BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya yang dilalui oleh garis khatulistiwa, Indonesia sangat berpotensi memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan)

10Pilihan Stategi Industrialisasi

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

.VI. KARAKTERISTIK USAHA DAN RANTAI PEMASARAN. Usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Boks. Perkembangan Terkini Beberapa Sektor Ekonomi Utama di Kalimantan Timur Sehubungan dengan Krisis Keuangan Global

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

PELUANG BISNIS FURNITURE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peran yang penting sebagai motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. Wulan Ayodya,,Mau Kemana Setelah SMK?, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 64

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

3 KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB I PENDAHULUAN. pernah mengalami masa keemasan dan maju pesat hingga menembus ke

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan konsep kekayaan budaya dan hasil alam Indonesia adalah industri mebel kayu. Industri mebel kayu ini memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu berstruktur pasar persaingan monopolistik, bersifat labor-intensive, berteknologi rendah relatif terhadap industri lain, terklaster, input abundant, dan berorientasi pada pasar ekspor. Karena sifat outputnya yang tergolong kebutuhan rumah tangga yang cukup krusial, industri mebel kayu pun menghadapi permintaan yang relatif meningkat dari tahun ke tahun, didukung dengan semakin berkembangnya bisnis properti di Indonesia. Namun, walau permintaan terhadap mebel kayu Indonesia terus meningkat setiap tahun dan juga didukung oleh fakta dimana Indonesia memiliki hutan yang luas, industri mebel kayu tetap masih harus menghadapi masalah-masalah, seperti contohnya penurunan pasokan kayu sehingga harganya menjadi mahal, mindset pengusaha mebel kayu yang masih tradisional, rendahnya dukungan dari lembaga kredit untuk industri mebel kayu, sulitnya bagi perusahaan mebel kayu untuk memasuki pasar ekspor, dan persaingan antar pengusaha mebel kayu yang cukup ketat. Walaupun begitu, industri mebel kayu Indonesia tetap berusaha mengisi warna dalam dunia interior yang semakin berkembang. Mebel kayu Indonesia telah malang 140

melintang di dunia melalui usahanya memasuki pasar internasional yang cukup menjanjikan dalam hal meraih keuntungan yang lebih. Dengan demikian, akan lebih baik bila industri mebel kayu Indonesia ini melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan pertumbuhan output serta kelangsungan usahanya. Berdasarkan pada hal tersebut maka dilakukanlah penelitian mengenai pertumbuhan perusahaan mebel kayu serta kemampuannya untuk bertahan di industri. Berikut merupakan kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian tersebut. 6.1.1 Kesimpulan Analisis Pertumbuhan Perusahaan Mebel Kayu Berdasarkan hasil analisis mengenai pertumbuhan suatu perusahaan di industri mebel kayu Indonesia, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Secara umum, yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan di industri mebel kayu secara signifikan adalah variabel usia perusahaan, ukuran perusahaan, pangsa pasar yang dimiliki perusahaan, dan ekspor oleh perusahaan. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap pertumbuhan perusahaan di industri mebel kayu Indonesia secara garis besar. Penurunan pertumbuhan perusahaan seiring dengan semakin bertambahnya usia perusahaan disebabkan karena perusahaan-perusahaan yang sudah matang kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan baru yang biasanya lebih inovatif dan efisien. Penurunan pertumbuhan perusahaan seiring dengan penambahan tenaga kerja secara terus menerus dapat terjadi karena diminishing marginal returns dari tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan pertumbuhan perusahaan seiring dengan bertambahnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan dapat terjadi karena posisi perusahaan yang semakin kuat di pasar membuat 141

