PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

PENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI PADA PASIEN ISOLASI SOSIALDI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RS JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI I- III TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL DAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Feri Wibowo* )., Ns. Sujarwo, S.Kep** ), Mugi Hartoyo, MN*** ) * ) Mahasiswa Program Studi S Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ** ) Dosen Program Studi S Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang *** ) Dosen Poltekes Semarang ABSTRAK Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan dengan berbagai faktor penyebab yang bervariasi. Dari survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 005 prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 64 per 000 penduduk. Diperkirakan - % dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Sampel penelitian berjumlah 40 responden yang ditentukan dengan total sampling. Pada karakterisitik responden gangguan jiwa jenis kelamin laki-laki terbesar yaitu sebanyak 8 (70%), usia yang paling tinggi antara -0 tahun sebanyak 8 (45%), pendidikan paling tinggi adalah berpendidikan SD sebanyak 0 (50%), dan pekerjaan paling banyak adalah tidak bekerja sebanyak 4 (5%) dan buruh (,5%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara TAK stimulasi persepsi sesi I-III terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan. Hasil penelitian variabel mengenal perilaku kekerasan sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi dengan p-value 0,000, dan kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi dengan p-value 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian TAK stimulasi persepsi yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan. Kata kunci : Perilaku Kekerasan, TAK Stimulasi Persepsi, Mengenal, Mengontrol ABSTRACT Mental disorders patient has been increase year by year with so many various cause factors. According to the survey of Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) in 005 prevalensi of mental disorders in Indonesia reached 64 per 000 people. It was estimated that - % of Indonesian people got hard mental disorders. Sample amount of this research was 40 respondents which were choosing by total sampling. On the characteristics of mental disorders respondent, it was found that male get the largest amount, that is, 8 (70%), the highest amount of aged was -0 years old, that is, 8 (45%), the highest amount of education was elementary school, that is, 0 (50%) and the highest amount of job was jobless, that is, 4 (5%) and labor (, 5%). Result of the research showed that there was a significant effect between perception stimulation TAK session I-III and the ability of identifying and controlling violent behavior. Variable result identified violent behavior before and after got intervention with p-value 0,000, and controlled violent behavior before and after got intervention with p-value 0,000. The conclusion of this research was giving perception stimulation TAK which was done intensively and effectively could increase client ability in identifying and controlling violent behavior. Key words: Violent behavior, Perception Stimulation TAK, Identifying, Controlling.

PENDAHULUAN Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku, salah satu contohnya adalah munculnya perilaku kekerasan (Nasir & Muhith, 0, hlm.8). Menurut World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (00) menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah gangguan mental. Yonata (009, ) menjelaskan bahwa dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 005, prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai sebanyak 64 per.000 penduduk. Di Indonesia diperkirakan bahwa -% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat (Yosep, 0, hlm.7-0). Berdasarkan data dari rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 00 didapatkan.94 orang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Diperoleh data perilaku kekerasan.54 (9,%). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati & Hartono, 00, hlm.78).terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota (Keliat & Akemat, 004, hlm.). Salah satu TAK yang digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi I-III terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian pra-eksperimental menggunakan One group pre-post test design (toatmojo, 00, hlm.58). Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami perilaku kekerasan yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan bersedia menjadi subyek penelitian, dengan jumlah klien perilaku kekerasan sebanyak 5 orang. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 responden, dengan kriteria inklusi meliputi : Pasien gangguan psiko non organik dengan perilaku kekerasan, belum pernah mengikuti TAK stimulasi persepsi atau pernah mengikuti TAK stimulasi persepsi tetapi tidak teratur, Berumur antara 8-40 tahun, berkomunikasi secara verbal, Mendapatkan terapi medis obat-obatan (cpz, haloperidol), pasien bersedia dijadikan responden, Pasien yang mendapatkan terapi ECT. Sedangkan kriteria ekslusi meliputi: Pasien droup out (baik karena pulang, sakit fisik atau kondisi lain yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan kegiatan penelitian). Penelitian ini dilakukan di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen penelitian kuesioner. Kuesioner A, yaitu mengukur karakteristik klien antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, kuesioner B, yaitu cara mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan yang terdiri dari pertanyaan dengan cara jawab ya dan tidak. Pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan kemampuan mengenal perilaku kekerasan, dan 7 pertanyaan kemampuan mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik, dan mengontrol perilaku kekerasan. HASIL PENELITIAN Data karakteristik responden secara keseluruhan di tunjukan pada tabel. Dimana hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden berkisar antara 7-40 tahun, dan diketahui bahwa sebagian besar (45%) berumur -0 tahun. Responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase yang lebih besar dari responden prempuan yaitu 70%, pendidikan sekolah

