Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952) 1

dokumen-dokumen yang mirip
K103 Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952)

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948)

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K14. Konvensi Istirahat Mingguan (Industri), 1921

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

KONPENSI 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR KONPERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1961 TENTANG

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Bentuk: UNDANG-UNDANG. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1961 (3/1961) Tanggal: 25 PEBRUARI 1961 (JAKARTA)

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

KONVENSI MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

Sekilas Mengenai. Undang-Undang Ketenagakerjaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT SUMBERDAYA MANUSIA PROSEDUR OPERASIONAL BAKU CUTI PNS

R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

BAB I KETENTUAN U M U M

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

Transkripsi:

Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952) 1 Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah disidangkan di Jenewa oleh Governing Body of the International Labour Organisation, dan setelah bertemu dalam Sesi Ketigapuluh lima pada tanggal 4 Juni 1952, dan Setelahmemutuskan tentang penetapan usulan-usulan tertentu yang menyangkut perlindungan wanita haml,yang adalah butir ketujuh pada agenda dari sesi dimaksud, dan Setelah menentukan bahwa usulan-usulan ini harus berbentuk Konvensi internasional, menetapkan pada tangal duapuluhdelapan Juni tahun seribu sembilan ratus limapuluhdua, Konvensi berikut, yang dapat disebut sebagai Konvensi Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan) tahun 1952. Pasal 1 1. Konvensi ini berlaku untuk wanita yang dipekerjakan di kegiatan industri dan kegiatan non-industri serta pekerjaan pertanian, termasuk wanita penerima upah yang bekerja di rumah. 1 Tanggal pemberlakuannya adalah 7 September 1955 1

2. Dalam konvensi ini, istilah kegiatan industri mencakup kegiatan pemerintah dan swasta serta cabang-cabang darinya dan terutama meliputi : a. Pertambangan penggalian danpekerjaan lain untuk memisahkan mineral dari tanah; b. Kegiatan dimana barang dibuat (manufactured), dirubah, dibersihkan, diperbaiki, dihiasi, difinis, disesuaikan untuk dijual, dipecah atau dibongkar, atau dimana bahan-bahan dirubah, termasuk kegiatan dalam pembuatan kapal, atau dalam pembangkitan, transformasi atau transmisi tenaga listrik atau tenaga penggerak dalam bentuk apa pun; c. Kegiatan dalam pembangunan dan pekerjaan rekayasa sipil, t ermasuk pek erjaan k onstruk si, perbaik an, pemeliharaan,perubahan dan pembongkaran; d. Kegiatan dalam pengangkutan penumpang atau barang melalui jalan raya, rel kereta, laut, sungai atau udara, termasuk penanganan barang di dermaga dan berbagai tempat dimana kapal bersandar, gudang atau pelabuhan udara. 3. Dalam Konvensi ini, istilah pekerjaan non-industri meliputi pekerjaan yang dilaksanakan di atau yang berkaitan dengan kegiatan atau pemberian jasa berikut ini, baik di pemerintah maupun swasta : a. Perusahaan komersial; b. Jasa pos dan telekomunikasi; c. Badan dan jasa administasi dimana orang-orang yang dipekerjakan terutama terlibat dalam pekerjaan klerikal; d. Kegiatan pesurat-kabaran; e. Hotel, asrama, restoran, kelab, cafe dan berbagai jenis kedai lainnya; f. Badan untuk pengobatan atau perawatan orang sakit, cacat atau miskin dan yatim piatu; 2