perusahaan tersebut dapat mengatur strategi yang menguntungkan baginya, dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhannya. Peningkatan pertumbuhan perusahaan seiring dengan usaha ekspor oleh perusahaan dapat terjadi karena ekspor menyebabkan perusahaan tersebut dapat terus melakukan peningkatan produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan. Sementara itu, variabel kredit yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka meningkatkan modal kerjanya dan produktivits tenaga kerja perusahaan tidak mempengaruhi pertumbuhan perusahaan secara signifikan. Tidak signifikannya kredit oleh perusahaan ini dapat diakibatkan oleh masih sulitnya akses kredit bagi perusahaanperusahaan mebel kayu di Indonesia yang mayoritas perusahaannya berskala kecil. Atau bisa juga karena masih berlakunya sistem kredit tradisional antar perusahaan mebel kayu di Indonesia. Kemudian variabel produktivitas tenaga kerja perusahaan juga tidak signifikan karena dalam industri mebel kayu yang harus mementingkan nilai jual serta keindahan yang disukai oleh target konsumen tertentu, proses produksinya sangat tergantung pada nilai serta hasil desain mebel yang ditonjolkan. Dengan demikian, proses produksinya sangat bergantung kepada keahlian tenaga kerjanya, terutama dalam hal ukir. Ini menyulitkan pengukuran produktivitas tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan mebel kayu secara umum. Selain itu, terdapat kemungkinan dimana perusahaan dengan produktivitas yang meningkat ternyata terjadi karena perusahaan tersebut melakukan pengurangan pada tenaga kerja yang dipekerjakannya, bukan karena peningkatan output yang signifikan. Dengan demikian, analisis perubahan pada pertumbuhan dapat menjadi kurang baik apabila didasarkan pada perubahan produktivitas tenaga kerja perusahaan. 142

6.1.2 Kesimpulan Analisis Kemampuan Perusahaan Bertahan dalam Industri Mebel Kayu Berdasarkan hasil analisis mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam bertahan di industri mebel kayu Indonesia, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Secara umum, yang mempengaruhi probabilitas suatu perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia secara signifikan adalah variabel usia perusahaan, ukuran perusahaan, pangsa pasar yang dimiliki perusahaan, dan produktivitas tenaga kerja perusahaan. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kemampuan perusahaan dalam bertahan di industri mebel kayu Indonesia secara garis besar. Peningkatan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia seiring dengan bertambahnya usia suatu perusahaan dapat terjadi karena perusahaan tersebut semakin matang dan kaya akan pengetahuan serta pengalaman untuk menunjang keberlangsungan dan penambahan aktivitas produksinya. Peningkatan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia seiring dengan bertambahnya penambahan tenaga kerja yang dimilikinya dapat terjadi karena perusahaan dapat lebih mudah meningkatkan produksinya bila menambah jumlah tenaga kerjanya. Peningkatan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia apabila dimiliki oleh pengusaha domestik dapat terjadi karena biasanya perusahaan tersebut memiliki keterampilan serta spesialisasi tersendiri yang unik, yang menambah nilai jual produknya. Peningkatan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia apabila berlokasi di Jepara terjadi karena lokasi yang sudah dikenal sebagai sentra industri mebel kayu ukir tersebut dapat memberikan 143

kemungkinan melimpahnya tenaga kerja terampil yang dapat diserap dan permintaan yang selalu ada dalam jumlah besar. Peningkatan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia seiring dengan semakin tingginya produktivitas tenaga kerja dalam perusahaan tersebut dapat terjadi karena produktivitas tersebut mencerminkan kinerja tenaga kerjanya sehingga semakin tinggi produktivitas maka kinerjanya pun semakin baik relatif terhadap perusahaan lainnya. Lain halnya yang terjadi dengan variabel pangsa pasar yang dimiliki perusahaan yang ternyata memiliki arah yang berlawanan dengan hipotesis awal. Pengurangan probabilitas perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia seiring dengan bertambahnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan dapat terjadi terjadi karena untuk mencukupi permintaan yang semakin banyak sebagai akibat dari usaha menambah pangsa pasar, perusahaan membutuhkan jumlah input mebel yang semakin besar pula, yang ternyata tidak diimbangi dengan penyediaan bahan baku yang cukup. Walaupun Indonesia memiliki area hutan yang sangat luas, namun illegal logging sudah sangat merajalela sehingga menyebabkan peningkatan harga yang semakin membebani keuangan perusahaan, terutama pada perusahaan dengan skala kecil yang merupakan mayoritas pelaku produksi dalam industri ini. Sementara itu, variabel ekspor oleh perusahaan, kredit oleh perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi probabilitas suatu perusahaan dapat bertahan di dalam industri mebel kayu Indonesia secara signifikan. Tidak signifikannya ekspor oleh perusahaan dapat terjadi karena biasanya yang dapat menembus pasar ekspor hanya perusahaan dengan modal yang cukup, dengan demikian perusahaan dengan skala kecil, yang merupakan perusahaan yang mendominasi dalam industri mebel kayu ini, 144

