Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

III. METODE PENELITIAN. Tindakan Penelitian dilaksanakan dari tanggal 4 Januari s.d. 18 Januari 2011.

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

Disusun Oleh: IRMA KURNIAWATI NIM. A

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

BAB V PENUTUP. dalam aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Geografi XI IPS 1 di. SMA N 1 Pleret, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

PROSIDING ISBN :

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tindakan kelas yang. SMK Piri Sleman dapat disimpulkan sebagai berikut.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

Penggunan Model Pembelajaran Team Games Tournament Dan Picture And Picture

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru bidang studi Kimia kelas

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No 2, Juni Darmiyanto 1) dan A.A. Sujadi 2) 1), 2) Program Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kognitif Melalui Metode Teams Games Tournaments dengan Strategi Peta Konsep Pada Siswa SMA

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 MOJOGEDANG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

MATA PELAJARAN PKn MELALUI METODE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IX-G SMP NEGERI I STABAT

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. berada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.3, No.2, Oktober 2012, hlm

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

Oleh: Tety Roosliana SMA Negeri 1 Kauman-Tulungagung Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, tipe Teams Games Tournaments (TGT)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (PTK Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Pagelaran Kab.Pringsewu - Lampung) Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu, herdymath@gmail.com Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (classrom action research), yang bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang dilakukan selama tiga siklus. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu yang berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Nilai rerata aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan aktivitas belajar yang ditampakkan sebesar 0,43% dari siklus I ke siklus II dan 4,36% dari siklus II ke siklus III. (2) penerapan model pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rerata hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan hasil belajar yang ditampakkan sebesar 1,09% dari siklus I ke siklus II dan 6,1%.dari siklus II ke siklus III. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), aktivitas siswa, hasil belajar siswa. 1. PENDAHULUAN Pada awal tahun pelajaran 2013/2014 telah diterapkan Kurikulum 2013 yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Penerapan Kurikulum 2013 menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut mengoptimalkan seluruh peran yang harus dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (manager), menentukan tujuan pembelajaran (director), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (coordinator), mengomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (comunicator), menyediakan dan memberi kemudahan-kemudahan belajar (facilitator), dan memberikan dorongan belajar (stimulator). Sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013, dalam mengelola kegiatan belajar mengajar aktivitas siswa menjadi titik tekan dalam proses pembelajaran yang diciptakan di dalam kelas karena keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan hakikat belajar yang 322

menempatkan siswa sebagai pelaku belajar. Walaupun kurikulum 2013 sudah diterapkan, sampai sekarang pendidikan kita masih diselimuti oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar, sehingga proses pembelajaran yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar yang aktif belum dapat berjalan dengan optimal. Oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, berfokus pada siswa, menyenangkan bagi siswa, meningkatkan kepekaan sosial dan mendorong siswa mengontruksikan di benak mereka sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami. Melalui proses belajar yang demikian itu diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga lambat laun prestasi belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis dapat dikemukakan bahwa dari sisi siswa sebagai peserta didik, diketahui bahwa aktivitas belajar siswa belum optimal. Keaktifan siswa masih bergantung pada guru sebagai motor penggerak aktivitas belajar mereka. Keaktifan siswa yang ditampakkan masih terdapat hal-hal yang mengganggu dalam proses pembelajaran, seperti mengobrol dalam kelas yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran, mengganggu teman, dan melakukan aktivitas lain yang tidak perlu. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran yang belum bervariatif dan masih berpaku pada model pembelajaran yang sama. Metode ceramah merupakan pilihanan utama dalam metode pembelajaran. Pada model pembelajaran ini peran guru akan menjadi sangat dominan, sedangkan siswa ditempatkan sebagai pendengar dan penonton. Sementara itu untuk hasil belajar siswa tergolong kurang memuaskan hal ini terlihat dari rerata nilai akhir semester ganjil yang hanya mencapai nilai 60,30. Upaya-upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas siswa antara lain dengan cara memberikan reward kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Reward tersebut diberikan dalam bentuk penambahan nilai bagi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Namun pada realisasinya guru belum dapat meningkatkan aktivitas siswa. Siswa yang aktif hanya terbatas pada siswa-siswa tertentu saja. Selain itu guru juga melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa antara lain dengan cara memberikan tugas di sekolah maupun memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa, akan tetapi masih banyak di antara siswa yang tidak mengerjakannya. Mereka menunggu pekerjaan temannya selesai, setelah itu mereka menyalin pekerjaan temannya. Rendahnya aktivitas siswa itu diduga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Siswa menjadi malas karena kurang termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan guru sebagai tenaga pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu membuat peserta didik lebih aktif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. 323