g. Teater dan tempat-tempat hiburan umum; h. Pekerjaan rumah tangga dengan mendapatkan upah; serta pekerjaan non-industri lainnya dimana pihak yang berwenang dapat menetapkan berlakunya ketentuan dari konvensi ini. 4. Dalam konvensi ini, istilah pekerjaan pertanian meliputi semua pekerjaan yang dilaksanakan dalam kegiatan pertanian, termasuk perkebunan serta kegiatan pertanian industrial berskala besar. 5. Dalam hal dimana timbul keraguan apakah Konvensi ini berlaku untuk suatu kegiatan, cabang kegiatan atau pekerjaan, maka keputusannya diserahkan kepada pihak yang berwenang setelah berkonsultasi dengan wakil-wakiil dari organisasi pengusaha dan organisasi pekerja yang bersangkutan, bila ada; 6. Peraturan perundang-undangan negara dapat mengecualikan penerapan kegiatan dalam Konvensi ini dimana hanya anggota keluarga, sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundangundangan, yang dipekerjakan. Pasal 2 Dalam Konvensi ini, istilah wanita berarti seorang wanita, tanpa pembatasan umur, kebangsaan, ras atau keturunan, baik menikah atau tidak menikah, dan istilah anak adalah anak baik yang dilahirkan dalam ikatan perkawinan maupun tidak. Pasal 3 1. Wanita untuk siapa Konvensi berlaku, setelah menunjukkan keterangan medis yang menyatakan perkiraan tanggal melahirkannya, berhak untuk mendapatkan cuti hamil. 2. Masa cuti hamil harus sekurang-kurangnya duabelah minggu, dan harus meliputi masa cuti wajib setelah melahirkan. 3

3. Masa cuti wajib setelah melahirkan akan ditentukan oleh peraturan perundang-undangan negara, tetapi selalu tidak boleh kurang dari enm minggu; sisa seluruh masa cuti hamil dapat diberikan sebelum tanggal melahirkan yang diperkirakan atau setelah berakhirnya masa cuti wajib atau sebagian sebelum tanggal melahirkan yang diperkirakan dan sebagian lagi setelah berakhirnya masa cuti wajib sebagaimana dapat ditentukan oleh peraturan perundang-undangan negara. 4. Cuti sebelum tanggl melahirkan yang diperkirakan harus diperpanjang selama masa antara tanggal melahirkan yang diperkirakan dan tanggal melahirkan yang sebenarnya dan masa cuti wajib yang dijalani setelah melahirkan tidak boleh dikurangi karena adanya perbaedaan ini. 5. Dalam hal sakit yang secara medis diterangkan sebagai timbul karena kehamilan, maka peraturan perundang-undangan negara harus menentukan cuti tambahan sebelum melahirkan, yang masa maksimumnya dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Pasal 4 1. Selama ketidak-hadiran dalam pekerjaan dalm cuti hamil sesuai dengan Pasal 3, wanita yang bersangkutan berhak untuk menerima jaminan dalam bentuk uang dan tunjangan lainnya. 2. Besarnya uang itu akan ditetapkan dalam peraturan perundangundangan negara agar dapat menjamin adanya jaminan yang cukup untuk pemeliharaan lengkap dan sehat atas wanita yang bersangkutan dan anaknya sesuai dengn taraf hidup yang wajar. 3. Imbalan medis meliputi sebelum layanan medis sebelum melahirkan, pada waktu melahirkan dan setelah melahirkan oleh bidan dan praktisi medis yang mampu serta perawatan di rumah sakit bila diperlukan; kebebasan memilih dokter dan kebebasan memilih antara rumah sakit pemerintah dan rumah sakti swasta harus dihormati. 4. Uang danlayanan medis harus diberikan baik dengan jaminan sosial wajib atau dengan dana umum, yang mana pun harus disediakan sebagai hak dari semua wanita yang mematuhi ketentuan yang berlaku. 4