kesulitan untuk meng-cover biaya tinggi dalam memasuki pasar internasional. Tidak signifikannya kredit oleh perusahaan dapat diakibatkan oleh masih sulitnya akses kredit bagi perusahaan-perusahaan mebel di Indonesia, dimana lembaga kredit menjadi jauh lebih selektif dalam memberikan pinjaman dana sedangkan mayoritas perusahaan mebel kayu Indonesia memiliki resiko yang tinggi dalam hal kredit macet. Bisa juga karena sistem kredit tradisional antar perusahaan, yang masih banyak ditemukan dalam industri ini. Kemudian tidak signifikannya pertumbuhan perusahaan pada tahun sebelumnya dapat terjadi karena mungkin saja pertumbuhan yang menggunakan proksi pertumbuhan output mencerminkan output yang hanya menjadi persediaan di gudang atau ruang pajang toko sehingga belum dapat menghasilkan pendapatan bagi kas perusahaan, yang pada akhirnya memberatkan kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian kinerja perusahaan yang baik pun belum tentu menghasilkan keuntungan sehingga perusahaan tersebut dapat mati karena terbebani biaya produksi yang belum tertutupi pendapatan. Bisa juga karena loyalitas konsumen yang rendah pada suatu perusahaan menyebabkan pertumbuhan output perusahaan menjadi terhambat dan sangat tergantung kepada pembelian konsumen dan harga yang ditetapkannya. 6.2 Saran Akibat keterbatasan waktu dan data, terdapat beberapa variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi analisis mengenai pertumbuhan perusahaan serta kemampuannya untuk bertahan di industri mebel kayu Indonesia yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari sisi permintaan (demand side) atau dari sisi penawaran (supply side) lainnya. Contoh faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi 145

analisis mengenai pertumbuhan perusahaan serta kemampuannya untuk bertahan di industri mebel kayu Indonesia secara lebih lengkap adalah sebagai berikut. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian hasil dan pembahasan bahwa terdapat kemungkinan dimana kondisi keuangan perusahaan menjadin semakin terbebani dengan hal-hal seperti contohnya output yang hanya menjadi persediaan saja sehingga belum dapat menghasilkan keuntungan, atau karena harga input yang semakin mahal. Oleh karena itu, ada baiknya apabila pada penelitian selanjutnya juga dilihat mengenai faktor kondisi keuangan perusahaan. Terkait dengan kondisi keuangan perusahaan, ada baiknya juga bila melihat pungutan-pungutan yang dapat mempengaruhi kancah industri mebel kayu, baik itu di pasar dalam negeri maupun luar negeri, sebagai salah satu faktor yang menghambat serta membebani keuangan perusahaan. Kemudian mengenai bahan baku industri, ada baiknya bila pada penelitian selanjutnya dimasukkan juga faktor ketersediaan bahan baku di daerah setempat, harga bahan baku, dan jumlah bahan baku impor yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini terkait dengan semakin berkurangnya pasokan kayu yang tersedia bagi industri mebel kayu oleh berbagai macam alasan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, maka dapat dilihat seberapa besar pengaruh dari kejadian tersebut terhadap pertumbuhan perusahaan serta kemampuannya bertahan dalam industri mebel kayu. Faktor strategi yang ditetapkan perusahaan juga perlu diperhatikan, mengingat mindset dari seorang pengusaha sangat krusial dalam kelangsungan usahanya, apakah ia berpikiran sebagai industriawan yang selalu ingin meningkatkan produksinya dan menciptakan pasar, atau masih menunggu konsumen datang kepadanya. Strategi ini juga harus memperhitungkan kemampuan konsumen dalam membeli (willingness to pay), 146

dengan demikian maka faktor pendapatan seseorang (disposable income) secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan serta kemampuannya bertahan dalam industri mebel kayu. Selain itu, mengingat industri mebel kayu merupakan industri yang sangat mengutamakan segi desain produknya, maka kemampuan perusahaan tersebut untuk menciptakan inovasi baru atau melakukan diversifikasi pada produknya juga sangat penting untuk diperhatikan secara lebih lanjut. Tidak hanya itu, sehubungan dengan adanya desain, maka juga harus dihubungkan dengan hak cipta atau paten oleh perusahaan terhadap produknya. Desain serta proses pembuatan mebel kayu merupakan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tertentu, yang dapat diklaim sewaktu-waktu, dengan demikian dapat mendatangkan royalti bagi perusahaan. Hal tersebut akan sangat menguntungkan perusahaan tersebut sehingga mengangkat pertumbuhan dan kemampuannya bertahan dalam industri mebel kayu. Kemudian dengan berdasarkan pada hasil analisis penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan terhadap masalah-masalah yang dihadapi industri mebel kayu Indonesia adalah sebagai berikut. Masalah pertama mengenai kurangnya pasokan kayu yang sangat mengganggu proses produksi dari industri mebel kayu, dimana bertambahnya pangsa pasar perusahaan justru bisa menjadi bumerang bagi perusahaan tersebut karena kebutuhannya akan input kayu yang semakin bertambah tidak diiringi dengan pasokan kayu legal yang cukup, dan ditambah dengan harganya yang semakin mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pemerintah mulai tegas dalam menghadapi masalah illegal logging yang dihadapi hutan di Indonesia. Masih terkait dengan ketersediaan kayu bagi industri mebel kayu, ada baiknya juga bila dilakukan pembangunan terminal kayu terpadu di daerah- 147

