KAJIAN ANALITIK TERHADAP SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK SIKAP MASYARAKAT MULTIKULTUR TERHADAP SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA. Oleh. (Pipit Taufani, Holillulloh, M. Mona adha)

BHINEKA TUNGGAL IKA MAKALAH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila. Disusun Oleh : Aditya Mahendra ( )

bersama Andri Tri Kuncoro, MA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKNA BHINNEKA TUNGGAL IKA

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

ABSTRAK PENGARUH PEMAHAMAN KONSEP BHINNEKA TUNGGA IKA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA SUKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sikap dinyatakan dengan istilah attitude yang bersal dari kata latin aptus

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

Implementasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EMPAT PILAR KEBANGSAAN

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Persepsi Bhinneka Tunggal Ika pada Mahasiswa PPKn Angkatan 2008/2009 Universitas Ahmad Dahlan

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

IMPLEMENTASI TOLERANSI KEBHINNEKAAN PADA MASYARAKAT MAJEMUK DI DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

WAWASAN KEBANGSAAN (pengantar) Oleh: Drs. Wardjito Soeharso, M.Sc Widyaiswara pada Badan Diklat Prov. Jateng

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

1.2 Tujuan Umum Menambah pengetahuan mengenai Bhinneka Tunggal Ika serta menerapkannya di kehidupan berbangsa dan bernegara baik bagi si pembaca

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

PLEASE BE PATIENT!!!

EMPAT PILAR KEBANGSAAN PANCASILA, UUD 45, NKRI DAN BHINEKA TUNGGAL IKA

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Memastikan Pelibatan Anak Muda sebagai

Bab VII. Memelihara Semangat Persatuan Indonesia. Ayo bersama memelihara semangat persatuan dan kesatuan! Di unduh dari : Bukupaket.

PENDIDIKAN PANCASILA

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA TIMUR PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-66 TAHUN 2011

Raffles City Hotel 5-7 September 2013

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

MEMBANGUN INTEGRASI NASIONAL DENGAN BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

MARAKNYA FENOMENA POLITIK IDENTITAS DI RANA LOKAL A. Latar Belakang Negara Indonesia telah memberikan perhatian yang besar tentang masalah integrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

Assalaamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua.

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Revitalisasi Esensi Sumpah Pemuda Untuk Memperkukuh Ketahanan Nasional 1 Musdah Mulia 2

Oleh: ACHWAN NOORLISTYO ADI MAHASISWA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PEMBUKAAN PEKAN BUDAYA BLITAR TAHUN 2012 SELASA, 06 NOVEMBER 2012

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA

HUBUNGAN PEMAHAMAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN DENGAN SIKAP SISWA MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI. ( Frenylia Shandi, Adelina hasyim, M. Mona Adha ) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila Sumber Nilai Keberagaman Beragama Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

CITA-CITA NEGARA PANCASILA

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

II. KAJIAN PUSTAKA. al (dalam Karuru, 2005), pembelajaran kooperatif turut menambah unsurunsur

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia

PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGAR

Mata Kuliah Kewarganegaraan

S a o l a CP C N P S N Te T s e Wa W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n

PENGARUH PEMAHAMAN KONSEP BHINNEKA TUNGGAL IKA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL SISWA BERBEDA SUKU DI SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

Transkripsi:

