BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

EKONOMI PUBLIK TEORI BARANG SWASTA KELOMPOK 1 :

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

Teori Barang Swasta. Materi Presentasi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uraian tentang teori- teori dan penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Produksi Proses produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan sebuah keluaran (output). Dalam proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna. Proses produksi memiliki beberapa faktor produksi meliputi tenaga kerja, modal, tanah dan keahlian keusahawanan (Sadono Sukirno, 2008: 193). 2.2. Konsep Kesejahteraan Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk pada individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu pada komunitas atau masyarakat luas. Tingkat kesejahteraan meliputi pangan, pendidikan, kesehatan, kadang juga dikaitkan dengan kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan dan sebagainya. Kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai keterkaitan antar dimensi dan ada dimensi yang direpresentasikan. Perumusan tentang batasan antara substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global. 8

9 2.3. Teori Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga macam, yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian approach (Albert dan Hahnel, 2005: 77). Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan atau kepuasan seseorang dapat diukur dan bertambah. Prinsip bagi individu adalah meningkatkan sebanyak mungkin tingkat kesejahteraannya, sedangkan bagi masyarakat peningkatan kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupannya. Pendekatan neoclassical welfare theory menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu. Perkembangan lainnya dalam teori kesejahteraan sosial adalah munculnya new contractarian approach yang mengangkat adanya kebebasan maksimum dalam hidup individu atau seseorang. Hal yang paling ditekankan dalam pendekatan new contractarian approach ini adalah individu akan memaksimalkan kebebasannya untuk mengejar konsep mereka tentang barang dan jasa tanpa adanya campur tangan. 2.4. Indikator Kesejahteraan Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitasnya, memiliki banyak indikator keberhasilan yang dapat diukur. Indikator kesejahteraan suatu daerah diukur melalui tingkat kemiskinan, angka buta huruf, angka melek huruf, emisi gas CO 2, perusakan alam dan lingkungan, polusi air dan tingkat produk domestik bruto (PDB) (Thomas, 2005: 15). Kesejahteraan suatu wilayah juga ditentukan dari ketersediaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia (H), sumber

10 daya fisik (K) dan sumber daya lain (R). Ketiga sumber daya tersebut berinteraksi dalam proses pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pendapatan orang kaya (golongan menengah ke atas) akan digunakan untuk dibelanjakan pada barang mewah, emas, perhiasan, rumah yang mahal. Golongan menengah ke bawah yang memiliki karakteristik miskin, kesehatan, gizi dan pendidikan yang rendah, peningkatan pendapatan dapat meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan mereka (Todaro, 2003: 252). 2.5. Fungsi Kesejahteraan Teori kesejahteraan ini dispesifikan dan disederhanakan menjadi fungsi produksi kesejahteraan W (walfare) dengan persamaan berikut: W = W (Y, I, P) Keterangan: Y = pendapatan perkapita I = ketimpangan P = Kemiskinan absolut Berkaitan dengan fungsi persamaan di atas, diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan per kapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan absolut dan tingkat ketimbangan. Teori ekonomi kesejahteraan mempelajari berbagai kondisi di mana cara penyelesaian dari model equilibrium umum dapat dikatakan optimal. Hal ini memerlukan,

11 antara lain alokasi optimal faktor produksi di antara konsumen (Salvatore, 1997: 412). Gambar 2.1 Kurva Transformasi dalam Teori Ekonomi Kesejahteraan Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa adanya pemetakan kurva kontrak konsumsi dari ruang output ke ruang utilitas, untuk memperoleh kurva batas kemungkinan utilitas. Kurva ini memperlihatkan kombinasi dari individu A dan individu B. Titik pada kurva kontrak konsumsi di mana MRS xy untuk A dan B sama dengan MRT xy menyatakan titik optium Pareto untuk produksi dan konsumsi pada kurva batas kemungkinan utilitas. Gambar 2.2 Ruang Utilitas

12 Jika kurva indifen A 1 dalam Gambar 2.1 mengacu pada 100 unit utilitas untuk individu A dan B 3 mengacu pada U B = 300 satuan produksi, maka titik keseimbangan dapat bergerak dari titik C pada kurva kontrak konsumsi dari Gambar 2.1 ke titik C pada Gambar 2.2. Demikian juga jika A 2 dalam Gambar 2.1 mengacu pada U A = 200 satuan produksi dan B 2 mengacu pada U B = 300 satuan produksi, maka titik keseimbangan dapat bergerak dari titik D pada Gambar 2.2 ke titik D pada Gambar 2.2. Selanjutnya jika A 3 dalam Gambar 2.1 mengacu pada U A = 1000 satuan produksi dan B 2 mengacu pada U B = 100 satuan produksi, maka titik keseimbangan dapat bergerak dari titik E pada Gambar 2.2 ke titik E pada Gambar 2.2. Dengan menghubungkan titik C, D, E akan memperoleh kurva batas kemungkinan utilitas F M (Gambar 2.2). Gambar 2.3 Kurva Batas Kemungkinan Utilitas Lain Jika ditentukan titik lain pada kurva transformasi dari Gambar 2.1, misal titik N 2, maka dapat dibuat diagram kotak Edgeworth yang lain dan diperoleh kurva kontrak konsumsi yang lain pula, yang ditarik dari 0 A ke titik N dalam Gambar 2.1. Dari kurva kontrak konsumsi yang berbeda ini dapat diperoleh kurva

