Analisis Bahan Magnet Nanokristalin Barium Heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) dengan Menggunakan High-Energy Milling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

PENGARUH ph TERHADAP STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT

SINTESIS NANOPARTIKEL HEKSAFERIT MFe 12 (M=Ba,Sr) DENGAN METODE KO-PRESIPITASI

Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SrO.6Fe 2 MENGGUNAKAN PROGRAM GENERAL STRUCTURE ANALYSIS SYSTEM DAN PENGUJIAN SIFAT MAGNETNYA

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

PENGARUH KALSIUM TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT HASIL SINTESIS DENGAN METODA KO-PRESIPITASI

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

SINTESIS BAHAN MAGNETIK KOMPOSIT Fe-C DENGAN HIGH ENERGY MILLING SPEX 8000M DAN HIGH ENERGY MILLING E3D

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH LARUTAN PENGENDAP TERHADAP PEMBENTUKAN HEKSAFERIT BaO.6 Fe 2

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

KARAKTERISASI BaFe 12 O 19 KOERSIVITAS TINGGI HASIL SINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI KIMIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.

PENGARUH ANNEALING DAN KOMPOSISI ADITIF FERRO BORON (FeB) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) SKRIPSI

Galuh Intan Permata Sari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

JMI Vol. 38 No. 1 Juni 2016 METAL INDONESIA. Journal homepage: p-issn: e-issn : X

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

Unnes Physics Journal

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

PENGARUH SUBSTITUSI ION Ti-Zn TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN dan SIFAT PENYERAPAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK MATERIAL SISTEM BaFe12-xTix/2Znx/2O19

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

STUDI PENGARUH UKURAN GRAIN TERHADAP KOERSIVITAS ALLOYMAGNETIK FESI (SI = 3,2 AT%) Zulkarnain 1, D. Triyono 2 ABSTRAK

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR

Sintesis Nanopartikel Magnetite (Fe 3 O 4 ) dengan Template silika (SiO 2 ) dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Unnes Physics Journal

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

Kajian Struktur Mikro terhadap Sifat Magnetik pada Magnet Permanen Ba 0.6 Fe 2 O 3

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ARIUM. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIKBERBASIS BaNi x Al 6-x Fe 6 O 19 UNTUK BAHAN ABSORBER GELOMBANGELEKTROMAGNETIK SKRIPSI PRAHMADYANA

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA

SINTESIS BARIUM HEXAFERRITE YANG DISUBSTITUSI ION Mn-Co MELALUI REAKSI PADAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN STUKTUR DAN SIFAT MAGNETIK

Sintesis Nanopartikel Magnesium Ferrite (MgFe 2 O 4 ) dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasi Sifat Kemagnetannya