5. Wanita yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan jaminan yang disediakan sebagai haknya, erhak, setelah memenuhi penyaringan wajib untuk mendapatkan tunjangan sosial, atas tunjangan yang memadai dari dana bantuan sosial. 6. Bila uang yang diberikan sesuai denganjaminan wajib didasarkan pada gaji sebelumnya, maka jumlah uang itu tidak boleh kurang dari dua-pertiga dari gaji wanita yang bersangkutan itu sebelumnya yang digunakan untuk menghitung jaminan. 7. Iuran yang harus dibayar sesuai dengan program jaminan sosial wajib yang memberikan jaminan melahirkan dan pajak yang didasarkan pada gaji yang dinaikkan untuk maksud pemberian jaminan demikian harus, baik dibayar bersama oleh pengusaha dan pekerja maupun yang dibayar oleh pengusaha, dibayar sesuai dengan jumlah pria dan wanita yang dipekerjakan oleh kegiatan yang bersangkutan, tanpa membedakan jenis kelamin. Pasal 5 1. Seorang wanita yang sedang merawat anaknya berhak untuk meninggalkan pekerjaannya sementara waktu untuk maksud ini pada waktu atau waktu-waktu yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan negara. 2. Meninggalkan pekerjaan sementara waktu untuk maksud merawat anak harus dihitung sebagai jam kerja dan dibayar sesuai dengan ketentuan bila hal itu diatus oleh atau sesuai dengan peraturan perundangundangan; bila hal itu diatur dalam kesepakatan kerja bersama, maka yang berlku adalah sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian itu. Pasal 6 Selama seorang wanita tidak bekerja dalam cuti hamil sesaui dengan ketentuan dari Pasal 3 konvensi ini, pengusaha yang mempekerjakannya tidak dibenarkan untuk memberikan pemberitahuan pemberhentian 5

kepadanya, atau untuk memberikan pemberitahuan pemberhentian kepadanya pada suatu waktu tertentu sehingga pemberitahuan itu habis masa berlakunya selama ketidak-hadiran itu. Pasal 7 1. Anggota International Labour Organisation yang meratifikasi Konvensi ini dapat, dengan deklarasi yang menyertai ratifikasi itu, menentukan pengecualian atas penerapan Konvensi dalam hal: 6 a. kategori tertentu dari pekerjaan non-industri; b. pekerjaan yang dilaksanakan dalam kegiatan pertanian selain kegiatan perkebunan; c. wanita penerima upah yang bekerja di rumah; d. kegiatan dalam angkutan penumpang atau barang melalui laut. 2. Kategori-kategori pekerjaan atau kegiatan yang oleh Anggota diusulkan untuk diterapkan menurut ketentuan dalam paragrap 1 Pasal ini harus dirinci dalam deklarasi yang menrtai ratifikasi itu. 3. Anggota yang sudah membuat deklarasi demikian dapat sewaktu-waktu membatalkan deklarasi berikutnya. 4. Tiap Anggota dimana deklarasi yang dibuat sesuai ketentuan paragrap 1 Pasal ini berlaku, harus menyebut tiap tahun dalam laporan tahunannya setelah me-ratifikasi Konvensi ini, posisi dari undangundang dan pemberlakuannya tentang pekerjaan atau kegiatan atas mana paragrap 1 Pasal ini berlaku sesuai dengan deklarasi dan sejauh mana pemberlakuan telah diadakan atau diusulkan untuk diadakan untuk Konvensi atas pekerjaan atau kegiatan itu. 5 Setelah lima tahun sejak dimulainya pemberlakuan Konvensi ini, maka Governing Body of the International Labour Office harus menyerahkan kepada Conference suatu laporan khusus tentang pemberlakuan pengecualian ini, berisi usulan yagn dianggapknya layak untuk langkah selanjutnya atas hal itu.

*** Pasal-pasal 8. 9. 12-17 : Standar untuk ketentuan-ketentuan akhir. Pasal-pasal 10 dan 11 : Deklarasi untuk penerapan di daerah non-metropolitan Rekomendasi tentang Perlindungan Wanita Hamil General Conference of the International Labour Organisation Setelah disidangkan di Jenewa oleh Goberning Body of the International Labour Orgnisation, dan setelah bertemu dalam sesi ketigapuluhlima pada tanggal 4 Juni 1952, dan Setelah memutuskan tentang penetapan usulan-usulan tertentu yagn menyangkut perlindungan wanita hamil, yang adalah butir ketujuh pada agenda dari sesia dimaksud, dan Setelah menentukan bahwa usulan-usulan ini harus berbentuk Rekomentasi yang menjadi pelengkap dari Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan), tahun 1952, menetapkan pada tanggal duapuluhdepalan Juni tahun seribu sembilan ratus limapuluhdua, Rekomendasi berikut, yang dapat disebut sebagai Rekomendasi Perlindungan Wanita Hami, tahun 1952. I. CUTI HAMIL 1. Dimana perlu untuk kesehatan wanita yang bersangkutan, dan dimana dapat diterapkan, cuti hamil yang ditentukan dalam Pasal 3 paragrap 2 dari Konvensi Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan) 1952 ini, harus diperpanjang sampai 14 minggu. 7

