BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Di Susun oleh : : Hendry Purwanto NIM :

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR PENGELASAN

Persentasi Tugas Akhir

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

proses welding ( pengelasan )

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Tiang Lampu Lalu Lintas Octagonal Tipe Flange.

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Dimas Hardjo Subowo NRP

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

Ir. Hari Subiyanto, MSc

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGELASAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN )

Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng

LAB LAS. Pengelasan SMAW

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

II-1 BAB II DASAR TEORI

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

MACAM-MACAM CACAT LAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pembentukan sambungan las

TI-2121: Proses Manufaktur

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : NIM :

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

PENGARUH PWHT DAN NON PWHT DENGAN LAS SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PIPA ASTM A-106 GRADE B

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

WELDING ENGINEERING WELDING DEFECTS WELDING TECHNOLOGY POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. Moh. Syaiful Amri, S.ST., MT

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

PENGARUH ELEKTRODA TEREKSPOS DAN TIDAK TEREKSPOS TERHADAP KUALITAS DAERAH LASAN PADA MATERIAL A53 Gr.A

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material. Pada skripsi ini menggunakan dua jenis main material yang berbeda atau main material yang berbeda karakteristik dam komposisi kimianya antara Low Carbon steel ( SA 516 Gr 70 ) dengan stainless steel ( SA 240 316 L ), sedangkan material pengisi atau filler yang digunakan dalam pengelasan beda material diatas adalah ER 309L. Code yang digunakan adalah ASME IIA ( Ferrous material spesification ) dan ASME IIC ( spesification for welding rods, Electrodes, and filler metal ). 2.2.1 Low Carbon steel ( SA 516 Gr 70 ) : Manufacture : JFE Steel Corporation Spesifikasi : ASME SA-516 GRADE 70 Tebal : 12,7 mm Heat Number : PL 31806 19183 Certificate no. : ASHEX-1741-001 Tabel 1. Komposisi kimia SA 516 Gr 70. ( lihat lampiran 1 ) Komposisi kimia C Si Mn P S Cu Ni Mo Cr AL Ti 0,19 0,27 0,117 0,016 0,002 0,01 0,02 0,01 0,05 0,32 0,002 5

Tensile Test ( N/mm²) Y.S T.S EL 50,9 77,0 26% 2.2.2 Spesifikasi material Stainless Steel SA 240 316L : Manufacture Spesifikasi Tebal : OUTO KUMPU : SA 240 316L : 12 mm Heat Number : 402026-003 Certificate no. : 6610/1000022474 Tabel 2. Komposisi kimia SA 240 316 L ( lihat lampiran 2 ) Komposisi Kimia C Si Mn P S Cr Ni Mo Nb Cu Co N 0,020 0,55 1,25 0,031 0,001 16,96 10,13 2,04 0,007 10,13 2,04 0,007 Tensile Test ( N/mm²) Y.S T.S EL 330 337 52% 6

2.2.3 Spesifikasi Filler metal / kawat las ER 309/309L : Manufacture : OXFORD Spesifikasi : AWS A5.9 ( ASME SFA 5.9, Section II, Part C ) Diameter Heat Number : 2,4 mm : E85484 Certificate no. : 3.1 AS IN EN 10204 Tabel 3. Komposisi kimia ER 309/309L. ( lihat lampiran 3 ) Komposisi Kimia Tensile Test ( N/mm²) C Cr Ni Mo Mn Si P S Y.S T.S EL 0,020 0,55 1,25 0,031 0,001 16,96 10,13 2,04 400 590 40% 2.2 Pengelompokan Material. Berdasarkan ASME Section IX ( Edition 2004 ) QW. 420, material dikelompokkan berdasarkan karakteristik material seperti komposisi kimia, kemampuan pengelasan ( Weld ), Brazing dan hasil mekanikal yang disimbolkan P atau S Number dan Group Number. ( lihat table 4. Pengelompokan Material ) 7

