TANGGUNG GUGAT PERJANJIAN WARALABA PADA,ES TELER 77" 01 SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

t99 4 TAI{GGUNG JAWAB PERANTARA DAGAT'IG EFEK DALAI\{ MELAKUI(AN PENYERAHAT{ SAHAM YAI\G TERI"AMBAT PADA IIWESTOR ABSTRAK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

ABSTRAK SKRIPSI OIEH VIVIN ELVINA NRP TITIIAUIII YURIDIS GAGATIIYA I(OIIIRAK UTIRTITBT TAI(UITIS HUI(UM UIIIVERSIIAS SURABATI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

TINJAUAN HUKUM JUAL BELI SECARA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

TINJAUAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI ROYALTY RAHASIA DAGANG DALAM PERJANJIAN WARALABA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

III. METODE PENELITIAN. penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

HABIB ADJIE - MAGISTER ILMU HUKUM - UNIV. NAROTAMA SURABAYA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN JENASAH MELALUI PERSEROAN TERBATAS GARUDA INDONESIA AIRWAYS

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI, DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

Asas asas perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

HUKUM PERIKATAN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

TINJAUAN TENTANG STATUS ANAK MENURUT UN DANG- UN DANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HOKUM ISLAM 01 SUMBAWA BESAR ABSTRAK SKRIPSI. Oleh

ASPEK IIUIruM CEII ATAS BAWA YAIIG TAIIGGAL PEIIERBITAIIIIYA TUIIOUR DAiI DITIILAK I LEII BAIIK DE]IGAII ATASAII REIGIII]IOilTA IELAH DITUTUP

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

TANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART. Naskah Publikasi Skripsi

LAMPIRAN I UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

PEMBATALAN PERJANJIAN MAATSCHAP YANG DIDIRIKAN TANPA JANGKA WAKTU DAN ATAS DASAR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usaha tersebut muncul karena banyak orang yang membutuhkannya. tetapi tidak mampu membeli mobil. Kemudian banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

Transkripsi:

TANGGUNG GUGAT PERJANJIAN WARALABA PADA,ES TELER 77" 01 SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI OLEH SHIRLEY DEVY VALLETA NRP 28800ft7 NIRM 88. 7. 004. 12021.06035 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA 1994

Sunb-v. M huiawa v ng bersllngkutlln SHIRLEY DEVY VA LLETA IRTA WINDRA SVAHRIAL. SH M8. MANDIANA. SH MS.

Waralaba telah dikenal dalam dunia usaha di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah waralaba. Oleh karena belum ada ketentuan yang mengatur mengenai waralaba, maka perihal waralaba ini hubungan hukum antara pengwaralaba, yaitu pihak yang memberikan ijin untuk menggunakan waralaba miliknya dengan pewaralaba, yaitu pihak yang mendapat ijin untuk menggunakan waralaba didasarkan atas kontrak atau perjanjian. Kontrak atau perjanjian yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam buku III KUH Perdata yang menganut asas kebebasan berkontrak. Hal ini tercantum dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menentukan : "Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya". Perihal waralaba diartikan sebagai pemberian sebuah lisensi oleh seorang (pengwaralaba) kepada pihak lain (pewaralaba). lisensi tersebut memberi hak kepada pewaralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang waralaba dan untuk menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri atas seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan yang terus menerus atas dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Hemperhatikan pengertian waralaba di atas menunjukkan bahwa dalam paket bisnis waralaba pihak pengwaralaba memberikan kepada pewaralaba keseluruhan paket atau metode. Pemberian keseluruhan paket tersebut didasarkan atas perjanjian, sehingga.apabila pewaralaba melakukan perbuatan yang menyimpang dari metode yang diberikan oleh pengwaralaba, maka dapat dikatakan telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi sesuai dengan pasal 1243 KUH Perdata. Dalam waralaba memungkinkan pihak konsumen menderita kerugian, misalnya setelah konsumen mengkonsumsi makanan/minuman terkena diare atau keracunan yang diakibatkan oleh proses produksi atau teknik yang kurang memenuhi persyaratan. Keadaan yang demikian yang mendorong saya untuk membuat skripsi dengan judul TANGGUNG GUGAT PERJAN JIAN WARALABA PADA ES TELER 77 DI SURABAYA. Adapun permasalahannya adalah "Siapakah yang bertanggung gugat sehubungan dengan kerugian yang dialami pihak konsumen yang menyangkut perusahaan dengan sistem perjanjian waralaba?". Tujuan dilakukannya penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perjanjian waralaba, karena selama ini yang sering dikaji adalah hubungan antara pengwaralaba dengan pewaialaba