13 batas kemungkinan utilitas lain (F N dalam Gambar 2.3) dan diperoleh titik optimum Preto produksi dan pertukaran lain (titik T pada Gambar 2.3). Gambar 2.4 Kurva Indeferen Sosial (Fungsi Kesejahteraan Sosial) Gambar 2.4 menjelaskan bahwa W 1, W 2 dan W 3 adalah fungsi kesejahteraan sosial atau kurva indeferen sosial dari peta kesejahteraan petani pekebun yang bersifat padat. Seluruh titik pada kurva tertentu memberikan tingkat kepuasan atau kesejahteraan yang sama. Petani pekebun lebih menyukai titik pada fungsi kesejahteraan sosial yang lebih tinggi dan bukan pada fungsi kesejahteraan yang lebih rendah. Gambar 2.5 Titik Kesejahteraan Sosial Maksimum

14 Penempatan peta kesejahteraan sosial atau peta kepuasan sama dari Gambar 2.4 secara berimpitan dengan kurva batas kemungkinan utilitas utama dari Gambar 2.3, akan memuncukan titik kesejahteraan maksimum, yaitu pada titik kesejahteraan maksimum, yaitu pada titik D pada Gambar 2.5. Titik persinggungan antara kurva batas kemungkinan utilitas utama dengan kurva kesejahteraan sosial adalah titik kesejahteraan sosial maksimum. Komoditas perkebunan, terutama kopi dapat dianggap bahwa produksi kopi mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap pendapatan petani pekebun. Teori klasik menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani pekebun akan tergantung pada jumlah produksi kopi yang dihasilkan, yaitu semakin tinggi pendapatan petani pekebun maka semakin besar jumlah produksi kopi yang dihasilkan. Dengan demikian jika jumlah produksi kopi relatif lebih rendah, maka tingkat pendapatan petani pekebun juga rendah, ini berarti adanya penurunan pada tingkat kesejahteraan. 2.6. Studi Terkait Bambang Drajat (2004) melakukan penelitian tentang pembangunan perkebunan dari evaluasi masa lalu (1994 1998) sampai era baru (2003 2008). Adapun beberapa kebijakan yang dibahas tentang perkebunan guna meningkatkan kinerja: 1) kebijakan yang memiliki modifikasi yang sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat perkebunan dan kebutuhan pelaku perkebunan; 2) adanya kebijakan dalam kenaikan upah yang disertai dengan upaya penyediaan lapangan kerja bagi tenaga kerja perkebunan; 3) adanya pemberian subsidi

15 terhadap harga pupuk, mengantisipasi hama serta kekeringan yang sering terjadi tak terduga. Untuk itu, dalam pembangunan perkebunan yang saat ini dipilih dalam peningkatan perekonomian nasional. Pemerintah diharapkan untuk menanggapinya secara serius dan optimal. Dewi, Zainal dan Dahya (2004) melakukan penelitian tentang tingkat pendapatan petani terhadap komoditas unggul perkebunan Sulawesi Selatan. Melihat gambaran usaha tani, tingkat pendapatan, dan kontribusi pendapatan uasahatani. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari nilai B/C Ratio lebih besar dari 1, maka usahatani tersebut masih menguntungkan atau masih layak untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup petani pekebun adalah memperbaiki pola uasaha tani dan mengefektifkan lahan untuk tanaman. Endang Sudaryato (2004) melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat dan analisis tingkat efisiensi teknik di kabupaten Temanggung. Faktor faktor yang mempengaruhi cenderung terhadap luas lahan, jumlah tanaman, penggunaan pupuk, sedangkan untuk tenaga kerja lebih sering dibandingkan dengan hasil produksi yang diperoleh. Dalam peningkatan produksi perkebunan kopi rakyat di daerah penelitian, dianjurkan menggunakan faktor produksi yang sesuai dalam penekanan biaya operasional pada tenaga kerja, dan dapat memperbaiki efisiensi teknisnya agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Kafi (2008) melakukan penelitian tentang ekonomi kopi. Komoditas dunia yang memiliki urutan kedua setelah minyak bumi adalah kopi. Kopi ini juga sering disebut dengan GOLD BLACK (emas hitam). Diangkat dalam film dokumenter

16 GOLD BLACK tahun 2008. Perdagangan dunia kopi saat itu mencapai 80 milyar dollar Amerika. Tahun 1997 1998 menurut US National Coffee Association Indonesia merupakan urutan ketiga (6.7 jatuh karung), setelah Brazil (22.5 juta karung) dan Coloumbia (10.5 juta karung). Namun saat Vietnam berada pada urutan kedua pada tahun 2005 (hampir satu juta merik ton), Indonesia menurun dengan drastik (750 merik ton). Oleh karena itu, dalam kondisi krisis ekonomi ini, pemerintah dapat mengupayakan adanya usaha terpadu dalam industry kopi secara optimal. Parlin Pakpahan (2010) melakukan penelitian tentang perintisan industri kopi rakyat di Tapanuli Utara. Di Tapanuli segala yang berhubungan dengan perdagangan kopi di atur oleh tengkulak. Petani kopi tidak bisa mengatasi ancaman tengkulak yang cenderung merugikan petani kopi. Segala kebutuhan petani kopi yang meliputi pupuk, obat pembasmi hama, dan lainnya tidak bisa diprediksi. Kopi merupakan sumber ekonomi utama di daerah Tapanuli Utara ini, sehingga diharapkan kepada siapapun untuk membantu dalam penataan kembali tataniaga kopi di Tapanuli Utara. Perlu adanya deregulasi pemerintah untuk memulihkan kembali harga tawar kepada petani kopi, sehingga industri kopi rakyat di Tapanuli Utara dapat berjalan. Optimalisasi antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat serta petani kopi akan mengurangi adanya praktek tengkulak.