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(B) 14105 Analisis Bahan Magnet Nanokristalin Barium Heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) dengan Menggunakan High-Energy Milling Akmal Johan Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia Intisari: Telah disintesis bahan magnet nanokristalin barium heksaferit dengan menggunakan high-energy milling. Secara sistematis waktu milling dilakukan selama 5, 10, 15, 20 dan 30 jam disertai dengan proses annealing dari temperatur ruang hingga temperatur 400 C, 600 C, 800 C dan 1000 C selama 3 jam. Hasil pengukuran pola difraksi sinar-x sebelum dan setelah proses milling menunjukkan deformasi struktur kristal yang ditandai dengan tinggi puncak difraksi yang semakin menurun serta semakin melebar dan ditandai oleh penurunan sifat kemagnetan bahan. Dari pengukuran sifat kemagnetan sebelum dan sesudah proses milling selama 30 jam masing-masing nilai koersivitas intrinsik adalah 1,68 koe dan 1,13 koe, sedangkan nilai magnetisasi remanen diperoleh masing-masing 42,5 emu/gram dan 8,16 emu/gram. Proses pemanasan (annealing) pada temperatur 1000 C selama 3 jam terhadap bahan yang telah di milling, menunjukkan perbaikan sifat magnet bahan terutama nilai koersivitas intrinsik naik hingga 4,39 koe, serta nilai magnetisasi remanen yang kembali seperti sebelum di milling sekitar 40,8 emu/gram. Terkait dengan peningkatan koersivitas magnet intrinsik dari 1,68 koe (origin) menjadi 4,39 koe setelah rekristalisasi dengan ukuran kristalit yang semakin halus, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan sifat magnet intrinsik ini akibat perubahan ukuran kristalit yang menurun dalam rentang nanometer yaitu sekitar ukuran 40-60 nm dibandingkan sebelum proses milling sekitar 1 µm (1 mikron). Kata kunci: annealing, barium heksaferit, koersivitas, nanokristalin, remanen Abstract: Magnetic materials have been synthesized nanocrystalline barium hexaferrite by using high-energy milling. Milling time systematically carried out for 5, 10, 15, 20 and 30 hours which accompanied by a process of annealing temperature from room temperature up to 400 C, 600 C, 800 C, and 1000 C for 3 hours. The measurement results of X-ray diffraction patterns before and after process of milling seen has shown a marked deformation of the crystal structure with high diffraction peaks of diminishing and increasingly widened and marked by a decrease in magnetic properties of materials. From the measurement of magnetic properties before and after the milling process for 30 hours each intrinsic coercivity values were 1.68 and 1.13 koe, while the remanent magnetization values obtained respectively 42.5 and 8.16 emu/g. Annealing process at 1000 C temperature for 3 hours of material that has been in the milling, showing improving the magnetic properties of materials, especially the value of intrinsic coercivity increased up to 4.39 koe, and remanent magnetization values are returned as it was before the milling around 40.8 emu/g. Associated with an increased intrinsic magnetic coercivity of 1.68 koe (origin) to 4.39 koe after recrystallization with increasingly fine crystallite size, it can be concluded that increasing the intrinsic magnetic properties are due to changes that reduced the size of crystallites in nanometer range which is about the size of 40-60 nm compared to before the milling process is about 1 µm (1 micron). Keywords: annealing, barium hexaferrite, coercivity, nanocrystalline, remanence E-mail: akmal.johan@yahoo.com Januari 2010 1 PENDAHULUAN B ahan magnet permanen barium heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) telah sangat dikenal dan banyak digunakan di industri maupun pada peralatan rumah tangga. Pemanfaatan bahan barium heksaferit ini secara luas, didukung oleh harganya yang murah, nilai koersivitas dan magnetisasi saturasi yang tinggi, serta temperatur transisi magnet (temperatur Curie, T c ) yang tinggi sekitar 750 C juga sifat kimia yang stabil dan ketahanan terhadap korosi sangat baik [1]. Perkembangan teknologi terakhir saat ini memungkinkan untuk diperoleh bahan barium heksaferit dengan ukuran kristalit yang sangat halus berukuran sekitar nanometer (10 9 meter). Bahan barium heksaferit dengan ukuran kristalit yang sangat halus dapat diperoleh di antaranya melalui proses mechanical alloyc 2011 FMIPA Universitas Sriwijaya 14105-19

