Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan. menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir,

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui,

HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DAN GRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2013 OLEH

Nur Izzah 1, Aida Rusmariana 2, Teti Retnawati 3 ABSTRAK

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan melahirkan bayi yang sehat (Sarwono, 2009) dengan. harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI BPM NUNIK KUSTANTINNA TULANGAN - SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG EMESIS GRAVIDARUM

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan

: umur, paritas, kehamilan ganda, pekerjaan, hiperemesis gravidarum

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PURBARATU KOTA TASIKMALAYA ILMA NURFITRI MA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB V PEMBAHASAN. titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG CARA MENGATASI MUAL MUNTAH DI BPS NY. WIDI ASTUTIK, Amd.Keb.

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa

PENGARUH RIWAYAT HIPEREMESIS GRAVIDARUM TERHADAP BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RRI KEBIDANAN RSUD DR.IBNU SUTOWO BATURAJA

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

MAKALAH MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH. Teknologi Informasi dalam Kebidanan. yang dibina oleh

BAB I PENDAHULUAN. Mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

USIA DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD DOKTER RUBINI MEMPAWAH

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRI MESTER I DI BPS NY. SAYIDAH KENDAL

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum. lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HESTI UTAMI DESA GRANTUNG KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT KESDAM BANDA ACEH. Mayang Sari 1, Imelda 2

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2. Agustus 2011 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MOLLA HIDATIDOSA DI RSUP DR.

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN MORNING SICNKNESS DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL TRIMESTER I PUSKESMAS LIMBA B JURNAL

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO ABSTRAK

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2012 OLEH : Ajeng Galuh Wuryandari SST.

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN PARITAS DAN STATUS NUTRISI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI RB NH KUWARON GUBUG KABUPATEN PURWODADI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Ns.Hj.Sri Rejeki, M.Kep, SP.Mat : Dosen Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Unimus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Transkripsi:

Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Warsuli*) Mona saparwati,s.kp.,m.kep**) purbowati,s.gz.,m.gizi**)bs PROGRAM STUDI D-VI KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO Email : nickyche_sya@gmail.com *) mahasiswa D-IV Kebidanan **) Dosen pembimbing ABSTRAK Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan > 10 kali, terjadi terus menerus dan dapat menyebabkan dehidrasi. Mual dah muntah ini terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Rasa mual biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke-4 (empat), namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalami mual muntah hingga 9 bulan secara terus menerus. Desain penelitian ini menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang bulan januari sampai desember 2015 sebanyak 916 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik total sampling. Alat yang digunakan untuk pengambilan data yaitu data sekunder tentang gravida dan hiperemesis. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Chi Square dengan nilai 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 726 responden (79,3%), primigravida sebanyak 158 responden (17,2%) dan grandemultigravida 32 responden (3,5%). Sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%) dan yang mengalami hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). Kesimpulannya, ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang denang nilai p < 0,005. Responden primigravida diharapkan mengetahui tentang hiperemesis dan cara menangani hiperemesis pada ibu hamil. Kata kunci : Primigravida, Hiperemesis Gravidarum Kepustakaan : 17 pustaka (2002 2012)

PENDAHULUAN Latar Belakang Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Manuaba, 2008) Hiperemesis gravidarum bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Mual dan muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Winkjosastro, 2005). Pada ibu hamil, terutama pada trimester I sering timbul gejala mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya terjadi pada pagi hari (Morning sickness), tetapi dapat pula timbul pada saat siang dan malam. Perasaan mual terjadi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Gejala - gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah ini terjadi 60% 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Satu dari seribu wanita hamil gejala-gejala ini menjadi lebih berat yang di sebut Hipermesis Gravidarum (Prawirohardjo, 2007). Menurut Mitayani (2009) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum meliputi faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda, faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun, faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes melitus. Mual muntah biasanya terjadi pada pagi hari. Rasa mual biasanya mulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke empat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya sampai 9 bulan (Kusmiyati, 2010). Satu dari seribu wanita yang mengandung tersebut mengalami gejala lebih berat dari biasanya yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Komplikasikomplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu hiperemesis gravidarum, pre eklampsia dan eklampsia, kelainan dalam lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin, perdarahan antepartum, dan kehamilan kembar (Winkjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur. Hiperemesis gravidarum paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I namun biasa berlanjut sampai trimester ke II