KAJIAN ANALITIK TERHADAP SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA I Nyoman Pursika Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Istilah Bhinneka Tunggal Ika dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Semula istilah tersebut menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia konteks permasalahannya menjadi lebih luas yang meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Abstract: This article this was aimed at exploring the meaning contain in the symbol of unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika). The term of "unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika) was derived from the story of Sutasoma by Mpu Tantular. Firstly the term as the religious tolerance between Hindu and Budhist. After being the symbol for Indonesia the meaning be come complex the diversity of not just as the religion tolerance, but also for tribal, race, religion, interest groups, and so on. Unity in diversity means that Indonesia people the respect fir the diversity of Indonesia society as the plural society, but also admit the so important of unity. The unity in diversity also mean that there is a check and balance between the aspect of differences as the characteristic of diversity an the aspect of sumlarityes as the characteristic of unity. The unity in diversity formulate the harmony between diversity and unity, between differences and sumlarityes, between the variance and the meds, an between the pluralism and monism. Kata kunci : bhinneka, tunggal, dan ika Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia. Semboyan ini tertulis di dalam lambang negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila. Pada kaki Burung Garuda itulah terpampang dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal Ika. Secara konstitusional, hal tersebut telah diatur dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam suatu perkuliahan tatap muka program penyetaraan yang diikuti oleh guru-guru SD, ada salah seorang peserta yang bertanya tentang makna Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya dia sudah tahu, bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu merupakan semboyan bangsa Indonesia. Dia juga tahu kalau Bhinneka Tunggal Ika itu berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Tetapi dia mengatakan masih bingung tatkala menyaksikan adanya barisan Bhinneka Tunggal Ika pada perayaan Proklamasi Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus, sehingga dia mengajukan pertanyaan, apa sebenarnya makna Bhinneka Tunggal Ika itu? Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memuat dua konsep yang berbeda, bahkan kedua konsep tersebut seolah-olah bersifat kontradiktif. Kedua konsep itu adalah Bhinneka dan Tunggal Ika. 15

16 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15-20 Konsep Bhinneka mengakui adanya keanekaan atau keragaman, sedangkan konsep Tunggal Ika menginginkan adanya kesatuan. Keanekaan dicirikan oleh adanya perbedaan, sedangkan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal tersebut dipahami dan dilaksanakan dengan tekanan yang berbeda (tidak seimbang), maka akan dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala segi keanekaan yang menonjolkan unsur perbedaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka kemungkinan munculnya konflik tak terhindarkan. Sebaliknya, manakala segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka tindakan itu tergolong melanggar kodrat perbedaan, karena perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Adanya dua konsep yang berbeda tersebut menunjukkan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengandung problem metafisika, yaitu problem antara kepelbagaian dan kesatuan, problem antara hal banyak (the many) dan hal satu (the one). Berdasarkan problema tersebut tampak bahwa untuk mencari makna Bhinneka Tunggal Ika diperlukan adanya perenungan mendalam yang bersifat filosofis metafisis. PEMBAHASAN Makna Bhinneka Tunggal Ika Istilah Bhinneka Tunggal Ika dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini: Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Terjemahan: Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu. Tidak ada kerancuan dalamkebenaran. http://id.- wikipedia.org/wiki/bhinneka_tunggal_ika) Kitab Sutasoma mengajarkan toleransi kehidupan beragama, yang menempatkan agama Hindu dan agama Buddha hidup bersama dengan rukun dan damai. Kedua agama itu hidup beriringan di bawah payung kerajaan, pada jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk. Meskipun agama Hindu dan Buddha merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan, karena kebenaran Hindu dan Buddha bermuara pada hal Satu. Hindu dan Buddha memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada perbedaan dalam kebenaran. Istilah Bhinneka Tunggal Ika yang semula menunjukkan semangat toleransi keagamaan, kemudian diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia. Sebagai semboyan bangsa konteks permasalahannya bukan hanya menyangkut toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Semboyan itu dilukiskan di bawah lambang negara Indonesia yang dikenal dengan nama Garuda Pancasila. Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara. Jika dianalisis, semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata Bhinneka, Tunggal, dan Ika. Kata Bhinneka berasal dari kata Bhinna dan Ika. Bhinna artinya berbeda-beda dan Ika artinya itu. Jadi, kata Bhinneka berarti yang berbedabeda itu. Analisa lain menunjukkan bahwa kata bhinneka terdiri dari unsur kata bhinn-a-eka. Unsur a artinya tidak, dan eka artinya satu. Jadi, kata bhinneka juga dapat berarti yang tidak satu. Sedangkan kata Tunggal artinya satu, dan Ika artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika berarti yang berbeda-beda itu dalam yang satu itu atau beranekaragam namun satu jua. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika hampir sama artinya dengan semboyan negara Amerika Serikat,