ing [2]. Metode sintesa bahan barium heksaferit dengan teknik mechanical alloying adalah metode yang sudah biasa digunakan seperti halnya untuk bahanbahan keramik pada umumnya. Mengingat bahan barium heksaferit merupakan suatu senyawa oksida, maka proses mechanical alloying menjadi sederhana, media gas inert tidak dibutuhkan seperti biasanya digunakan untuk senyawa intermetalik. Apabila proses kristalisasi bahan barium heksaferit dapat terjadi pada temperatur rendah, maka diharapkan pertumbuhan kristalit yang besar dapat dihindari. Ukuran kristalit ini akan sangat berpengaruh terhadap sifat magnetik bahan. Nilai koersivitas magnet bahan cenderung meningkat seiring dengan ukuran kristalit atau partikel yang semakin halus (nano crystalline effect). Yang berkaitan dengan anisotropi magnetokristalin seperti ditemui pada bahan magnet permanen berbasis tanah-jarang [3]. Koersivitas magnet merupakan suatu besaran yang sangat penting, karena semakin tinggi harga koersivitas maka sifat magnetik bahan akan semakin sulit berubah akibat medan magnet luar. Bahan tipe M-heksaferit, MO 6Fe 2 O 3 (M=Ba, Pb, Sr) telah dikenal mempunyai sifat magnet yang sangat baik sehingga banyak digunakan sebagai magnet permanen bagian komponen dari peralatan frekuensi tinggi atau sebagai media penyimpan data [4,5]. Untuk media penyimpanan data, M-heksaferit yang digunakan mempunyai ukuran kristalit sangat halus, dalam skala nanometer [6]. Bahan barium heksaferit termasuk bahan magnet keras (hard magnetic) merupakan salah satu bahan baik dari segi keilmuan maupun teknologi sangat penting. Bahan dengan anisotropi kristalin yang besar dengan koersivitas magnet yang cukup tinggi serta secara kimiawi stabil, menyebabkan bahan ini sangat banyak digunakan sebagai komponen magnet permanen seperti ditemui dalam peralatan microwaves [4]. Serbuk halus barium heksaferit dalam ukuran nano-meter saat ini berperanan penting dalam pembuatan sistem penyimpanan data berkapasitas tinggi. Untuk itu beberapa usaha telah dilakukan guna memperoleh bahan ini dalam sistem struktur nanokristalin. Teknologi pemrosesan untuk mendapatkan suatu bahan dalam skala nanometer secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian [7] : 1. Proses top down yakni bahan dasar awal yang pada mula berukuran beberapa millimeter dihaluskan dalam suatu proses milling yang panjang sehingga diperoleh bahan serbuk yang sangat halus. Proses milling ini dapat menyebabkan rusaknya sistem struktur bahan sehingga dapat menurunkan sifat fisis bahan, dalam hal ini sifat kemagnetikan bahan. Oleh sebab itu suatu pemrosesan lebih lanjut seperti perlakuan panas yang sistematis akan sangat menentukan agar diperoleh sifat magnetik bahan yang baik dengan ukuran kristalit yang kecil (berskala nanometer). 2. Proses bottom up, yakni proses pembentukan paduan dengan jalan mereaksikan beberapa bahan baik secara padatan maupun cairan. Namun untuk mendapatkan ukuran partikel yang sangat halus proses yang banyak digunakan adalah dengan melalui proses kimia basah (wet chemistry), seperti proses pengendapan, ataupun gel. Namun demikian dalam beberapa hal gabungan kedua metoda di atas sangat mungkin memberikan solusi guna memproleh suatu bahan nano-magnet yang baik. Dalam kegiatan penelitian ini, ditujukan pada pemahaman perubahan sifat magnetik bahan dikaitkan dengan ukuran kristalnya. Disini akan dilihat pengaruh waktu milling terhadap kerusakan sistem kristalit yang akhirnya berdampak pada sifat kemagnetan bahan. Tinjauan mengenai proses rekristalisasi dikaitkan dengan sistematika perlakuan panas (annealing) terhadap serbuk magnet hasil milling, yang dapat memberikan gambaran secara rinci hubungan antara sifat magnet dengan ukuran kristalitnya. Koersivitas magnet (Hc) bahan M-heksaferit sangat bergantung pada ukuran partikel. Semakin halus ukuran partikel bahan, maka koersivitas magnet yang diperoleh akan semakin tinggi [8,9,10]. Berbagai teknik telah dilakukan untuk mendapatkan partikel halus M- heksaferit ini; misalnya metoda kopresipitasi kimia [11], metode kristalisasi glass [12], metoda sonochemical [12], sol-gel [8,11,12,13,14], maupun metode high-energy milling [2,9,15]. Semua metoda yang telah disebutkan, kecuali metode high-energy milling untuk mendapatkan partikel dalam ukuran skala nanometer disebut dengan pendekatan bottom-up sedangkan yang terakhir disebut dengan top-down [7]. Pendekatan top-down untuk mendapatkan partikel dalam ukuran nanometer dengan metode high-energy milling, dipandang lebih praktis dibandingkan dengan metoda lainnya, dan mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam skala besar. Hampir semua paduan yang terbuat dari metal maupun keramik dapat dihaluskan dengan metoda high-energy milling ini [9,16]. Problem utama yang sering dihadapi dalam proses milling ini adalah terjadinya kerusakan struktur kristal (crystallographic damage), serta adanya unsur pengotor yang berasal dari wadah yang digunakan pada waktu proses milling. Namun demikian uji coba yang telah dilakukan terhadap beberapa cuplikan yang dihaluskan dengan high-energy milling, menunjukkan kontaminasi dari vial ataupun bola-bola yang digunakan sangat kecil. Identifikasi menggunakan difraksi sinar-x terhadap beberapa hasil milling tidak menunjukan adanya fasa asing yang muncul [9,10], sehingga dapat diabaikan. 14105-20

