaluasi program UPTPK. Komitmen pemimpin terlihat melalui kebijakan untuk mendukung tugas dan fungsi UPT-PK dalam program penanggulangan kemiskinan dengan mengeluarkan 6 Peraturan Bupati terkait tugas dan fungsi UPTPK. UPTPK juga didukung oleh DPRD Kabupaten Sragen dengan menindaklanjuti pembentukan UPTPK dengan membuat Perda Inisiatif No 2 Tahun 013 tanggal 3 Juni 2013. Hal ini menunjukan dukungan politik yang kuat dari local authority dalam mendukung kapasitas UPTPK melaksanakan tugas dan fungsi dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen. b. Ditinjau dari Sumberdaya, UPTPK didukung oleh SDM yang berkualitas yang dipilih dari orang orang terbaik dibidangnya. Kompetensi pegawai pun sesuai dengan latar belakang pendidikan dan direkrut sesuai spesialisasi untuk menguatkan kapasitas UPTPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Selain itu UPTPK didukung oleh sumberdaya Teknologi Informasi dalam pengelolaan database sasaran RTSM sehingga database yang dimiliki UPT- PK menjadi lebih valid dan terintegrasi dengan SKPD terkait secara online. Dari aspek Anggaran serta Ketersediaan SDM saat ini kapasitas dimiliki UPTPK masih lemah. Jumlah anggaran yang tersedia sangat terbatas dan UPTPK belum dapat mengelola anggarannya sendiri dengan otonom. Terkait

192 SDM, jumlah personil di beberapa seksi dirasa masih kurang jika dibandingkan tugas dan fungsi yang dimiliki dan perlu adanya penambahan. Sementara itu terkait status kepegawaian, pegawai di UPTPK masih menginduk ke SKPD asal, konsekuensinya untuk level eselon di UPTPK masih rangkap jabatan di SKPD lain dan rangkap tanggung jawab terhadap pekerjaan di instansi asalnya masing masing. Kedua kelemahan dalam hal kapasitas anggaran dan kepegawaian ini disebabkan status UPTPK yang masih berbentuk unit non struktural dan belum SKPD sehingga belum bisa mengelola anggaran dan SDM secara otonom. c. Ditinjau dari Program Inovatif, UPTPK telah meluncurkan program inovatif dalam bidang layanan kesehatan, pendidikan dan sosial ekonomi. Disebut inovatif karena program yang ada dikemas dengan prosedur baru yang menerapkan pelayanan di satu atap dengan SOP yang jelas dan terukur sehingga alur birokrasi pelayanan terhadap KK Miskin dapat berlangsung cepat dan tidak berbelit belit. Selain itu program yang ada didukung oleh database yang terintegrasi dengan semua SKPD yang proses pendataaan RTSM melalui proses berupa verifikasi dan validasi data yang di lakukan sendiri oleh personil UPTPK ke lapangan sehingga hasilnya lebih akurat. Dalam melakukan proses verifikasi data, UPTPK juga menggunakan teknik yang tidak dilakukan sebelumnya yaitu verifikasi menggunakan form penilaian survey dengan 20 kriteria kemiskinan untuk mengurangi masalah inclusion error dan exclusion error di lapangan. Namun demikian program

193 inovatif yang ada baru menyasar pada pemenuhan kebutuhan dasar KK Miskin dan belum banyak menyentuh program pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat. d. Ditinjau dari Stuktur Organisasi dalam terdapat kejelasan pembagian wewenang antara Kepala UPT-PK,Kasubbag Tata Usaha dan Kepala Seksi. Sebagai bentuk penguatan kapasitas kelembagaan, juga dibentuk UPT-PK Kecamatan. Hal ini juga bertujuan mendekatkan akses pelayanan kepada KK Miskin. UPTPK didukung dengan formalisasi acuan pelayanan melalui SOP yang jelas, serta sikap aparat dalam pelaksanaan tugas berdasarkan acuan dalam SOP. e. Ditinjau dari Koordinasi selama ini koordinasi antara UPTPK dengan SKPD tidak memiliki hambatan. Terlepas dari status UPTPK yang masih unit, namun koordinasi dengan SKPD dengan tingkat eselonisasi yang lebih tinggi berjalan lancar. SKPD berkoordinasi dengan UPTPK terutama masalah pendataan KK Miskin. Secara keseluruhan SKPD terkait menyambut positif keberadaaan UPTPK karena membantu pekerjaan SKPD terutama dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di instansinya agar penyalurannya lebih tepat sasaran. Selain itu Koordinasi antara UPTPK dan Mitra di luar pemerintah seperti Matra dan CFCD selama ini terus dilakukan. Beberapa Komisioner di Matra dan CFCD berasal dari kalangan PNS sehingga memudahkan koordinasi.

194 7.2. REKOMENDASI Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti memberikan saran saran sebagai berikut : 1. UPTPK Kabupaten Sragen merupakan suatu unit dengan fungsi penting dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan sehingga harus diperkuat status kelembagaannya. UPTPK merupakan unit khusus yang membantu SKPD proses verifikasi dan validasi data yang akurat serta menyatukan database KK Miskin se-kabupaten Sragen dalam suatu SIM Kemiskinan yang bernama SIM Saraswati yang merupakan satu-satunya database rujukan bagi penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen. Keberadaan UPTPK dirasakan SKPD maupun masyarakat miskin sebagai suatu hal yang positif dalam program penanggulangan kemiskinan dan perlu dipertahankan keberadaannya. 2. Analisis terhadap kapasitas kelembagaan UPTPK terlihat bahwa keterbatasan Anggaran dan SDM yang merupakan faktor kelemahan yang perlu dibenahi agar kinerja yang dilakukan di UPTPK dapat berjalan efektif dan efisien. Status kelembagaan yang masih bersifat unit mengakibatkan UPTPK memiliki keterbatasan dalam pengelolaan anggaran serta masalah seputar status kepegawaian yang belum sepenuhnya menginduk ke UPTPK. Ditambah lagi jumhlahnya yang masih terbatas. Segenap elemen pemerintah hendaknya membantu mengupayakan peningkatan status kelembagaan UPTPK dari unit menjadi badan atau SKPD tersendiri.

195 3. Perubahan status UPTPK menjadi badan / SKPD dimaksudkan agar UPTPK kedepannya dapat menjadi badan yang otonom dalam pengelolaan anggaran serta SDM sehingga UPTPK pun kedepannya dapat memperluas program layanan tidak hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan dasar saja, namun juga dapat mengelola program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat miskin.