I Nyoman Pursika, Kajian Analitik Terhadap Semboyan Bhinneka Tunngal Ika 17 E Pluribus Unum yang artinya bersatu walaupun berbeda-beda, berjenis-jenis tetapi tunggal. Kebhinnekaan atau yang berbeda-beda itu menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan. Keanekaragaman di bidang politik diwarnai oleh adanya kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya. Di bidang ekonomi, keanekaragaman dapat dilihat dari adanya perbedaan kebutuhan hidup, yang akhirnya berimplikasi terhadap munculnya keanekaragaman pada pola produksi. Di bidang sosial, keberagaman itu tercermin dari adanya perbedaan peran dan status sosial. Selain itu, keanekaragaman juga dapat dilihat dari segi geografis, budaya, agama, etnis, dan sebagainya. Keanekaragaman itu pun masih dikukuhkan lagi oleh kebhinnekaan perseorangan masing-masing anak negeri yang kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa. Dengan adanya keanekaragaman dalam berbagai bidang tersebut menyebabkan Indonesia dijuluki sebagai masyarakat yang multi etnik, multi agama (multi religi), multi budaya (multikultural), dan sebagainya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (Plural Society). Jika dilihat dari struktur sosialnya, keanekaragaman atau kemajemukan masyarakat Indonesia berdimensi ganda, karena memiliki kemajemukan secara horizontal dan vertikal. Kemajemukan secara horizontal dalam sosiologi dikenal dengan istilah deferensiasi sosial. Diferensiasi sosial merupakan suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial itu sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ras, etnis, clan (klan), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Kemajemukan secara vertikal melahirkan stratifikasi sosial. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya, seperti lapisan kaya dan miskin, penguasa dan jelata. Makna kesatuan (tunggal ika) dalam Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan rasionalitas yang lebih menekankan kesamaan daripada perbedaan. Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal. Dikatakan ideal karena kesatuan merupakan suatu harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau menempatkan unsur perbedaan yang terkandung dalam keanekaragaman bangsa Indonesia ke dalam suatu wadah, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan adalah upaya untuk menciptakan wadah yang mampu menyatukan kepelbagaian atau keanekaragaman. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan (Rizal Mustansyir, 1995 : 52). Keseimbangan itu sendiri merupakan konsep filsafati yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua titik ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak dan kesatuan mutlak di pihak lain. Setiap kali segi keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak akan membawa kemungkinan munculnya konflik, maka kesatuanlah yang akan meredakan atas dasar kesadaran nasional. Demikian pula sebaliknya, manakala segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tampil secara berlebihan, maka keanekaan selalu mengingatkan bahwa perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Mensinergikan Kebhinnekaan untuk Mewujudkan Ketunggalikaan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan yang mengakui realitas bangsa Indonesia yang majemuk (berbhinneka), namun selalu mencita-citakan terwujudnya kesatuan (ketunggal-