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus saling membantu temannya dalam memahami pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan tugas, saling bertanya antar teman jika belum memahami pelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran dengan model TGT adalah pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa, sebab dalam TGT semua siswa tidak ada yang tidak aktif menyuarakan pendapatnya. Siswa dituntut untuk berani mengungkapkan pendapatnya, penanggapi pendapat temannya, dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Disamping itu, siswa akan terlatih untuk berkompetisi dalam turnamen yang dilaksanakan setiap berakhirnya pembelajaran. Siswa akan terpacu untuk menunjukkan kemampuannya selama proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan menampakkan keaktifannya selama proses pembelajaran di kelas. Saat siswa melakukan diskusi dalam kelompok yang heterogen sebagaimana diterapkan pada model TGT, dapat memberi keuntungan baik pada siswa dengan kemampuan akademik pada kelompok bawah, maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam hal tersebut, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Mereka menjadi pembimbing, memberi penjelasan dan pengarahan bagi kelompok bawah. Sementara itu bagi kelompok bawah dapat menanyakan konsep yang belum dipahami kepada kelompok atas, sehingga mereka mendapatkan bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dengan pola pembelajaran tersebut diharapkan mampu memeratakan kemampuan siswa. Pemerataan kemampuan yang dimiliki siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, diduga dengan menggunakan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan meningkatnya aktivitas belajara siswa dalam belajar diduga pula dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT). 2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classrom action research) yang menggambarkan langkah-langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkahlangkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart (Depdiknas, 2007:7). Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam gambar.1 berikut. 324

2.1. Subjek Penelitian Gambar.1. Penelitian Model Mc Taggart (2004) Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pagelaran, dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 27 orang siswa perempuan. 2.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara obervasi dan tes. 2.2.1. Observasi Observasi merupakan kegiatan melihat sesuatu secara cermat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu itu. Observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek dan indikator penilaian aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah: a. interaksi siswa dengan guru selama proses pembelajaran dengan indikator (1) melaksanakan instruksi/perintah guru; (2) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama; dan (3) menghormati dan menghargai guru, b. interaksi antarsesama siswa selama proses pembelajaran dengan indikator (1) menghargai pendapat teman; (2) berinteraksi dengan teman secara baik; dan (3) tidak mengganggu teman, c. aktivitas siswa dalam kelompok dengan indikator (1) berdiskusi memecahkan masalah dalam kelompok; (2) bekerja sama dalam mengerjakan lembar kerja kelompok, dan (3) saling mendukung teman dalam satu kelompok, 325

d. partisipasi siswa dalam dalam proses pembelajaran dengan indikator (1) mengajukan pertanyaan; (2) mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan; dan (3) mengikuti semua tahapan-tahapan pembelajaran, e. motivasi dan kegairahan siswa dalam belajar dengan indikator (1) antusias/ semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tertib dan bersegera terhadap instruksi yang diberikan guru, (3) menampakkan keceriaan dalam belajar. 2.2.2. Tes Tes dalam penelitian ini merupakan alat ukur untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat keberhasilan siswa pada setiap kompetensi dasar yang harus tertuntaskan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan soal turnamen yang berupa soal-soal yang harus dijawab secara tertulis. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Aktivitas Belajar Siswa Pada siklus I dilakukan empat kali pertemuan, pada siklus II dilakukan tiga kali pertemuan dan pada siklus III dilakukan tiga kali pertemuan, dengan demikian pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam setiap siklus dilakukan sesuai dengan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, untuk menentukan aktivitas belajar siswa setiap siklus dilakukan dengan cara mencari rerata dari setiap pertemuan pada siklus. Data aktivitas belajar yang ditampakkan siswa untuk setiap siklus, baik masing-masing aspek maupun hasil belajar secara keseluruhan dapat dilihat dari Tabel 1 berikut. Tabel 1. Data Rincian Nilai Aktivitas Belajar Siswa setiap Siklus NO Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Siklus III 1 Interaksi siswa dengan guru selama proses pembelajaran 86,35 84,16 86,81 2 Interaksi antar sesama siswa selama proses pembelajaran 76,95 77,92 84,63 3 Aktivitas siswa dalam kelompok 73,49 73,34 77,45 4 Partisipasi siswa dalam dalam proses pembelajaran 79,8 80,83 84,08 5 Motivasi dan kegairahan siswa dalam belajar 73,00 75,00 75,33 Nilai rerata aktivitas belajar siswa 77,92 78,25 81,66 Berdasarkan rerata nilai aktivitas belajar siswa dari masing-masing siklus dapat disimpulkan dalam gambar berikut ini. 326