Tabel 4. Pengelompokan Material. Base Metal Welding Brazing Steel and steel alloys P- or S - No. 1 through P- or S -11 incl. P- or S - P- or S-No. 101 through P- or S No. No. 103 No. 5A, 5B, and 5C Aluminum and aluminum- base alloys P- or S - No. 21 through P- or S- No. 25 P- or S - No. 104 and P- or S - No. 105 Copper and copper- base alloys P- or S - No. 31 through P- or S- No. 35 P- or S - No. 107 and P- or S - No. 108 Nickel and nickel- base alloys P- or S - No. 41 through P- or S- 49 P- or S - No. 110 through P- or S - No. No. 112 Titanium and titaniumbase alloys P- or S - No. 51 through P- or S No. 53 P- or S - No. 115 Zirconium and zirconium-base P- or S - No. 61 through P- or S alloys No. 62 P- or S - No. 117 8

2.3 Prosedur Pengelasan. Adapun dokumen tertulis dibuat untuk mengarahkan Juru las / Welder atau operator las untuk memproduksi pengelasan sesuai dengan code atau standart yang diinginkan. Welding Procedure Standart ( WPS ) Adalah welding prosedur / tata cara pengelasan yang menjelaskan langkah demi langkah apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan, yang hasil pengelasannya / produk sesuai dengan persyaratan code/ standard, juga dapat dijadikan alat control untuk juru las / Welder atau operator las apakah pekerjaannya sudah sesuai dengan prosedur pengelasan yang sudah di uji. WPS yang penulis jelaskan adalah WPS yang bertujuan untuk melaksanakan pengelasan beda material Stainless Steel dengan karbon ( SA 240 TP SUS 316L dengan SA 516 Gr 70 ) dengan ketebalan 12 mm dan untuk material pengisi ( filler / Electrode ) menggunakan A5.9 ER 309/309L ( rekomendasi dari pabrik kawat las ) yang sesuai dengan Welding Procedure Standart ( WPS ) untuk mendapatkan hasil pengelasan yang memenuhi persyaratan code / standart pemakaian yang sudah ditetapkan. WPS yang disiapkan oleh manufaktur atau kontraktor mencakup minimum dari variable yang jelas, essential dan non essential variable. WPS pada intinya mencakup 3 ( tiga ) hal yang penting diantaranya : 1. Detail pengelasan. 2. Gambar dan sket dari detail sambungan dan bentuk dari perlapisan. 3. Record ( Product Quality Record ) dari hasil pengujian sesuai dengan WPS 9

Adapun variable yang penting ( essential variable ) adalah : 1. Proses pengelasan ( GTAW, SMAW, PAW, dll ) 2. Cara / posisi pengelasan ( 1G, 2G, 3G, dll ) 3. Base metal ( Material spesifikcation dan type ). 4. Kawat Las ( spesfication dan type ) 5. Dimensi material ( tebal dan lebar ) 6. Post Weld Heat Treatment ( PWHT ) Perlu di PWHT atau tidak. 7. Sambungan las. 8. Skill juru las / welder 9. Kondisi mesin las ( tegangan keluar dan tegangan masuk ). Adapun non essential variable adalah : 1. Arah pengelasan ( keatas atau kebawah ) 2. Dimensi kawat las. 3. Penggunaan back weld. 4. penggunaan back shield. 2.4 Welding Metallurgi. Prinsip pengelasan beda material antara Low carbon steel ( SA 516 Gr 70 ) dengan Stainless steel ( SA 240 316 L ) berdasarkan komposisi kimianya, Low carbon steel mengandung Carbon dan Manganese sebagai elemen pencampur dan Stainless steel ( SA 240 316 L ) mengandung bermacam-macam komposisi kimia seperti Chromium, Nickel, dan phosphorus, elemen-elemen ini menguatkan ferrite, menambah kekerasan dan menjaga grain size. 10