2 METODE PENELITIAN Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan penelitian dimulai dengan proses sintesis bahan barium heksaferit nanokristalin secara top down. Disini serbuk bahan barium heksaferit yang terdapat secara komersial di milling menggunakan fasilitas high-energy milling. Dalam kegiatan penelitian ini proses milling dilakukan terhadap bahan barium heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) berbentuk serbuk halus dengan ukuran awal sekitar 1 µm (10 6 m) dan dengan selang waktu proses milling yang divariasikan, terutama untuk melihat perubahan ukuran partikel akibat proses mekanik. Lama untuk satu siklus proses milling adalah sekitar 90 menit, dan waktu jedah antara dua proses milling sekitar 30-60 menit. Ini dilakukan terutama untuk pendinginan sistem motor. Proses pencuplikan dilakukan untuk setiap selang waktu 5, 10, 15, 20 dan 30 jam setelah proses milling. Sistem fasa dari serbuk hasil milling kemudian diidentifikasi dengan menggunakan teknik difraksi sinar-x. Identifikasi fasa ini penting untuk melihat seberapa jauh proses milling telah berpengaruh terhadap sistem struktur kristal bahan, untuk melihat apakah proses milling telah menyebabkan proses abrasi dari sistem vial sehingga menambah unsur pengotor. Selain itu berdasarkan data difraksi sinar-x ini juga dapat ditentukan ukuran kristal sebagai fungsi lama waktu milling, dengan menggunakan formula Scherer [10,17], yaitu 0, 9λ D = W cos θ dengan D adalah ukuran kristalit, λ Cu Kα adalah panjang gelombang target sinar-x (1,5406Å= 0,15406 nm), W adalah lebar setengah puncak (full width at half maximum, FWHM) dan adalah menyatakan sudut difraksi sinar-x (Bragg). Untuk melihat kaitan antara kerusakan sistem struktur kristal bahan akibat proses milling dengan sifat kemagnetan bahan, maka akan dilakukan pengukuran kurva histeresis dengan peralatan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Berdasarkan data hasil pengukuran kurva histeresis ini, dapat dilakukan analisis kualitatif kaitan antara perubahan sifat magnet dengan sistem kristal. Selain itu untuk melihat ukuran partikel sebagai efek proses milling, maka pengambilan data SEM (Scanning Electron Microscope) akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai morfologi bahan. Kombinasi data-data hasil pengukuran yang dilakukan memberikan gambaran yang lengkap mengenai mekanisme perubahan sistem struktur nanokristalin dengan metoda top down yang dikaitkan dengan perubahan sifat magnetik bahan. 3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Data dari proses High-Energy Milling Gambar 1 memperlihatkan pola difraksi sinar-x sebelum dan setelah proses milling selama selang waktu 5, 10, 15, 20 dan 30 jam. Dari gambar terlihat bahwa secara sistematis semakin lama proses milling maka puncak difraksi cenderung semakin menurun dan melebar, namun tidak terbentuk fasa amorf hingga proses milling 30 jam. Selain itu tidak terdapat puncak-puncak baru melainkan hanya fasa barium heksaferit yang berfasa tunggal dan hal ini hanya dikarenakan kerusakan struktur kristalit akibat proses milling. Gambar 1: Pola difraksi sinar-x bahan serbuk barium heksaferit sebelum dan setelah proses milling 5, 10, 15, 20 dan 30 jam Gambar 2 memperlihatkan kurva histeresis sebelum dan setelah proses milling selama selang waktu 5, 10, 15, 20 dan 30 jam. Dari gambar terlihat bahwa semakin lama proses milling maka nilai magnetisasi remanen dan koersivitas intrinsik cenderung semakin menurun (Tabel 1). Hal ini menunjukkan pengaruh waktu proses milling terhadap kerusakan sistem kristal yang akhirnya berdampak pada penurunan sifat kemagnetan bahan. Data proses milling disertai annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C dan 1000 C selama 3 jam Gambar 3 memperlihatkan pola difraksi sinar-x dari hasil proses milling selama 30 jam selanjutnya diberikan proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C, dan 1000 C selama 3 jam dan disertai proses pendinginan di dalam furnace hingga temperatur ruang. Dari gambar terlihat bahwa puncakpuncak difraksi cenderung naik hingga menyerupai sebelum dilakukan proses milling, ini terkait dengan perbaikan struktur kristal bahan yang terdeformasi akibat proses milling. 14105-21