daerah yang termasuk sentra industri mebel kayu. Dengan demikian, akan tersedia lebih banyak pasokan kayu bagi industri mebel kayu dengan harga yang bersaing. Masih mengenai masalah yang timbul dari kurangnya pasokan kayu legal, yaitu mengenai isu eco-friendly product. Hal tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja industri mebel kayu Indonesia, dimana banyak dari perusahaan mebel kayu Indonesia juga menggunakan kayu ilegal sebagai bahan baku produksinya, melalui pengembalian produk-produk mebel kayu buatan Indonesia oleh negara-negara lain akibat tidak adanya eco-labelling dan kualitas yang tidak sesuai standar. Penggunaan kayu ilegal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat mengatakan bahwa produknya 100% ramah lingkungan. Dengan demikian, banyak dari produk tersebut yang ditolak dan dikembalikan ke Indonesia, terutama dari Amerika Serikat dan Eropa, yang merupakan daerah potensial ekspor mebel kayu. Pasokan kayu legal yang cukup tidak akan membuat para pengusaha mebel kayu kesulitan mencari kayu sebagai bahan baku produksinya dengan harga yang masih bersaing. Dengan demikian, pengusaha mebel kayu akan lebih mudah untuk melakukan eco-labelling bagi produknya agar sesuai dengan standar luar negeri. Mengenai masalah pungutan-pungutan yang terkait dalam industri ini, sebaiknya pungutan-pungutan, seperti contohnya pajak, retribusi, Pungutan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta biaya Terminal Handling Charge (THC) untuk kegiatan ekspor, yang tepat harus benar-benar dipikirkan, jangan sampai industri yang memberikan nilai tambah yang tinggi dan sesuai dengan kondisi alam, budaya, dan ekonomi Indonesia malah dikenai pungutan yang terlalu tinggi yang dapat mematikan industri tersebut. Beberapa pungutan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, dengan demikian semakin 148

mengurangi daya saing mebel kayu Indonesia. Selain pungutan-pungutan tadi, para pengusaha juga biasanya masih menghadapi pungutan liar serta birokrasi yang rumit. Oleh karena itu, perlu pembenahan dan peninjauan ulang mengenai pungutan serta birokrasi agar dapat lebih mendukung iklim industri yang kondusif bagi pengusaha-pengusaha mebel kayu yang ingin mengembangkan usahanya dan memasuki pasar internasional. Kemudian mengenai masalah kredit yang masih sulit diakses oleh mayoritas perusahaan berskala kecil dalam industri mebel kayu ini juga sebaiknya diperhatikan. Sebaiknya lembaga kredit lebih terbuka terhadap industri mebel kayu karena sebenarnya industri mebel kayu Indonesia ini masih menjanjikan keuntungan yang cukup signifikan di pasar internasional. Dengan semakin terbukanya akses kredit bagi perusahaan mebel kayu, maka mereka dapat lebih mudah untuk melakukan ekspor produknya ke luar negeri, yang merupakan pasar potensial untuk mencari keuntungan. Selain semua yang telah disebutkan, kebijakan yang terintegrasi antara kebutuhan satu industri dengan industri lain juga sangat perlu diperhatikan untuk menciptakan mata rantai antara industri hulu dengan industri hilir yang saling mendukung. Kemudian mengenai data terhadap dunia industri Indonesia juga sebaiknya lebih dipermudah aksesnya dan lebih akurat agar hasil penelitian dapat mencerminkan kinerja industri yang sebenarnya dan dapat memberikan peramalan yang lebih tepat untuk ke depannya. 149