Konsentrasi pada pengelasan ini adalah menjaga terjadinya under bead ( cold cracking ).Biasanya keretakan ini terjadi pada daerah HAZ ( Heat Affected Zone ) adalah daerah yang tidak terjadi pencairan atau molted pada saat pengelasan terjadi yang mengakibatkan microstructure didaerah HAZ berubah. Cold cracking terjadi karena hidrogen yang datang terperangkap dalam lasan yang tidak mencair pada saat pengelasan. 2.4.1 Cacat yang mungkin terjadi pada lasan. Teknik dan prosedur pengelasan yang tidak baik menimbulkan cacat pada alas yang menyebabkan diskontinuitas. Berbagai jenis cacat yang umum dijumpai pada lasan antara lain : lihat gambar 1 & 2. 1. Retak ( Cracks ). 2. Voids. 3. Inklusi 4. Kurangnya fusi atau penetrasi ( lack of fusion or penetration ). 5. Bentuk yang tak sempurna ( imperfect shape ). 11

Gambar 1 Jenis jenis cacat lasan yang umum dijumpai dalam proses pengelasan.( sumber hand Book PT. MMC ) 12

Gambar 2 lanjutan - Jenis jenis cacat lasan yang umum dijumpai dalam proses pengelasan. ( sumber Hand book PT. MMC ) 13

2.5 Proses Pengelasan. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan logam yang sejenis ( similar ) atau penyambungan logam dengan logam yang tidak sejenis ( dissimiliar ) menggunakan energi panas / proses pembakaran ( titik cair material yang disambung ) sehingga logam menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Disamping itu pengelasan dapat dilakukan dengan menggunakan kawat las ( logam pengisi ) atau tanpa menggunakan kawat las ( logam pengisi ). Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam, tetapi juga sering digunakan untuk menyambung plastik,dalam hal ini pembahasan difokuskan pada pengelasan logam. Pengelasan beda material ( dissimiliar metal ) dapat dilakukan dengan proses fusion weld seperti Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ), Flux Core Arc Weld ( FCAW ), Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW ), Plasma Arc Weld ( PAW ). 2.5.1 Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ). Pengelasan Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ) yang juga dikenal dengan Las Stick adalah proses las busur listrik merupakan proses las dimana sumber panasnya dihasilkan oleh karena adanya busur ( arc ) listrik antara kedua kutup positip dan negative. Pengelasan busur listrik dengan electrode terbungkus Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ) bertujuan agar cairan logam yan melebur terhindar dari pengaruh atmosfer udara yang mengakibatkan terbentuknya lapisan terak ( slag ) karena mencairnya electrode pembungkus. 14

2.5.2 Flux Core Arc Weld ( FCAW ). Pengelasan Flux Core Arc Weld ( FCAW ) adalah metode las busur yang prinsip kerjanya sama dengan Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ), dimana logam pengisi ( electrode ) dan base metal yang mencair / meleleh bercampur saat logam pengisi ( electrode ) dipanaskan busur listrik antara base metal dengan logam pengisi ( electrode ). Daerah lasan dilindungi oleh fluks ( lapisan luar dari electrode ) yang ikut mencair pada saat pengelasan yang berfungsi agar oksigen tidak masuk kedalam cairan lasan. 2.5.3 Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW ) Pengelasan Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW ) juga dikenal sebagai las tungsten inert gas ( TIG ), adalah proses pengelasan yang menggunakan nonconsumable tungsten elektroda untuk menghasilkan las. Daerah las dari kontaminasi dilindungi atmosfer oleh gas pelindung ( biasanya seperti gas argon / nitrogen ), dan logam pengisi biasanya digunakan, meskipun beberapa lasan, yang dikenal sebagai autogenous lasan, tidak memerlukan hal itu. Sebuah konstan-arus las listrik menghasilkan energi yang dilakukan di busur melalui kolom gas dan uap yang sangat terionisasi logam dikenal sebagai plasma. 2.5.4 Plasma Arc Weld ( PAW ). Pengelasan Plasma Arc Weld ( PAW ), adalah proses pengelasan yang menggunakan nonconsumable tungsten elektroda untuk menghasilkan las yang prinsip kerjanya sama dengan pengelasan Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW ). Daerah las dari kontaminasi dilindungi atmosfer oleh gas 15