18 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15-20 ikaan). Indonesia yang ber-bhinneka Tunggal Ika berarti Indonesia selain mengakui adanya kepelbagaian juga mengakui adanya kesatuan. Dalam kehidupan bersama kebhinnekaan bisa menjadi berkah atau sebaliknya sumber bencana tergantung cara kita memandang dan mengelolanya. Tirta N Mursita ( http://www.sinarharapan. co.id/berita/0704/13/ipt02.html) mengatakan bahwa keberagaman itu given (berkah), tak bisa dihindari di dunia ini. Siapa yang bisa mengelak kalau ada kulit hitam, putih, kuning, dan cokelat di dunia ini. Siapa pula yang menafikan, kalau ada ratusan, ribuan bahkan jutaan pemikiran baru di alam ini. Semua saling bertumpuk-tumpuk, memberikan tesis dan antitesis baru. Kebhinnekaan merupakan ciri dasar bangsa Indonesia sejak Republik ini dibentuk, kemudian diproklamasikan oleh para founding fathers pada paruh kedua abad silam hingga kini. Sebagai suatu realitas objektif, maka kebhinnekaan telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Karena itu, upaya-upaya untuk meniadakan keberagaman atau upaya penyeragaman merupakan tindakan yang menentang kenyataan. Kalau keberagaman itu tidak boleh ada di Indonesia, berarti identitas bangsa tidak ada lagi (Yeni Rosa Damayanti dalam http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/- item/10. Untuk menjaga keberlangsungan hidup berbangsa, kebhinnekaan sebaiknya tidak dipandang sebagai ancaman, tetapi kebhinnekaan harus dipandang sebagai aset yang diharapkan mampu berperan sebagai sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Kebhinnekaan sebagai kekayaan serta mendaya-gunakannya justeru dapat menjadi pondasi kokoh persatuan dari sebuah imagined community yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran sebagai masyarakat yang berbhinneka tetapi mencita-citakan kesatuan yang dikukuhkan sebagai konsensus bersama dalam Soempah Pemuda 1928 telah menjadi modal sosial ampuh yang berhasil mempersatukan dan mengantar negara-bangsa ini mampu melewati masa-masa sulit dari dulu sampai sekarang, bahkan juga nanti. Masyarakat yang berbhinneka yang dicirikan oleh adanya perbedaan memang sangat rawan terhadap konflik. Indonesia sebagai masyarakat yang berbhinneka, secara internal telah mengandung sumbersumber ketegangan dan pertentangan. Menurut Eka Dharmaputera (1997 : 40), baik keanekaragaman maupun kesatuan Indonesia adalah kenyataan sekaligus persoalan. Kebhinnekaan Indonesia sepintas lalu memang jauh lebih menonjol daripada kesatuannya. Oleh karena itu, bahaya disintegrasi selalu merupakan ancaman baik riil maupun potensial. Jika bertumpu pada realitas bangsa yang berbhinneka, bahaya disintegrasi memang merupakan ancaman yang amat nyata. Namun karena Indonesia tidak hanya berbhinneka, tetapi juga tunggal ika, maka integrasi bukanlah sesuatu yang mustahil. Setiap pembahasan tentang Indonesia yang mengabaikan kedua atau salah satu dimensi tersebut, dapatlah dipastikan tidak akan mencapai sasaran. Selanjutnya Eka Darmaputera (1997 : 8-9) juga mengatakan, agar masyarakat dapat berfungsi dengan baik, masyarakat harus mampu mengatasi disintegrasi potensial yang ada di dalam dirinya sendiri. Seluruh masyarakat dapat berfungsi hanya apabila anggota-anggotanya bersedia untuk mengintegrasikan diri, baik dalam bentuk integrasi normatif maupun integrasi nilai. Integrasi normatif tercermin dari adanya kehidupan bersama di mana seluruh anggota masyarakat bersedia mematuhi dan mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan. Sedangkan integrasi nilai tercermin dari adanya nilai-nilai fundamental yang dijadikan sebagai pandangan hidup bersama. Perbedaan dalam kebhinekaan merupakan suatu realitas, karena itu perbedaan tidak perlu lagi untuk dibeda-bedakan. Membeda-bedakan perbedaan justeru akan dapat menimbulkan bahaya disintegrasi. Perbedaan dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kebersamaan. Karena kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan, maka untuk mewujudkan cita-cita kesatuan di tengah-tengah kebhinnekaan diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda itu. Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, baik dilihat dari segi fisiknya maupun mentalnya. Setiap manusia merupakan subjek yang otonom. Namun demikian, setiap manusia memiliki kesa-

