BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PROSES MANUFAKTUR

BAB II DASAR-DASAR PERANCANGAN PRODUK

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PROSES MANUFACTURING

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB I PROSES MANUFAKTUR

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DESAIN PROTOTYPE TOOTHPASTE DISPENSER

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

ANALISA WALL THICKNESS PADA LEMBARAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) HASIL PROSES VACUUM TERMOFORMING

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB IV PENGUMPULAN DATA. DMAIC yaitu tahap Define dan Measure sebagai kerangka untuk mendefinisikan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

11 BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

PROSES PEMBUATAN PISTON TYPE DI PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNASIONAL

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gambar I. 1 Mesin Bubut

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KOMPOSISI CERAMIC SHELL PADA INVESTMENT CASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN POROSITAS PRODUK TOROIDAL PISTON

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

RANCANG BANGUN DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLAKAT AMPERA UNTUK SOUVENIR ( PENGUJIAN CETAKAN ) LAPORAN AKHIR

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

BAB lll PEMBUATAN PROFIL ALUMUNIUM

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

Merencanakan Pembuatan Pola

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Studi Eksperimen Pengaruh Jenis Saluran pada Aluminium Sand Casting terhadap Porositas Produk Toroidal Piston

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Gambar 1.1 Tegangan residu pada permesinan konvensional turning (Rech dkk, 2008)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

Transkripsi:

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK II.1 Prinsip Dasar Manufaktur Produk Dalam prinsip dasar proses manufaktur suatu produk saya akan mengklasifikasikan untuk manufaktur produk prototype dan manufaktur produk massal, berikut alur untuk proses manufaktur produk prototype dan alur proses manufaktur produk massal : a. Alur Proses Manufaktur Produk Prototype mulai Gambar kerja Turning : Dilakukan pada Komponen yang Terbuat dari polyurethane Heat Treatment : Dilakukan pada Cassing atau material yang terbuat dari akrilik Milling : Dilakukan pada komponen yang terbuat dari logam seperti alumunium Finising : Dengan cara diamplas Assembly No Sesuai Yes Produk Gambar II.1 : Bagan proses manufaktur produk prototype

b. Alur Proses Manufaktur Produk Massal mulai Gambar kerja Pembuatan mold male dan female Proses injection mold, dilakukan pada komponen yang terbuat dari material polymer seperti polyurthane dan akrilik Milling : Dilakukan pada komponen yang terbuat dari logam seperti alumunium Finising Assembl y N o Sesuai Yes Produk Gambar II.2 : Bagan proses manufaktur produk massal Dari bagan di atas, setelah gambar didapat dari proses mendesain produk maka gambar akan dijadikan dasar dalam proses manufaktur. Pada bagan proses manufaktur produk prototype terdapat perbedaan dengan bagan proses manufaktur untuk produk massal. Hal ini, dikarenakan dalam produksi prototype bertujuan untuk menghasilkan produk prototype yang akan dijadikan dasar untuk produksi massal dan untuk memastikan produk itu layak untuk diproduksi massal atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan produksi prototype untuk memastikan produk itu bisa bekerja sesuai yang

diinginkan atau tidak. Kemudian setelah itu produksi massal bisa dilaksanakan. Proses yang dikerjakan pada proses manufaktur produk prototype adalah turning, milling, dan heat treatment. Sedangkan untuk manufaktur produksi massal adalah injection molding dan milling yaitu untuk komponen-komponen yang tidak bisa dilakukan injection molding seperti aluminium dsb. II.2 Dasar-Dasar Proses Manufaktur Dalam mendesain toothpaste dispenser kita tidak lepas dari bagaimana cara kita memanufaktur dari alat yang sudah kita desain. Seperti pertanyaan apakah desain yang telah kita buat bisa untuk diproduksi atau tidak? Karena dalam membuat suatu produk tidak lepas dari hal tersebut. Berbeda dengan merancang, dalam merancang kita dituntut untuk membuat sebagus mungkin atau semaksimal mungkin mengleuarkan ide-ide dari desain suatu produk. Dalam proses manufaktur toothpaste dispenser. Kita akan lakukan beberapa proses. Proses produksi untuk produk yang kita buat masih dalam tahap prototype. Berikut beberapa proses manufaktur yang terjadi dalam prototype tersebut, diantanranya : a. Proses turning Proses turning dilakukan pada komponen-komponen yang berbentuk bulat dan akan dilakukan pembuangan permukaan, pembuatan ulir, dan boring. Dalam setiap pengerjaan turning terlebih dahulu akan dilakukan proses roughing atau proses pembubutan kasar. Proses ini berguna untuk membuang material. Kemudian dilakukan proses finishing untuk mendapatkan surface finish yang diinginkan. Dalam melakukan proses turning kita akan melakukan proses facing (pembubutan face). Proses ini bertujuan untuk mengurangi panjang. Dalam perhitungan proses facing bisa digunakan menggunakan rumus[7] : 2 xd T f (II.1) 4000xVcxf Keterangan : T f = waktu facing (menit) D = Diamter benda kerja(mm) Vc = Cutting speed (m/menit) f = feedrate (mm/rev)

