BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perusahaan PD. Sabar Subur Profil Perusahaan PD.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR ADE CAHYA TRISTYANTHI

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB III PELAKSANAAN PENATAAN MINIMARKET DISEKITAR PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG. A. Perkembangan Pasar Tradisional Dan Minimarket

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional di Jalan Cokroaminoto Denpasar 1

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PERDAGANGAN. Bandung Dalam Angka Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pangsa pasar yang harus dijangkau oleh produsen dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Pembangunan Perdagangan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan. pengusaha dan sekaligus menjamin kepentingan konsumen, untuk itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Objek Penelitian

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI PASAR TRADISIONAL. A. Peran Strategis Pasar Tradisional Terhadap Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

ANALISIS KEBERADAAN BETENG TRADE CENTER (BTC) DAN PUSAT GROSIR SOLO (PGS) TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN PASAR BATIK KLEWER

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BUPATI BANGKA TENGAH

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas bisnis yang meliputi penjualan produk dan jasa kepada konsumen untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

NIM : B FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Perdagangan eceran merupakan salah satu unsur penting dalam proses kegiatan distribusi barang. Bentuk dari perdagangan eceran dapat berupa pasar, supermarket, mini market, toko/kios, dan lain-lain. Perdagangan eceran di kawasan perkotaan dituntut untuk semakin berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakatnya. Hal ini didasari oleh karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung mendapatkan barang yang mereka butuhkan dengan membelinya, bukan dengan memproduksinya sendiri. Salah satu bentuk dari perdagangan eceran ini adalah pasar. Pasar berperan sebagai pendistribusi barang kebutuhan sehari-hari dengan mayoritas konsumen golongan menengah ke bawah. Namun seiring dengan berkembangnya pasar modern, dan rendahnya daya tarik pasar di perkotaan, keberadaan pasar semakin terpuruk dan tergantikan oleh pasar modern. Salah satu penyebab rendahnya daya tarik pasar ini dikarenakan yang kurang baik. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai arahan dalam rangka peningkatan daya tariknya. Bab ini akan menguraikan latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian, rumusan persoalan penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, serta metodologi penelitian yang meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis data. 1.1 Latar Belakang Keberadaan pasar dan pasar modern sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya masyarakat perkotaan cenderung membeli kebutuhan tersebut 1

daripada memproduksinya sendiri. Dahulu, tempat berbelanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari tersebut umumnya adalah pasar. Namun sesuai dengan perkembangan kota dan perekonomian, perdagangan eceran juga mengalami perkembangan dengan munculnya perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an dengan munculnya pasar swalayan dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999). Pasar sendiri merupakan suatu daya tarik dari Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri dan diminati oleh banyak wisatawan dari negara-negara modern. Seperti yang dikutip Himawan (dalam Kompas, 24 Januari 2006), berkunjung ke Indonesia tidaklah lengkap jika tidak mengunjungi pasar. Hal ini menunjukkan betapa budaya pasar memiliki potensi sebagai ikon daerah. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya pasar modern, pasar semakin terpinggirkan keberadaannya. Hal ini diperparah oleh kondisi pasar yang tidak tertata dengan baik, misalnya banyak terdapat pasar tumpah yang menjalar di sekeliling pasar, dan banyaknya tumpukan sampah yang berserakan. Selama ini permasalahan pasar masih ditangani kasus per kasus, belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya tidak sedikit pasar yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Pasar Sederhana, Bandung misalnya, hampir 45% kiosnya terpaksa gulung tikar karena bankrut (Pikiran Rakyat, 8 Mei 2006). Menurut sumber, pasar tersebut mulai kehilangan pelanggannya karena kondisi pasar yang buruk. Omzet pasar juga menurun tajam dikarenakan sekitar 50-60 persen pangsa pasar terambil oleh pasar modern (Republika, 19 September 2005). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar mengenai pemeliharaan pasar. 2

Kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah untuk mengatur pasar dan pasar modern seperti yang telah ditetapkan pada Perpres No.112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Keputusan Menperindag No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan serta Keputusan Menperindag No.107/MPP/Kep/2/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar Modern, sedikit banyak telah membatasi pembangunan pasar modern. Akan tetapi kemampuan pasar untuk kembali bangkit dan menarik kembali konsumennya masih kurang, karena terkait dengan permasalahan penataan fisiknya yang masih kurang baik. Pengelolaan yang baik tanpa diikuti dengan perbaikan kondisi fisik pasar tidak akan mampu memberikan daya tarik yang cukup besar untuk menarik konsumennya. Untuk menjaga agar pasar dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar. Arahan penataan fisik pasar yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar dan pasar modern. 1.2 Rumusan Persoalan Perkembangan pasar modern semakin menggeser kedudukan pasar. Kondisi fisik pasar yang ada saat ini semakin memburuk, seperti yang terlihat dari definisi yang tercantum dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di Provinsi DKI Jakarta. Menurut perda tersebut, pasar adalah pasar yang bentuk bangunannya masih relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana 3

parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Dengan kondisi tersebut, pasar akan kehilangan daya tarik konsumennya dan tidak akan mampu bersaing dengan pasar modern. Kondisi seluruh pasar di Kota Bandung secara umum nyaris sama. Selain bau dan becek, tak sedikit kios ditinggalkan pedagangnya karena bangkrut (Pikiran Rakyat, 8 Mei 2006). Kios-kios kosong dalam pasar tersebut ada yang dijadikan gudang, tempat tinggal, atau dibiarkan tidak ditempati sama sekali. Kondisi fisik bangunan pasar yang ada sudah tidak terawat dan membahayakan keselamatan pedagang dan pengunjung pasar (Pikiran Rakyat, 28 Juni 2005). Upaya penataan yang telah dilakukan pemerintah selama ini masih berupa kasus per kasus, dan belum ada standar mengenai seperti apa yang seharusnya diterapkan. Salah satu bentuk upaya perbaikan pasar dapat dilakukan dengan yang memperhatikan standar penataan fisik pasar dan persepsi serta preferensi masyarakat. Yang menjadi persoalan penelitian dalam studi ini adalah: Belum adanya arahan perbaikan fisik pasar yang mempertimbangkan persepsi dan preferensi masyarakat serta standar penataannya. Untuk mengetahui kondisi fisik dari pasar-pasar yang ada, maka diperlukan adanya kriteria dan indikator penilaian penataan fisik pasar. Kriteria dan indikator tersebut dapat menjadi dasar untuk menyusun suatu arahan penataan fisik pasar di Kota Bandung. Kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penataan kawasan perdagangan di Kota Bandung. 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan studi ini adalah menyusun arahan perbaikan fisik pasar dalam rangka meningkatkan daya tarik pasar. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut: 4

1. Merumuskan kriteria dan indikator penataan fisik pasar 2. Menilai kondisi pasar berdasarkan kriteria dan indikator 3. Menilai kondisi pasar berdasarkan persepsi masyarakat 4. Mengidentifikasi preferensi masyarakat mengenai 5. Menyusun arahan perbaikan fisik pasar di Kota Bandung 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup wilayah dalam studi ini adalah wilayah administratif Kota Bandung dengan pasar sejumlah 37 unit, antara lain: Tabel I.1 Pasar Tradisional di Kota Bandung Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Pasar Baru Pasar Sederhana Pasar Gang Saleh Pasar Kosambi Pasar Cicaheum Pasar Sarijadi Pasar Andir Pasar Simpang Pasar Cikaso Pasar Kiaracondong Pasar Cihaurgeulis Pasar Kebon Sirih Pasar Ujungberung Pasar Balubur Pasar Puyuh Pasar Anyar Pasar Wastukancana Pasar Basalamah Pasar Ciroyom Bermartabat Pasar Cikapundung Pasar Gempol Pasar M. Toha/ Dewi Sartika Pasar Kota Kembang Pasar Leuwipanjang Pasar Cijerah Pasar Ciwastra Pasar Sukahaji Pasar Pamoyanan Pasar Jatayu Pasar Sadangserang Pasar Banceuy Pasar Palasari Pasar Karapitan Pasar Cicadas Pasar Cihapit Pasar Gegerkalong Pasar Pagarsih Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandung, 2007 Pasar dalam penelitian ini adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, merupakan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dengan usaha skala kecil dan modal kecil; proses jual beli yang dilakukan melalui harga tawar-menawar; serta tumbuh dan berkembang oleh pedagang kecil dan pedagang menengah (Zulkaidi, 2004). 5