I Nyoman Pursika, Kajian Analitik Terhadap Semboyan Bhinneka Tunngal Ika 19 maan, yaitu sama-sama manusia (sesama manusia). Demikian juga dalam konteks ke-indonesiaan, terdapat beragam suku, agama, ras, dan golongan yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbedabeda, tetapi semuanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bangsa Indonesia (sesama bangsa Indonesia). Konsep sesama tidak hanya terbatas pada manusia. Manusia dengan binatang juga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mahluk hidup (sesama mahluk hidup). Demikian juga kesamaan bisa ditemukan dalam hubungannya dengan yang lain, sehingga muncul adanya berbagai konsep sesama, seperi sesama ciptaan Tuhan, atau sesama isi dunia, dan lain sebagainya. Inilah konsep sesama dalam arti luas (Pursika, 2009 : 28). Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa kehidupan ini juga merupakan sinergi dari kekuatan yang berbeda. Bahkan perbedaan itu sering ditempatkan pada posisi yang berlawanan dan kontradiktif, seperti atas dan bawah, kiri dan kanan, positif dan negatif, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, dan sebagainya. Dalam ancangan integrasi, perbedaan itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang berlawanan, melainkan sebagai sesuatu yang berpasangan. Yang satu mengandaikan adanya yang lain. Ada atas karena ada bawab, ada kiri karena ada kanan, demikian seterusnya, sehingga kita juga bisa mengatakan bahwa kesatuan mengasumsikan adanya keanekaragaman. Diri kita ada merupakan hasil sinergi dari dua kekuatan yang berbeda, yaitu kekuatan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa diri ini ada sebagai produk perbedaan. Dalam dunia pendidikan juga penuh dengan warna-warni perbedaan. Ada guru ada murid yang masing-masing memiliki kedudukan dan fungsi yang berbeda. Guru mengajar dan murid belajar. Selain itu, dalam pendidikan juga ada berbagai sarana dan prasarana. Semua unsur pendidikan yang berbeda-beda itu bersinergi sehingga terjadi proses pendidikan berupa proses belajar mengajar (PBM). Hardono Hadi (1994: 73) juga mengatakan, Kalau kita melihat suatu karya seni, kita akan melihat bahwa keindahannya tidak pernah didasarkan kepada keseragaman. Keindahan justru tercipta bila terdapat perbedaan-perbedaan antara bagian-bagiannya yang dipersatukan dalam satu kesatuan tema. Keragaman dari bagian-bagian memperkaya nilai keseluruhan dan juga saling mengangkat nilai yang dimiliki oleh setiap bagian. PENUTUP Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Semula Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia konteks permasalahannya menjadi lebih luas yang meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Mensinergikan perbedaan dalam kebhinekaan perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya disintegrasi, sekaligus untuk mewujudkan cita-cita integrasi. Kuncinya, harus ada kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda. Perbedaan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia merupakan suatu kenyataan. Karena itu janganlah membeda-bedakan kenyataan yang memang sudah berbeda. Membeda-bedakan sesuatu yang berbeda hanya akan menimbulkan bahaya disintegrasi. Perbedaan dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kebersamaan. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda.

20 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15-20 DAFTAR PUSTAKA Eka Darmaputera. 1997. Pancasila : Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, Kanisius, Yogyakarta. Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), tt, Mengelola Kebhinnekaan Menjadi Sinergi terdapat dalam http://himpsi.org/content/view/46/28/, diakses pada tanggal 30 September 2008. Mahkamah Konstitusi RI. 2006. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang- Unadng Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta. Pursika, I Nyoman. 2009. Harmoni Antara Pluralisme dan Monisme (Suatu Kajian Tentang Realitas dan Tujuan Masyarakat Indonesia, dalam Jurnal IKA, Ikatan Keluarga Alumni Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Rizal Mustansyir. 1995. Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Filsafat Analitik, dalam Jurnal Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta., tt, "Bhinneka Tunggal Ika", tedapat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/bhinneka_tunggal_i ka, diakses pada tanggal 12 Maret 2008., tt, Hargai Keberagaman Budaya Indonesia terdapat dalam http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/10, diakses pada tanggal 27 Pebruari 2008., tt, Keberagaman, Mukjizat atau Petaka? terdapat dalam http://www.sinarharapan.co.id/- berita/0704/13/ipt02.html, diakses pada tanggal 27 Pebruari 2008.