Gambar 2. Grafik Data Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui rerata nilai aktivitas belajar siswa dari siklus I hingga siklus III, secara keseluruhan dapat diketahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari setiap siklus. Nilai aktivitas belajar siswa yaitu 77,92 pada siklus I, 78,25 pada siklus II, dan 81,66 pada siklus III. Dengan demikian, dapat diketuhi peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 0,43% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 4,36%. Peningkatan yang terjadi dari setiap siklus karena adanya variasi teknik pembelajaran yang dilakukan peneliti sesuai dengan refleksi dan rekomendasi yang telah ditetapkan pada setiap akhir siklus. Sebagai contoh pada penyajian materi, pengelolaan belajar kelompok, dan presentasi kelas yang dilakukan peneliti pada pertemuan pertama siklus I dilakukan secara biasa ternyata nilai aktivitas belajar siswa belum memuaskan. Kemudian pada siklus II dilakukan variasi teknik dengan cara menyajikan contoh pada LKK. Di samping itu peneliti melakukan pendekatan kepada siswa dalam kelompok dan merangsang siswa untuk bertanya serta mengubah teknik presentasi dari lintas kelompok menjadi satu persatu ke depan kelas. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai aktivitas belajar siswa. Walaupun demikian peningkatan yang terjadi masih belum signifikan. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa siswa yang belum siap melakukan presentasi kelas. Saat presentasi mereka kurang memperhatikan sikap yang baik dan masih terdapat beberapa siswa yang tampak grogi. Sedangkan pada siklus III peningkatan aktivitas belajar siswa cukup signifikan. Peningkatan ini diduga karena variasi pembelajaran yang diciptakan peneliti pada siklus III berjalan dengan baik. Variasi yang dilakukan berupa penyampaian materi yang diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan singkat dan siswa diminta menjawab secara cepat dan guru senantiasa memotivasi siswa agar menciptakan iklim kompetisi dalam belajar. Di samping itu guru memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan bagi siswa yang teraktif dan nilai hasil belajar yang tertinggi. 3.2. Hasil Belajar Siswa Dalam pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) setiap akhir pertemuannya senantiasa diadakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran yang diberikan berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK), penilaian presentasi hasil belajar, dan turnamen. Penilaian tersebut merupakan sarana untuk mengetahui sejauh 327

mana hasil belajar yang ditampakkan oleh siswa. Di samping itu, hasil belajar yang ditampakkan siswa sebagai evaluasi terhadapa kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Berdasarkan hasil belajar yang ditampakkan siswa untuk setiap siklus, baik masing-masing aspek maupun hasil belajar secara keseluruhan dapat dilihat dari Tabel berikut. Tabel 2. Data Rincian Nilai Hasil Belajar Siswa setiap Siklus Aspek Penilaian Siklus I Siklus II Siklus III Lembar Kerja Kelompok (LKK) 66,00 72,50 74,00 Presentasi Kelas 68,20 67,80 72,40 Turnamen 72,00 68,13 74,75 Nilai Hasil Belajar 68,73 69,48 73,72 Secara keseluruhan nilai hasil belajar siswa dapat dilihat dari gambar berikut Gambar 3. Grafik Data Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar siswa senantiasa mengalami peningkatan setiap siklusnya, yaitu 68,73 pada siklus I, naik menjadi 69,48 pada siklus II, dan kembali naik pada siklus III menjadi 73,72. Kenaikan yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 1,09% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6,1%. Nilai hasil belajar pada siklus III yang merupakan siklus terakhir telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal yaitu 65,00. Berdasarkan hasil belajar untuk aspek Lembar Kerja Kelompok (LKK) menunjukkan adanya peningkatan nilai yang diperoleh setiap siklusnya, yaitu 66,00 pada siklus I, 72,50 pada siklus II, dan 74,00 pada siklus III. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 9,85%, dan dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 2,07%. Secara keseluruhan tampak peningkatan nilai LKK pada setiap kelompok, namun ada beberapa kelompok yang mengalami kenaikan dan penurunan nilai LKK. Berdasarkan pengamatan dan analisis terhadap lembar jawaban siswa, penurunan yang terjadi pada nilai LKK dikarenakan dalam menjawab pertanyaan siswa terpaku pada ringkasan materi yang disajikan dalam LKK. Di samping itu, siswa kurang cermat dalam memperhatikan penjelasan guru sehingga berpengaruh pada jawaban yang diberikan dan 328