2. Badan-badan pengawas harus mempunyai kekuasaan untuk menetapkan dalam hal-hal khusus, berdasarkan keterangan medis, perpanjangan lebih lanjut atas cuti sebelum melahirkan dan sesuadah melahirkan yang ditetapkan dalam paragrap 4,5 dan 6 Pasal 3 Konvensi Perlindungan wanita Hamil (Disempurnakan) 1952, bila perpanjangan itu dirasa perlu untuk menjamin kesehatan ibu dan anak, dan terutama dalam hal adanya ancaman ketidak-normalan yang jelas tau yagn mengancam, seperti keguguran dan komplikasi sebelum melahirkan dan sesuadah melahirkan lainnya. II. JAMINAN HAMIL 1. Dimana dapat diterapkan, jaminan uang yang akan diberikan sesuai dengan Pasal 4 dari Konvensi Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan) 1952, harus ditetapkan dalam jumlahyang lebih tinggi dari standar minimum yang ditentukan dalam Konvensi, yang sama besarnya, sepanjang dapat diterapkan, dengan 100 persen dari gaji sebelumnya wanita yagn bersangkutan yang digunakan untuk menghitung jaminan. 2. Dimana dapat diterapkan, jaminan kesehatan yang akan diberikan sesuai dengan Pasal 4 dari Konvensi dimaksud, harus mencakup praktisi medis spesialis rawat jalan dan rawat inap, termasuk kunjungan ke tempat tinggal, perawatan gigi, perawatan yang diberikan oleh bidan yang memenuhi syarat kecakapan atau layanan melahirkan lainnya di rumah atau di rumah sakit; perawatan oleh perawat di rumah atau di rumah sakit atau di lembaga pengobatan lainnya pemeliharaan di rumah sakit atau di lembaga pengobatan lainnya; penggunaan bahan farmasi, gigi atau bahan pengobatan atau pembedahan lainnya; dan perawatan yang diberikan dibawah pengawasan medis yang layak oleh profesi lainnya yang sewaktu-waktu dapat diakui secara resmi sebagai berhak untuk memberikan layanan yang berkaitan dengan melahirkan. 8

3. Jaminan pengobatan itu harus cukup untuk membina, mengembalikan atau meningkatkan kesehatan dari wanita yang dilindungi dan kemampuannya bekerja dan memenuhi kebutuhan perorangannya. 4. Lembaga atau instansi pemerintah yang mengurus jaminan pengobatan harus mengusahakan agar wanita yang dilindungi, dengan cara yang dianggap layak, untuk memanfaatkan layanan kesehatan umum yang menjadi hak mereka yang diberikan oleh lembaga pemerintah atau oleh badan yang diakui oleh lembaga pemerintah. 5. Selain itu, peraturan perundang-undangan negara dapat memberi kuasa kepada departemen pemerintah untuk membuat ketentuan tentang peningkatan kesehatan wanita yang dilindungi dan anaknya. 6. Jaminan lainnya, dalam bentuk barang atau uang, seperti pakaian bayi atau pembayaran untuk pembelian pakaian bayi, persediaan susu atau tunjangan perawatan atas ibu melahirkan, a\dapat ditambahkan pada jaminan yang disebut dalam sub-paragrap (1) dan (2) paragrap ini. III. FASILITAS UNTUK PERAWATAN IBU DAN ANAK 1. Dimana dapat diterapkan, ijin untuk merawat bayi perlu diberikan selama sekurang-kurangnya satu setengah jam selama hari kerja dan penyesuaian dalma frekuensi dan lamanya masa perawatan itu harus diberikan setelah menerima keterangan medis. 2. Perlu disediakan fasilitas perawatan atau day care, sebaiknya di luar tempat kegiatan dimana wanita yang bersangkutan bekerja; sepanjang memungkinkan perlu diberikan pembiayaan atau sekurang-kurangnya subsidi atas fasilitas demikian, atas beban masyarakat atau jaminan sosial wajib. 3. Persyaratan alat-alat dan higiene dari fasilitas untuk perawatan dan day care serta jumlah dan kualifikasi dari staf yang melaksanakannya, harus memenuhi standar yang memadai yang ditetapkan dalam 9