dasar (SD) memiliki persentase terbesar yaitu 50% dan sebagian tidak bekerja memiliki persentase terbesar yaitu 5%. 4 5 4 Tabel. Data karakteristik responden Karakteristik Responden Frekuensi (N=40) Umur (tahun) <0 9,5-0 8 45-40,5 Total 40 00 Jenis Kelamin Laki-laki 8 70 Perempuan 0 Total 40 00 Pendidikan Tidak sekolah 7,5 SD 0 50 SMP 0 5 SMA 6 5 Perguruan tinggi,5 Total 40 00 Pekerjaan Karyawan Wiraswasta Tidak bekerja Buruh 6 7 4 5 7,5 5,5 Total 40 00 Tabel. Kemampuan responden mengenal perilaku kekerasan sebelum dan setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I-III. Sebelum TAK Kemampuan Frekuensi mengenal (n) 8 45 Tidak mampu 55 Total 40 00 Sesudah TAK Kemampuan Frekuensi mengenal (n) 8 95 Tidak mampu 5 Total 40 00 Tabel. Kemampuan responden mengontrol perilaku kekerasan sebelum dan setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I-III. Sebelum TAK Kemampuan Frekuensi mengontrol (n) 0 Tidak mampu 0 5 75 Total 40 00 Sesudah TAK Kemampuan Frekuensi mengontrol (n) 5 Tidak mampu 5 87,5,5 Total 40 00 Hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro wilk didapatkan nilai p<0,05 maka dikatakan data tidak berdistribusi normal dan dilanjutkan dengan menggunakan uji wilxocon signed test. Hasil uji wilxocon signed test menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi I-III terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo PEMBAHASAN Interpretasi Data dan Diskusi Hasil Berdasarkan hasil penelitian, data karakteristik responden menunjukan bahwa sebanyak 45% responden berada pada rentang umur -0 tahun. Menurut teori perkembangan Erikson (dalam Ifdil, 00, 7) usia -0 tahun termasuk ke dalam usia dewasa awal, dimana pada masa tersebut individu mempunyai tugas pada tahap perkembanganya. Hal penting yang harus diperhatikan pada usia tersebut adalah terjadinya hubungan intim dan terjalinnya hubungan tertutup dengan kedua orang tua. Intim yang dimaksud adalah memiliki kemampuan yang baik untuk akrab dengan orang lain dan tidak menyukai menyendiri. Pada tahap ini, jika individu sukses dapat memenuhi tugasnya, maka ditandai dengan adanya keintiman. Namun jika tidak terpenuhi atau gagal maka ditandai oleh isolasi. Oleh karena itu, pada usia tersebut sering disebut masa keintiman versus isolasi (Sunaryo, 004, hlm.5). menunjukkan bahwa 70% responden berjenis kelamin laki-laki. Keadaan yang terjadi sekarang ini adalah sebagian laki-laki lebih senang memendam masalahnya sendiri jika mempunyai masalah. Sehingga didepan orang lain terlihat kuat. Apabila hal tersebut