pelindung ( biasanya seperti gas argon / nitrogen ), dan Plasma Arc Weld ( PAW ) tidak memerlukan logam pengisi ( mencairkan sambungan kedua base metal ). Sebuah konstan-arus las listrik menghasilkan energi yang dilakukan di busur melalui kolom gas dan uap yang sangat terionisasi logam dikenal sebagai plasma. Pengelasan pada umumnya yang dilakukan ditempat penulis adalah proses pengelasan Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW ) dan Plasma Arc Weld ( PAW ). 2.6 Jenis Jenis sambungan pada proses pengelasan Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat dalam gambar 3. Gambar 3 Lima jenis sambungan yang biasa digunakan dalam proses pengelasan. ( sumber hand book PT. MMC ) (a) Sambungan tumpu ( butt joint ); kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya. (b) Sambungan sudut ( corner joint ); kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut. 16

(c) Sambungan tumpang ( lap joint ); bagian benda yang akan disambung saling menumpang ( overlapping ) satu sama lainnya. (d) Sambungan T ( tee joint ); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik. (e) Sambungan tekuk ( edge joint ); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut. Untuk pembuatan WPS dua material yang berbeda mechanical dan komposisi kimianya yang penulis buat menggunakan penyambungan type sambungan Butt weld. Joint design : Double V groove ( sudut 70 ) dengan proses pengelasan tembusan ( root face & champing ) dengan gap antara 1~ 3 mm. 2.7 Inspeksi dan Pengujian. Inspeksi dan pengujian pengelasan ada beberapa cara untuk mengetahui kualitas pengelasan diantaranya dengan inspeksi tanpa merusak atau Non Destructive Test ( NDT ) dan test merusak atau Destructive Test ( DT ). 2.7.1 Pengujian Tanpa Merusak. Pengujian ini langsung dilakukan pada benda kerja setelah proses pengelasan selesai dan dilakukan proses finishing pada permukaan lasan. Ada beberapa metode yan sering dilakukan dalam pemeriksaan hasil lasan antara lain : 2.7.1.1 Dye Penetran Test. Pengujian ini dilakukan langsung pada permukaan lasan benda kerja dengan menggoles / menyemprot pada permukaan lasan benda 17

kerja dengan cairan kimia ( Penetran & Developer ) dan bila ada cacat lasan akan tampak oleh visual ( bintik bintik warna merah ). 2.7.1.2 Magnetic Particle Test. Metode ini dapat mengetahui cacat pada lasan sampai kedalaman 3 ~ 5 mm dari permukaan lasan. Kelemahan dari metode ini hanya dapat dilakukan pada base metal yang main material karbon steel, jadi tidak bisa digunakan pada pengelasan beda material ( SA 516 Gr 70 dengan SA 240 316 L ) 2.7.1.3 Ultrasonis Test. Metode ini dapat mengidentifikasikan cacat lasan atau defect didalam lasan dan material, kekurangannya metode ini menggunakan gelombang ultrasonic maka akan ada perbedaan velositi antara material carbon steel dengan stainless steel yang akan mengakibatkan hasilnya kurang akurat. 2.7.1.4 Radiography Test. Methode ini dapat mengetahui cacat lasan yang berada didalam lasan, metode ini sangat baik dilakukan untuk pengujian hasil dari lasan tetapi sangat berbahaya untuk lingkungan sekitarnya, karena metode ini dapat memancarkan radiasi yang berbahaya untuk mahluk hidup. Idealnya metode ini dilakukan di tempat khusus yang ada pelindung nya ( timah hitam ) dan jauh dari jangkauan manusia. 18

2.7.2 Pengujian Merusak ( Destructive Test ). Pengujian merusak ini dapat disebut juga Mechanical Test, yang diuji didalam laboratorium ( dengan peralatan khusus ) dimana pengujian yang diperlukan diantaranya Uji tarik ( Tension Test ), Uji Tekuk ( Bend Test ), Uji kekerasan dan Uji Macro Etsa. 19