peraturan yang erlaku, serta harus disetujui dan diawasi oleh instansi yang berwenang. IV PERLINDUNGAN HUBUNGAN KERJA 1. Sepanjang memungkinkan, masa sebelum atau sesudah melahirkan dalam mana wanita yang bersangkutan dilindungi dari pemberhertian oleh pengusaha sesuai dengan Pasal 6 dari Konvensi Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan) 1952, diperpanjang mulai dari tanggal dimana pengusaha yang menjadi majikan dari wanita yang bersangkutan telah diberitahukan dengan keterangan medis tentang kehamilan dan tetap berlaku sampai satu bulan sekurang-kurangnya setelah akhir masa cuti melahirkan yang diberikan sesuai dengan Pasal 3 dari Konvensi ini. 2. Di antara alasan-alasan yang sah untuk pemberhentian selama masa yang dilindungi yang harus ditentukan oleh undang-undang meliputi kasus-kasus pelanggaran oleh pihak wanita yang bersangkutan, penghentian kegiatna atau berakhirnya kontrak hunungan kerja. Bila ada dewan kerja, sebaiknya mereka dihubungi untuk maksud pemberhentian itu. 3. Selama masa ketidakhadirannya yang sah di pekerjaan sebelum dan sesudah melahirkan, hak senioritas dari wanita yang bersangkutan harus dipertahankan, demikian pula haknya untuk ditempatkan kembali di pekerjaannya sebelumnya atau di pekerjaan yang setara dengan bayaran yang sama besar. 10

V PERLINDUNGAN ATAS KESEHATAN WANITA PEKERJA SELAMA MASA KEHAMILAN 1. Pekerjaan di waktu malam dan kerja lembur harus dilarang untuk wanita hamil dan wanita yang sedang merawat anak dan jam kerja mereka harus direncakan sedemikian rupa sehingga menjamin adanya waktu istirahat yang memadai. 2. Mempekerjakan seorang wanita pada pekerjaannya yagn mengganggu kesehatannya atau kesehatan anaknya, sebagaimana yang ditentukan oleh pihak berwenang, harus dilarang selama masa kehamilan dan sampai sekurang-kurangnya tiga bula setelah melahirkan dan lebih lama bila wanita itu merawat anaknya. 3. Pekerjaan yang termasuk dalam ketentuan sub-paragrap harus meliputi, terutama: a. Pekerjaan berat, yang melibatkan: i. Mengangkat, mendorong atau menarik barang berat; atau ii. Pekerjaan yang terlalu lama membebani pekerjaannya secara fisik, termasuk berdiri lama; b. Pekerjaan yang memerlukan keseimbangan khusus; c. Pekerjaan dengan mesin bergetar. 4. Wanita yang dipekerjakan di pekerjaan yang ditetapkan sebagai menggnggu kesehatan oeh pihak yang berwenang, berhak tanpa kehilangan upah, untuk dipindahkan ke jenis pekerjaan yang tidak berbahaya bagi kesehatannya. 5. Hak untuk dipindahkan seperti ini harus diberikan juga untuk alasan kehamilan dalma kasus-kasus individual bagi wanita yang mengajukan keterangan medis yang menyatakan bahwa perubahan dalam sifat pekerjaannya diperlukan demi kesehatannya dan kesehatan anaknya. 11