Kemudian dilakukan juga proses surface turning (pembubutan surface). Proses ini bertujuan untuk pengurangan diameter agar didapat diameter yang diiinginkan. Waktu untuk mengetahui lamanya proses surface turning dapat dicari menggunakan rumus[7] : Keterangan : p T s (II.2) fxrpm T s = waktu surface turning (menit) P = Panjang workpiece (mm) f = feedrate (mm/rev) rpm = rotasi dalam 1 menit (rev/menit) Dari dua rumus tersebut maka akan diketahui waktu untuk menghasilkan satu komponen melalui proses turning. Kekasaran dalam proses turning juga diperlukan untuk menghasilkan surface finish sesuai dengan yang kita inginkan. Kekasaran tersebut ditentukan oleh feedrate dan radius nose. Untuk mendapatkan kekasaran yang kita inginkan dalam proses turning bisa menggunakan rumus sebagai berikut[8] : Keerangan : 2 f h x1000 (II.3) 8Rc h = kekasaran ( m ) f = feedrate (mm/rev) Rc = Radius nose (mm) Dari rumus tersebut maka akan didapat kekasaran permukaan suatu benda kerja dengan satuan micrometer. b. Proses milling Proses milling dikerjakan pada material yang terbuat dari akrilik, contohnya pada Casing Pump Toothpaste Dispenser. Dalam proses milling dilakukan proses pemakanan permukaan material sehingga didapatkan profil permukaan yang sesuai dengan desain yang diinginkan. Pada Casing Pump Toothpaste Dispenser proses ini dikerjakan untuk mendapatkan profil untuk tempat gantungan casing ke dinding. c. Proses heat treatmet Proses heat treatment dikerjakan pada material akrilik penutup Casing Pump Toothpaste Dispenser. Heat treatment dilakukan dengan memanaskan material

akrilik sehingga akrilik dapat dibentuk sesuai dengan desain yang diinginkan dan juga surface finish yang mengkilap terutama untuk daerah bekas proses milling atau cutting. Pemanasan dilakukan dengan memasukan akrilik ke dalam sebuah oven, proses ini dilakukan sampai panas dianggap cukup atau dibawah temperatur titik lebur akrilik dan masih berada di daerah plastis zone sehingg akrilik mudah dibentuk. d. finishing Proses yang dilakukan pada tahap terakhir yaitu pengamplasan bagian-bagian hasil turning dan milling sehingga mendapat permukaan yang halus. Proses ini sangat berguna terutama untuk bagian sistem pompa yaitu daerah yang bergesekan dengan katup pompa serta daerah luar toothpaste dispenser. e. Molding Proses produksi massal yang akan dilakukan dalam pembuatan komponen toothpaste dispenser tidak akan menggunakan proses produksi yang dilakukan pada pembuatan komponen prototype. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya, oleh karena itu proses produksi untuk produk massal ini menggunakan teknik injection mold.. Berikut ini merupakan bagian-bagian yang terdapat di dalam proses injection mold : Gambar II.3 : Ram feed injection [3] Dalam proses tersebut ada 6 syarat dasar yang harus diperhatikan : 1.Mold cavity : Memiliki bentuk dan ukuran sesuai yang di inginkan.

Harus mempertimbangkan allowance untuk shringkage. Material Mold harus tahan dan tidak bereaksi terhadap material cair karena produk tidak boleh mengandung material mold. 2. Melting process (Proses pelelehan) : Harus dapat menghasilkan material cair pada suhu yang sesuai dan pada jumlah & kualitas yang diinginkan. 3. Injection process: Harus memiliki mekanisme untuk menginjeksikan material cair ke dalam mold. Harus ada mekanisme untuk menghilangkan udara/gas yang ada (terjebak) di dalam cavity sebelum proses penuangan. 4. Solidification process (Proses pembekuan) : Harus di rancang dan di kendalikan dengan baik karena pembekuan material cair tidak boleh menyebabkan porositas dan rongga (void). Mold tidak boleh membatasi terjadinya shringkage pada proses pendinginan secara berlebihan karena menyebabkan casting mudah crack (retak) dan kekuatannya rendah. 5. Mold and (casted) part removal : Harus dapat membuka mold dan melepas produk (casted material) dengan mudah dan tidak menyebabkan cacat pada part. 6. Finishing operation : Pembersihan pada permukaan produk terhadap : material mold, material lebih (dari material produk itu sendiri) yang terbentuk saat penuangan dan solidifikasi yang terjadi sepanjang parting line. Dari hal-hal yang harus diperhatikan diatas, kadang masih timbul kendala yang terjadi pada saat proses injection molding, hambatan tersebut meliputi : Feed hooper tempat masuknya material sering macet, hal ini disebabkan karena lengketnya material. Ejector tidak mampu melepas benda yang sudah terbentuk dari mold. Untuk menanggulanginya biasa disemprotkan gas silicon sehingga material yang tersumbat dapat terlepas.