terjadi berlarut-larut, maka akan menimbulkan depresi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat O Neil dalam Nauly (00, hlm.5) bahwa konflik peran gender individu dapat disebabkan dari dalam dirinya sendiri. Darmojo dkk (999 dalam, Wiranata, 00, hlm.) mengatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah dari pada laki-laki yang cenderung lebih emosional. Menurut Kaplan dan Sadock (998, dalam Sunarto, 007 hlm.75) bahwa faktor resiko untuk perilaku kekerasan adalah jenis kelamin laki-laki. menunjukkan bahwa 50% responden berpendidikan sekolah dasar (SD). Pendidikan seseorang akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Menurut Suhardjo, 00 (dalam, Irawati, 0, hlm.) tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tingkat pendidikanya tinggi akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir (Stuart dan Sudeen, 000, dalam, Rahma, 00, hlm.). menunjukkan bahwa 5% responden tidak bekerja. Pekerjaan merupakan hal yang sangat mempengaruhi konsep diri seseorang terutama pada peran diri individu. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan mungkin akan mempengaruhi konsep dirinya yang mana di pengaruhi oleh ideal diri dan harga diri. Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri yaitu harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 999 dalam, Admin, 00, 4-5). Pendapat tersebut juga didukung oleh teori model keperawaan kesehatan jiwa sosial (Caplan, Szasz, dalam Yosep, 007, hlm.4) yaitu sesorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial di lingkungan yang akan memicu munculnya stres pada sesorang. Akumulasi stressor yang ada di lingkungan salah satunya adalah tuntutan persaingan pekerjaan. Hasil uji dengan wilxocon signed test menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi I-III terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Dengan pemberian TAK stimulasi persepsi yang efektif, didukung dengan lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan, maka klien dapat diajarkan cara mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan.. Hal ini didukung oleh Leon Festinger (dalam Sunarto, 007, hlm.76) yang menyatakan bahwa perilaku dapat dikarenakan adanya cognitive dissonance (Mantra, I.B, 99). Dalam penelitian ini sebagai cognitive dissonance adalah adanya TAK stimulasi persepsi berupa cara mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik dan sosial. cognitive dissonance dimiliki, sehingga responden dapat merubah pengertian, sikap dan perilakunya. Sehingga sangat efektif pemberian TAK stimulasi persepsi bagi perilaku kekerasan.. Peningkatan kemampuan pasien mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan setelah diberikan TAK stimulasi persepsi disebabkan karena pemberian strategi pelaksanaan yang sesuai. Perilaku seseorang dapat dirubah menjadi perilaku yang diinginkan atau adaftif, salah satunya dengan memodifikasi perilaku (Depkes RI, 000, hlm.5-44). Terapi modifikasi perilaku didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari dengan demikian perilaku yang tidak diinginkan atau maladaftif dapat diubah menjadi perilaku yang diinginkan atau adaftif.. Proses mengubah perilaku dengan terapi ini adalah dengan menggunakan teknik yang disebut conditioning yaitu suatu proses dimana klien

belajar mengubah perilakunya (Depkes RI, 000, hlm.4). KESIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang diberikan pada klien perilaku kekerasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik maupun secara sosial di RSJD Dr.Amino Gondohutomo DAFTAR PUSTAKA Admin. (00). Ilmu psikologi. http://belajarpsikologi.com/pengertian -harga-diri/. diperoleh tanggal 9 Februari 0. Departemen Kesehatan RI. (000). Keperawan jiwa teori dan tindakan keperawatan cetakan I. Jakarta: Direktoral Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan. Ifdil.(00).Bimbingan dan konseling indonesia..http://konseling indonesia.com, diperoleh tanggal Maret 0. Irawati,F,K. (0). Hubungan antara tingkat pendidikan care giver dan tingkat pengetahuan gizi care giver dengan status gizi pemderita skizofrenia rawat jalan di rumah sakit jiwa daerah Surakarta. http://www.eprints.ums.ac.id.pdf, diperoleh tanggal Maret 0. Kusumawati, F & Hartono, Y. (00). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Keliat, BA & Akemat. (004). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nasir, A & Muhith, A. (0). Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Nauly, Meutia. (00). Konflik peran gender pada pria: teori dan pendekatan empirik. http:// library.usu.ac.id.pdf, diperoleh tanggal 7 januari 0. toatmojo, S. (00). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rahma, Janah. (00). Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dismenorhea dengan tingkat kecemasan pada saat mengalami dismenorhea pada siswi di SMA N BaeKudus.http://digilib.unimus.ac.id. pdf, diperoleh tanggal Maret 0. Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo (00). Sunarto. (007). Pengaruh terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi terhadap kemampuan mencegah perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino gondohutomo Kripsi Stikes Karya Husada Sunaryo, (004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC Wiranata, Reindi. (00). Hubungan karakteristik dukungan keluarga dan dukungan sosial dengan terjadinya kecemasan pada usia lansia di panti wreda wening wardoyo Ungaran. http://digilib.unimus.ac.id.pdf, Diperoleh tanggal 5 februari 0. Yonata, D. (009). Asuhan keperawatan pada Tn. K dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di ruang Amarta RSJD Surakarta. Universitas Muhamadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id.pdf, diperoleh tanggal 8 Agustus 0. Yosep, I. (009). Keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.