Gambar 2: Kurva histeresis bahan serbuk barium heksaferit sebelum dan setelah proses milling 5, 10, 15, 20 dan 30 jam Gambar 4: Kurva histeresis bahan serbuk barium heksaferit hasil dari proses milling selama 30 jam disertai proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C, dan 1000 C selama 3 jam Gambar 3: Pola difraksi sinar-x bahan serbuk barium heksaferit dari hasil proses milling selama 30 jam disertai proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C, dan 1000 C selama 3 jam Gambar 4 memperlihatkan kurva histeresis dari hasil proses milling selama 30 jam disertai proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C, dan 1000 C selama 3 jam dan disertai proses pendinginan di dalam furnace hingga temperatur ruang. Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi temperatur annealing hingga 1000 C maka nilai koersivitas intrinsik dan nilai magnetisasi remanen cenderung semakin meningkat (Tabel 2), hal ini terkait dengan perbaikan sistem kristal (rekristalisasi) berdampak pada peningkatan sifat kemagnetan bahan. Hubungan proses milling disertai proses annealing terhadap sifat magnetik bahan Kurva histeresis pada Gambar 2 dan 4 memperlihatkan bahwa secara sistematis semakin lama proses milling maka magnetisasi remanen dan koersivitas magnet cenderung menurun, mengindikasikan bahwa proses milling dapat berdampak pada kerusakan struktur kristal serta meningkatnya strain internal yang dapat menyebabkan perubahan sifat kemagnetan suatu bahan. Hal ini dapat dimengerti, karena cacat kristal menyebabkan mekanisme interaksi antar momen spin magnet atom di dalam krsital terganggu. Tabel 1 memperlihatkan hubungan proses milling terhadap sifat magnetik suatu bahan berupa nilai magnetisasi remanen (Mr) dan nilai koersivitas intrinsik (Hc). Pada Tabel 1 ini terlihat bahwa semakin lama proses milling secara sistematis maka magnetisasi remanen dan koersivitas intrinsik cenderung turun. Nilai magnetisasi remanen sekitar 42,5 emu/gram sebelum proses milling dan 8,16 emu/gram setelah proses milling 30 jam dan nilai koersivitas intrinsik sekitar 1,68 koe sebelum proses milling dan 1,13 koe setelah proses milling 30 jam. Penurunan sifat magnetik ini diperkirakan akibat mekanisme interaksi spin momen magnet atom di dalam kristalit terganggu akibat cacat kristal yang terbentuk selama proses milling. Tabel 1: Hubungan proses milling selama 5, 10, 15, 20 dan 30 jam sebelum diberikan proses annealing terhadap sifat magnetik bahan Milling (jam) Sifat Magnetik Bahan Mr (emu/gr) Hc (koe) 0 42,5 1,68 5 31,3 1,29 10 25,2 1,33 15 17,2 1,38 20 13,7 1,34 30 8,16 1,13 14105-22