Bahan material sering mengandung sedikit logam, hal ini akan menyebabkan nossel tersumbat sehingga tidak mampu menyemprotkan material. Pipa pendingin pada mold tersumbat, sehingga menyebabkan proses cooling pada mold tidak berjalan dengan baik II.3 Pemilihan Material Pemilihan material untuk toothpaste dispenser sangat penting sekali dalam proses manufaktur karena disamping berhubungan dengan harga material itu sendiri juga akan berpenaruh ke proses manufaktur yang akan dilakukan. Oleh karena itu, kami mencoba membuat bagan konvensional untuk pemilihan material seperti yang tampak di bawah ini, sebagai berikut : Mulai Konsep desain Perhitungan Beban dan gaya Survey dipasar Estetika No Yes Material di pilih Gambar II.4 : Bagan konvensional proses pemilihan material

Dalam pemilihan material, setelah konsep desain didapat dan kemudian dilakukan perhitungan beban dan gaya yang bekerja pada komponen-komponen maka selanjutnya akan dilakukan survey ke pasar apakah barang tersebut ada di pasar atau tidak dan tentunya tidak menghilangkan nilai estetika. Nilai estetika ini bisa kita artikan sebagai berikut dalam proses pemilihan casing sebetulnya kita bisa memakai bahan seperti kayu lapis, kaca, plat besi akan tetapi mengapa kita memilih material casing dari acrylic karena material tersebut transparan sehingga bisa tembus pandang, lebih ringan, tahan terhadap air, dan mudah dibentuk sehingga sangat menambah nilai estetikanya. Setelah semua nilai estetika tersebut cocok baru dapat diambil kesimpulan bahwa material tersebut cocok untuk produk tersebut. Dalam memilih material ada 4 faktor yang biasanya dipertimbangkan, yakni lingkungan, desain, harga dan proses pembuatan. Empat faktor ini dapat bekerja maksimal jika direncanakan dengan baik oleh sebuah manajemen yang baik juga. Empat kriteria dalam pemilihan material: Property dari material tersebut Karakteristik dalm pemrosesan Dampak terhadap linkungan Pertimbangan biaya. Langkah-langkah dalam proses pemilihan bahan Pemilihan material berdasarkan property ditentukan setelah kita melihat desain yang telah ada, dari desain maka akan diketahui bagian atau komponen mana yang akan menerima pembebanan lebih sehingga dapat disesuaikan dengan property dari material yang akan dipilih Penyortiran dari material yang dipilih untuk menyesuaikan kemampuan mesin dari material tersebut, sehingga proses produksi mampu berjalan dengan baik. Pemilihan kandidat material, analisa material-material yang telah di-sortir dengan metode trade-offs untuk performans produk, biaya, ketersediaan untuk memilih yang terbaik dan dampaknya pada lingkungan hidup yang ada disekitarnya. Mengembangkan data desain, dengan melakukan eksperimen untuk mendapatkan data statistik yang teruji dari performansi material dalam kondisi servisnya.

Karakteristik material yang harus diperhatikan ketika memilihnya adalah: Karakteristik Mekanik Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Karakteristik Manufaktur Saat ini penentuan material tidak hanya berdasarkan kemampuan material dalam menerima beban dan mampu bekerja dengan baik tetapi harus memperhatikan lingkungan dan kepuasan dari para pelanggan, jadi perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini : Penampilan (baik ketika mentah maupun menjadi produk), al: warna, tekstur,dll. Umur pakai, al: wear, creep, fatique, stabil. Dapat di-daur ulang (conservation). Masalah limbah dari material yang akan di pakai. Kandungan zat racun dari material. Metode pemilihan material antara lain: Cost vs performance indices. Weighted property indices. Value analysis. Failure analysis Benefit-cost analysis.