BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Fitts (1971) Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang,

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Diri Pengertian Konsep Diri. Hurlock (1990) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB III METODE PENELITIAN. terjadi antara dua variabel yang diteliti. Kebutuhan bimbingan pribadi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI. jangka waktu yang singkat, konsep diri juga bukan merupakan pembawaan

Bab II Tinjauan Teori

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

Studi Komparatif Mengenai Konsep Diri Anggota Senior dan Anggota Junior pada Komunitas Cosplay di Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian konsep diri, dimensi-dimensi dalam konsep diri, pembentukan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang digunakan berjumlah 146 siswa. Tabel 4.1 Subyek Penelitian Sebaran Subyek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kedisiplinan Tata Tertib. yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSEP DIRI

KONSEP DIRI REMAJA DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup setiap orang, yang berguna

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KESESUAIAN MINAT MEMILIH JURUSAN. (Nisa Yustiana, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek penting bagi manusia untuk. perkembangan dirinya. Isi perbuatan yang mendasar dari mendidik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial (wiki, blog, virtual game, jejaring sosial, dan lain-lain) hadir sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

KEBUTUHAN HARGA DIRI DAN KONSEP DIRI NIKEN ANDALASARI

PENGARUH KONSEP DIRI DAN SELF REGULATED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA DI SMP Deden Ibnu Aqil

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KONSEP DIRI REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman objek, tujuan serta keinginannya. Beck (dalam Keliat, 1992) lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. William H. Filts (1971) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari. 7

Fitts (1971), menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar, tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi yang saling berkonflik, merasa aneh dan saling terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif dan tidak dapat mengambil manfaat dari pengalaman tesebut. Konsep diri akan turun ke negatif apabila seseorang tidak dapat melaksanakan perkembangan dengan baik. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Menurut Willian H. Fitts (1971) konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umunya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasangagasan tentang dirinya sendiri. Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Fitts, 1997) : 1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan peranan positif dan perasaan berharga. 2. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. 8

3. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya. 2.1.3 Aspek-aspek Dalam Konsep Diri sebagai berikut: Fitts (1997) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok yaitu 1. Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi terdiri dari tiga bentuk: a) Diri identitas (identity self) Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pertanyaan, siapakah saya? Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misalnya saya ita. Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks, seperti saya pintar tetapi terlalu gemuk dan sebagainya. b) Diri perilaku (behavioral self) 9

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian yang berkaiatan erat dengan diri identitas diri adekuat akan menunjukan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri perilakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai. c) Diri penerimaan/penilai (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penetu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikan. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat dengan nilainilai. Selanjutnya, penilaian ini berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkan. 2. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal diluar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang 10

dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan menjadi atas lima bentuk, yaitu: a) Diri fisik (phsycal self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, tidak menarik, menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus). b) Diri etik-moral (moral-ethical self) Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan tuhan, keputusan seseorang akan kehidupan keagamaanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. c) Diri pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. d) Diri keluarga (family self) 11

Diri keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota dari suatu keluarga. e) Diri sosial (social self) Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain merupakan lingkungan disekitarnya. 2.1.4 Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja Menurut Hurlock (1990), kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja sebagai berikut: a) Usia kematangan Remaja yang matang lebih awal, yang diperlukan orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenagkan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.remaja yang matang terlambat, yang diperlukan seperti anak-anak merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik. Sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. b) Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik.tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah 12

diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menumbuh sosial c) Kepatutan seks Kepatuan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membuat remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatuan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat untuk pada perilakunya d) Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama juluknya yang bernada cemoohan. e) Hubungan keluarga Seorang remaja mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifiaksi diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya. f) Teman-teman sebaya Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep diri teman-teman tentang dirinya dan yang kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok. g) Kreativitas 13

Remaja semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas. h) Cita-cita Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik. 2.2 Kebutuhan Bimbingan Pribadi 2.2.1 Pengertian Bimbingan pribadi Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi mereka. Bimbingan pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah kehidupan. Bimbingan pribadi merupakan layanan untuk membantu para individu dalam mengembangkan diri, pemahaman diri dan pengarahan diri yang 14

meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karier (depdiknas, 2007) 2.2.2. Kebutuhan Bimbingan Pribadi Kebutuhan bimbingan pribadi (Depdiknas, 2007) adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan untuk mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya. 2) Kebutuhan untuk mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya. 3) Kebutuhan untuk mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut. 4) Kebutuhan untuk memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri. 5) Kebutuhan untuk menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat. 6) Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya. 7) Kebutuhan untuk mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilkinya secara optimal. 2.2.3 Aspek-aspek Bimbingan Pribadi Secara khusus bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu individu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspekaspek dibawah ini (Depdiknas, 2007): a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memilihara hak dan kewajibannya masing-masing. c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. 15

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif dan kontrukstif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat. g. Bersifat respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. i. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. 2.3. Hasil Penelitian yang Relevan Pudjiono (1997) dalam studinya tahun 1985-1986 kepada siswa SMA Negeri di Kotmadya Surabaya, menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara bimbingan pribadi dengan konsep diri, menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap bimbingan pribadi merupakan unsur atau bagian dari konsep diri sebagai pelajar. Penelitian Landukura (2012) tentang hubungan kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa kelas XI SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga dengan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa kelas XI SMK Teknologi dan Industri Salatiga dengan hasil =-0,115 dengan p=0,228>0,05. Dengan angka tersebut membuktikan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa kelas XI SMK Teknologi dan industri. Di lihat dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan adanya pengaruh dan tidak berpengaruh ataupun adanya hubungan signifikan maupun tidak ada hubungan yang signifikan maupun tidak ada hubungan 16

yang signifikan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebuh lanjut mengenai hubungan antara kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa. 2.4 Hipotesis Berdasarkan pendapat diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga 17