terdapat beberapa kelompok yang terlena terhadap kesuksesan kelompok pada siklus sebelumnya. Hasil belajar siswa yang ditampakkan dari aspek presentasi kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III berturut-turut 68,20, 67,80 dan 72,40. Nilai presentasi siswa dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan sebesar 0,6%. Hal ini disebabkan karena perubahan metode presentasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengendalikan aktivitas belajar siswa. Saat presentasi hasil diskusi terdapat beberapa kelompok yang kurang siap, grogi saat presentasi, tidak memperhatikan sikap saat presentasi, dan kurang memberikan alasan yang logis saat menyatakan persetujuan atau penolakan. Penurunan tersebut dirasa wajar karena pengaruh faktor kesiapan siswa saat presentasi di depan kelas. Sementara itu, untuk nilai presentasi dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 6,78%. Berdasarkan penurunan nilai presentasi siswa pada siklus II, guru memberikan pengarahan cara dan teknik presentasi di kelas dan mengarahkan siswa dalam memberikan alasan yang logis saat menyatakan persetujuan ataupun penolakan. Upaya yang dilakukan guru tersebut ternyata memberikan pengaruh positif pada nilai presentasi siswa. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai dari siklus II ke siklus III. Hasil belajar siswa pada aspek turnamen merupakan aspek penilaian hasil belajar yang mengalami penurunan, kemudian meningkat kembali. Hasil turnamen pada siklus I, siklus II dan siklus III berturut-turut 72,00, 68,13, dan 74,75. Penurunan hasil belajar pada aspek turnamen terjadi pada siklus I ke siklus II sebesar 5,68%. Hal ini dikarenakan sub pokok bahasan pada siklus II ini relatif lebih sulit, dan terlihat saat dilaksanakan turnamen siswa belum sepenuhnya siap untuk melak-sanakan turnamen. Dilihat dari lembar jawaban hasil turnamen, terlihat banyak siswa yang masih salah dalam menggunakan konsep. Soal pun menjadi salah satu aspek yang menyebabkan turunnya hasil belajar siswa pada aspek turnamen, soal yang dibuat guru dipandang siswa relatif lebih sulit dibanding soal turnamen siklus I. Sementara itu untuk nilai turnamen dari siklus II ke siklus III mengalami pening-katan sebesar 9,72%. Walaupun peningkatan nilai yang ditampakkan oleh masing-masing siswa sedikit, namun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah memahami situasi turnamen dan bentuk soal yang akan diturnamenkan. Mereka berupaya meningkatkan kemampuannya dalam menjawab soal dengan cepat dan tepat. Di samping itu juga guru memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan bagi masing-masing siswa dan kelompok yang memperoleh nilai turnamen tertinggi setiap siklusnya. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa. 1. penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Nilai rerata aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I nilai rerata aktivitas belajar siswa sebesar 77,92 tergolong aktif, pada siklus II nilai rerata aktivitas belajar siswa mencapai 78,25 tergolong aktif, dan pada siklus III nilai rerata aktivitas belajar siswa meningkat 329

sebesar 81,66 dengan kategori aktif. Dengan demikian peningkatan aktivitas belajar yang ditampakkan sebesar 0,43% dari siklus I ke siklus II dan 4,36% dari siklus II ke siklus III, 2. penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rerata hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 68,73 tergolong baik. Pada siklus II nilai rerata hasil belajar siswa mencapai 69,48 tergolong baik. Dan pada siklus III nilai rerata hasil belajar siswa meningkat sebesar 73,72 dengan kategori baik. Peningkatan hasil belajar yang ditampakkan sebesar 1,09% dari siklus I ke siklus II dan 6,1%.dari siklus II ke siklus III. 5. Saran Berdasarkan hasil penelitan dan simpulan, bahwa penggunaan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa, maka penulis menyarankan. 1. hendaknya guru mata pelajaran Matematika dapat menerapkan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai alternatif model pembelajaran di kelas, 2. kepada guru yang tertarik menerapkan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) hendaknya memperhatikan efektifitas waktu yang digunakan, perencanaan dan penyediaan media pembelajaran yang memadai, dan pengelolaan kelas secara baik. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas.. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara. Jakarta Ibrahim, R dan Nana S. Syaodih. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Slavin, E. Robert. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice Secobd Edition. Boston. Allyn and bacon. Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Jakarta 330