Akmal/Analisis Bahan Magnet... Jurnal Penelitian Sains 14 1(B) 14105 Untuk memperbaiki struktur kristal dan rekonstruksi bahan akibat proses milling, dapat dilakukan melalui proses annealing [7,9,10]. Dari Gambar 4 menunjukan hasil proses milling selama 30 jam selanjutnya diberikan proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C dan 1000 C selama 3 jam, maka terlihat adanya kecenderungan peningkatan sifat magnetik bahan secara signifikan dimana magnetisasi remanen meningkat dari sekitar 8,16 emu/gram sebelum diberikan proses annealing dan setelah diberikan proses annealing hingga temperatur 1000oC selama 3 jam hingga mencapai 40,8 emu/gram dan nilai koersivitas intrinsik sekitar 1,13 koe sebelum diberikan proses annealing dan setelah diberikan proses annealing hingga temperatur 1000oC selama 3 jam hingga mencapai 4,39 koe dan hasil secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa proses annealing telah membentuk kembali sistem fasa barium heksaferit yang terdeformasi akibat proses milling namun dengan ukuran kristalin yang tetap halus [9,10] seperti terlihat dari hasil identifikasi foto mikrostruktur bahan dengan menggunakan peralatan SEM yang ditunjukan pada Gambar 5c. Tabel 2: Hubungan hasil proses milling 30 jam setelah di proses annealing pada temperatur 400 C, 600 C, 800 C dan 1000 C selama 3 jam terhadap sifat magnetik bahan Annealing ( C) Sifat Magnetik Bahan Mr (emu/gr) Hc (koe) - 8,16 1,13 400 11,7 1,56 600 16,4 2,07 800 35,4 3,66 1000 40,8 4,39 Gambar 5: a) Foto SEM barium heksaferit (original), b) Foto SEM setelah proses milling 30 jam, dan c) Foto SEM setelah proses milling 30 jam dan annealing pada temperatur 1000 C selama 3 jam Gambar 5a, 5b dan 5c memperlihatkan hasil foto mikrostruktur dengan peralatan SEM terhadap bahan serbuk barium heksaferit sebelum dan setelah proses milling selama 30 jam. Dari gambar ini terlihat bahwa semakin lama proses milling maka ukuran kristalit cenderung semakin halus dan cenderung teraglomerasi akibat interaksi gaya elektrostatis yang cukup kuat pada partikel tersebut. 4 KESIMPULAN Dari analisa hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Proses milling tanpa disertai proses annealing dapat menurunkan sifat magnetik bahan barium heksaferit yang ditunjukkan dari nilai koersivitas intrinsik 1,68 koe sebelum proses milling dan 1,13 koe setelah proses milling 30 jam serta nilai magnetisasi remanen 42,5 emu/gram sebelum proses milling dan 8,16 emu/gram setelah proses milling 30 jam. 2. Proses milling selama 30 jam yang disertai proses annealing hingga temperatur 1000 C ditahan selama 3 jam, dapat memperbaiki sifat magnetik bahan barium heksaferit dengan semakin meningkatnya nilai koersivitas intrinsik bahan hingga sekitar 4,39 koe dan nilai magnetisasi remanen cenderung kembali seperti harga sebelum dilakukan proses milling yaitu sekitar 40,8 emu/gram ini menunjukkan bahwa kerusakan sistem fasa ataupun struktur kristal akibat proses milling tidak ada lagi. 3. Terkait dengan peningkatan koersivitas magnet intrinsik dari 1,68 koe (origin) menjadi 4,39 koe setelah rekristalisasi dengan ukuran kristalit yang semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan sifat intrinsik ini akibat perubahan ukuran kristalit yang menurun dalam rentang nanometer (10 9 m). 14105-23