dalam kaitannya dengan kontrak bisnis. Padahal memungkinkan ramuan yang disajikan dapat mengakibatkan orang lain/ konsumen yang mengkonsumsinya menderita diare atau keracunan, sehingga harus diketahui siapa yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang di derita oleh konsumen tersebut. Penulisan skripsi ini selain mempunyai tujuan akademis, yaitu untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum, juga mempunyai tujuan praktis, yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum khususnya hukum perdata. Dalam membahas masalah ini, dipergunakan pendekatan yuridis normatif, artinya ide untuk melakukan penelitian berlandaskan pada norma hukum yang berlaku, antara lain yang menyangkut peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata. Sumber data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperoleh bukan secara langsung dari lapangan, yaitu yang berupa peraturan perundangundangan yang berlaku, buku, literatur perkuliahan dan media cetak. Data yang telah dikump~lkan ini kemudian diolah dengan menggunakan metode deduksi, sedangkan analisis datanya dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menelaah sistematika perundang-undangan yang berkaitan dengan waralaba. Data-data dalam penyusunan skripsi ini dirangkum

dalam bentuk skripsi melalui beberapa tahap, yaitu : - Persiapan penelitian 6 minggu; - Pengumpulan data 6 minggu; - Pengolahan dan analisis data 6 minggu. Pokok hasil penelitian yang diperoleh ialah bahwa konsumen mempunyai beberapa hak yang salah satunya adalah hak keamanan dan keselamatan, maksudnya keamanan dan keselamatan setelah mengkonsumsi bahan makanan yang diproduksi oleh suatu perusahaan yang menggunakan sistem waralaba. Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen dalam arti menyajikan suatu makanan/minuman yang kurang menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dapat dikatakan telah melanggar hukum sesuai ketentuan pasal 1365 KUH Perdata. Konsunen mengkonsumsi makanan/minuman tersebut didasarkan atas perjanjian jual beli. Dalam jual beli pihak penjual, pewaralaba, mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang dan menanggungnya, sehingga apabila ternyata bahan makanan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan atau ceroboh dalam mengolahnya, maka pewaralaba dapat dikatakan tidak memenuhi kewajiban yaitu menanggungnya, sehingga dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Pihak pengwaralaba dalam perjanjian waralaba mempunyai kewajiban untuk menjamin pengolahan bahan makanan tersebut aman bagi para konsumen. Oleh karena tanggung

jawab pengwaralaba, maka apabila menimbulkan kerugian terhadap pihak konsumen, maka pengwaralaba harus bertanggung gugat memberikan penggantian kerugian. Namun apabila kecerobohan tersebut dilakukan oleh pewaralaba, maka yang bertanggung jawab adalah pewaralaba. Kemuhgkinan juga konsumen mengalami kerugian yang tidak tercakup dalam perjanjian jual beli tetapi merupakan kerugian immateriil dengan demikian konsumen dapat menggugat berdasarkan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Berdasarkan pembahasan di atas kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa bentuk perjanjian waralaba merupakan bentuk perjanjian baru, meskipun demikian tiada halangan untuk saling mengikatkan diri dalam perjanjian ini selama tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Dalam waralaba terkandung asas, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas itikad baik, asas kesamarataan dalam hukum, asas pikul bareng, asas infornatieplicht dan asas confidential. Perihal kerugian yang dialami konsumen berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi dalam sistem waralaba menjadi tanggung jawab pewaralaba karena nelakukan wanprestasi sesuai pasal 1243 KUH Perdata, karena adanya hubunsan hukum berbentuk jual beli antara pewaralaba dengan konsumen. Berdasarkan asas pikul bareng yang menyangkut kemitraan

bisnis, maka kerugian yang menyangkut apa yang telah diperjanjikan antara pengwaralaba dan pewaralaba menjadi tanggung jawab bersama. Tetapi kerugian karena kecerobohan/kelalaian pewaralaba merupakan tanggung jawab pewaralaba sendiri. Seyogyanya pemerintah berupaya untuk membuat kontrak standar mengenai perjanjian waralaba, di dalam penggunaannya sebagai acuan oleh para pihak agar tidak terjadi masalah sehubungan belum adanya peraturan perundangundangan yang mengaturnya secara khusus dan tegas.