dengan penanganan yang baik hiperemesis dapat teratasi dengan sangat memuaskan. Akan tetapi, muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Winkjosastro, 2005). Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis (Mochtar, 2008). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010). Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al., 2001). Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang berkembang menjelaskan bahwa Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang pada tahun 2015 didapatkan jumlah ibu hamil 916 ibu hamil. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010) Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Deskriptif analitik merupakan suatu metode penelitian yang mencari hubungan antar variabel (Saryono, 2011). Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional (Seksional Silang). Cross Sectional yaitu desain penelitian untuk mengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan sekali dan dalam waktu yang sama (Saryono, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kejadian primigravida dan variabel dependennya adalah hiperemesis gravidarum Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 13 dan 15 februari 2016 di wilayah puskesmas

pringapus kecamatan pringapus kabupaten semarang Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di wilayah puskesmas pringapus kecamatan pringapus kabupaten semarang yang tercatat di puskesmas pringapus selama periode Januari sampai Desember 2015 yaitu sebanyak 916 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua Ibu hamil yang terdapat di wilayah puskesmas pringapus kecamatan pringapus kabupaten semarang. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gravida Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gravida pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Gravida Primigravida Multigravida Grande Multigravida Frekuensi Persentase (%) 158 17,2 726 79,3 32 3,5 Jumlah 916 100,0 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 916 responden ibu hamil trimester I di wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, sebagian besar merupakan ibu hamil multigravida sejumlah 726 orang (79,3%). Ibu hamil primigravida sejumlah 158 orang (17,2%) dan grande multigravida sejumlah 32 orang (3,5%). 2. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang Hiperemesis Gravidarum Frekuensi Persentase (%) Hiperemesis Gravidarum Tidak 96 820 10,5 89,5 Hiperemesis Gravidarum Jumlah 916 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 916 responden ibu hamil trimester I di wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, sebagian besar tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum, yaitu sejumlah 820 orang (89,5%), sedangkan yang mengalami kejadian hiperemesis gravidarum sejumlah 96 orang (10,5%). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui hubungan ini digunakan uji Chi Square dimana hasilnya disajikan berikut ini. Tabel 4.3 Hubungan antara Primigravida dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Gravida Primigravida Multigravida Grande Multigravida Kejadian Hiperemesis Gravidarum Tidak Hiperemesis Hiperemesis Total Gravidarum Gravidarum f % f % f % 49 45 2 31,0 6,2 6,3 109 681 30 69,0 93,8 93,8 158 726 32 100 100 100 Total 96 10,5 820 89,7 916 100 2 p- value 85,796 0,000 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 49 orang (31,0%), ibu multigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 45 orang (6,2%), sedangkan ibu hamil grande multigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 2 orang (6,3%). Ini menunjukkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada ibu primigravida dibandingkan ibu multigravida atau ibu grande multigravida. Berdasarkan uji Chi Square diperoleh nilai 2 hitung = 85,796 dengan p-value 0,000. Oleh karena p-value 0,000 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN

Primigravida di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang Hasil penelitian didapatkan responden primigravida sebanyak 158 responden (17,2%). Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil (Ramali, 2003). Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan. Walaupun kebanyakan kasus ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya (Mansjoer, 2000). Hasil penelitian didapatkan masih ada responden yang grandemultigravida 32 responden (3,5%). Ibu grandemultigravida mempunyai banyak pengalaman dalam kehamilan sehingga jarang mengalami hiperemesis. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Mariantari tahun 2012 dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum dimana hasilnya sebagian besar responden merupakan primigravida yaitu sebanyak 22 orang. Primigravida memiliki keaadaan psikologis yang lebih rentan dibandingkan mutigravida dan grandemultigravida (Mansoer, 2000). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,namun dapat menyebabkan efek samping janin seperti abortus. Gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah kehamilan. Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil (Ramali, 2003). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 726 responden (79,3%). Sebagian besar ibu adalah multigravida disebabkan kebanyakan sebuah keluarga ingin mempunyai anak lebih dari satu. Hasil penelitian juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kelompok paritas yang mengalami Hiperemesis gravidarum yaitu primipara (57%) dan paling sedikit grandemultipara (14%). Kejadian hiperemesis gravidarum di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Hasil penelitian juga didapatkan responden hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat stres dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Nining, 2009).

Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung (Wiknjosastro, 2002). Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielnefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkambangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil (Manuaba, 2008). Keluhan muntah kadangkadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan seharihari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya (Saifuddin, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%). Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang mengalami emesis gravidarum saja dan tidak sampai hiperemesis yaitu sebanyak 27 orang. Emesis gravidarum selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan sistem endokrin yang terjadi saat kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar. Human Chorionic Gonadothropin (HCG) yang terjadi pada trimester pertama. Menurut Mandriwati (2008), perubahan ini juga terjadi akibat adanya peningkatan hormon progesteron dan esterogen yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan. Peningkatan kadar hormon kehamilan ini dapat mengiritasi lambung sehingga dapat menyebabkan mual. Terdapat beberapa kontroversi mengenai tipe pengobatan yang harus diberikan pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum. Terapi cairan dan elektrolit parenteral pengganti, pemberian vitamin B6, antiemetik dan tirah baring secara rutin digunakan. Hasil penelitian didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dimana didapatkan hasil responden yang mengalami kejadian hyperemesis gravidarum yang terbanyak berjumlah 68 responden (71%) dan tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum 27 responden (29%). Hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu. Hal ini dapat dilihat pada responden primigravida sebagian besar mengalami

hiperemesis sebanyak 49 responden (31,0%), responden multigravida yang mengalami hiperemesis sebanyak 45 responden (6,2 %) dan responden grandemultigravida mengalami hiperemesis sebanyak 2 responden (6,3%). Faktor predisposisi dan faktor lain yang menyebabkan hiperemsis adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini. Faktor faktor predisposisi lain meliputi usia kurang dari 20 tahun, obesitas, gestasi multi janin dan penyakit trofoblastik (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5%. Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al., 2001). Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang berkembang menjelaskan bahwa kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010). Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan hasil ada hubungan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum dengan p value 0,028. Hasil analisis lanjut menyatakan bahwa ibu multigravida mempunyai peluang 6,33 kali untuk tidak mengalami emesis gravidarum dibandingkan ibu primigravida (OR = 6,33). Mual muntah pada primigravida dipengaruhi oleh kadar hormon kehamilan. Ketika seorang wanita hamil anak pertama, maka kadar hormonal akan mengalami peningkatan lebih dibandingkan pada wanita multigravida. Pada wanita multigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon kehamilan tersebut karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan. Sehingga mual muntah yang dialami primigravida biasanya lebih tinggi dibandingkan multigravida (2012) Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dimana hasil analisis uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,049 < α = 0,05 dan X2 hitung>x2 tabel artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum (2010).

PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 728 responden (79,3%), primigravida sebanyak 158 responden (17,2%) dan grandemultigravida 32 responden (3,5%). 2. Sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%) dan hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). 3. Ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,001 < =0,05 Saran 1. Bagi Responden Responden yang primigravida diharapkan mengetahui tentang hiperemesis dan cara menangani hiperemesis pada ibu hamil. 2. Bagi Puskesmas Puskesmas diharapkan mengaktifkan kelas ibu hamil dalam membantu ibu mempersiapkan kehamilan yang sehat dan tidak mengalami hiperemesis gravidarum. 3. Bagi Bidan Bidan diharapkan memberikan konseling kepada ibu hamil secara rutin dan mengobservasi ibu hamil diwilayahnya agar emesis tidak sampai menjadi hiperemesis gravidarum. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis seperti umur dan ekonomi DAFTAR PUSTAKA Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes. (2013). Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Mochtar. R. (2008). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC Mansjoer, dkk., (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica. Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Nining. (2009). Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin. Yogyakarta : Fitra Maya Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Prawirohardjo. (2007). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Ramali, A. (2003). Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan Sastrawinata, S., (2004). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.2. Jakarta: EGC

Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2005 Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 200