DAFTAR PUSTAKA [1] Kerschl, P., R. Grssinger, C. Kussbach, R. Sato-Turtelli, K.H. Mller, and L. Schultz, 2001, Magnetic Properties of Nanocrystalline Barium Ferrite at High Temperature, Journal of Magnetism and Magnetic Materials [2] Mendoza-Suarez, G., J.A. Matutes-Aquino, J.I. Escalante Garcia, H. Mancha Molinar, D. Rios Jara, K.K. Johal, 2001, J. Magn. Magn. Mater., 223,55-62 [3] Ridwan, Grace Tj. Sulungbudi, dan Mujamilah, 2005, High Energy Milling Dalam Metalurgi Serbuk, Jurnal Sains Materi Indonesia, vol. 6, No.2, Februari 2005, 6-10 [4] Kaczmarek, W. A., B. Idzikowski, K.H. Muller, 1998, J. Magn. Magn. Mater., 177-181, p.921 [5] Mitsunori Matsumoto, Akimitsu Morisako, Shigeto Takei, (2001), Journal of Alloys and Comopounds 236, 215-220 [6] Hernandez, P., C. De Francisco, J.M. Munoz, J. Iniguez, L. Torres, M. Zazo, 1996, J. Magn. Magn. Mater., 123, 157-158 [7] Guozhong Cao, 2003, Nanostructures & Nanomaterials, Synthesis, Properties & Application, Imperial College Press, University of Washington, USA [8] Sort, J., J. Nogues, S. Surinach, J.S. Munoz, and M.D. Baro,, 2003, Journal of Metastable and Nanocrystalline Materials, Vols. 15-16, pp. 599-606 [9] Johan, A., Ridwan, Mujamilah, Ramlan, 2007, Magnetik Nanokristalin Barium Heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) Hasil Proses Teknologi High-Energy Milling, Jurnal Sains Materi Indonesia, hal 120-125, ISSN : 1411-1098, Akreditasi Nomor : 39/DIKTI/Kep/2004 dan 89/Akred-LIPI/P2MBI/5/2007 [10] Johan, A., Ridwan, M. Azwar, A.A. Wisnu, 2005, Pengaruh High-Energy Milling Terhadap Sifat Magnetik Bahan Barium Heksaferit (BaO 6Fe 2 O 3 ), Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol.7 No.1, hal 25-29, ISSN : 1411-1098, Akreditasi Nomor: 39/DIKTI/Kep/2004 [11] Janasi, S.R., M. Emura, F.J.G. Landgraf, D. Rodrigues, 2000, J. Magn. Magn. Mater., 238, 168-172 [12] Oda, K., T. Yoshio, K. O-Oka, and F. Kanamaru, 1984, J. Mater. Sci. Lett., 3, 1007 [13] Shafi, K.V.P. and A. Gedanke, 1999, NanoStructured Materials, Vol. 12, pp. 29-34 [14] Estevez Rams, E., R. Martinez Garcia, E. Reguera, H. Montiel Sanchez, and H. Y. Madeira, 2000, J. Phys. D : Appl. Phys., 33, 2708-2715 [15] Zhiqiang Jin, Weitang, Jianrong Zhang, Hao Lin, and Youweidu, 1998, J. Magn. Magn. Mater., 182, 231-237 [16] Matteazzi, P., D. Basset, F. Miani, and G. Lecaer, 1997, Mechanosynthesis of Nanophase Materials, Nano Structured Materials, Pergamon Press Ltd., vol. 2, 217-229 [17] Klug, H. P. and L.E. Alexander, 1962, X-ray Diffraction Procedures, John Wiley & Sons Inc., London 14105-24