Lingkup studi dalam penelitian ini mencakup upaya peningkatan daya tarik pasar melalui penyusunan arahan perbaikan terhadap fisik pasar. Perbaikan dalam hal ini meliputi perbaikan dalam komponen-komponen fisik yang terdapat di dalam pasar. Studi yang dilakukan berupa pemikiran atau arahan perbaikan yang disusun berdasarkan hasil penilaian kondisi fisik dari observasi dan persepsi pengunjung pasar, preferensi perbaikannya, serta kajian normatif. Pengguna pasar yang dijadikan subjek persepsi dan preferensi tersebut adalah pengunjung pasar. 6

7

1.5 Metode Penelitian Arahan perbaikan fisik pasar di Kota Bandung disusun berdasarkan penilaian kondisi melalui observasi dan persepsi serta preferensi masyarakat untuk memperbaiki kondisi yang ada. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menyusun arahan adalah pendekatan supply, demand dan normatif. Pendekatan normatif dilakukan melalui studi literatur mengenai penataan pasar dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian kondisi pasar. Pendekatan supply diperoleh untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pasar yang ada dan diperoleh dari hasil observasi lapangan dan persepsi pengguna, kemudian dibandingkan dengan demand atau permintaan berdasarkan persepsi dan preferensi pengguna sehingga didapatkan arahan perbaikan fisik pasar. Gambar 1.2 Bagan Pendekatan Penelitian Persepsi Kondisi pasar Supply Demand Norma Penilaian Kondisi Penataan Pasar Preferensi Arahan Perbaikan Fisik Pasar Tradisional Untuk mencapai sasaran studi, dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: a) Perumusan kriteria dan indikator Pencapaian sasaran dilakukan dengan mengkaji berbagai literatur untuk merumuskan kriteria-kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam. Data yang diperlukan dalam perumusan kriteria dan indikator ini 8

adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literatur yang bersumber dari buku-buku, peraturan, artikel serta studi-studi terkait yang pernah dilakukan. b) Penilaian kondisi pasar di Kota Bandung Penilaian kondisi pasar berdasarkan indikator yang telah dirumuskan pada sasaran pertama dilakukan melalui observasi lapangan. Penilaian ini dilakukan sebagai klarifikasi terhadap penilaian pasar berdasarkan persepsi masyarakat. Penilaian melalui observasi lapangan ini mengidentifikasi kondisi eksisting fasilitas pasar, yang meliputi penilaian terhadap aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan kecukupan fasilitas pasar serta fasilitas penunjangnya. Penilaian didasarkan pada indikator penataan yang telah dirumuskan pada sasaran pertama kemudian dianalisa secara deskriptif. Observasi lapangan dilakukan pada pasar yang menjadi sampel penelitian. c) Persepsi masyarakat terhadap kondisi pasar Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dibagi merata pada setiap kelas pasar untuk mendapatkan gambaran dari ketiga kelas pasar. Dari tiap kelas diambil 3 unit pasar yang dianggap memiliki kondisi fisik pasar yang kurang baik. Jumlah kuesioner yang disebarkan disesuaikan dengan minimum jumlah sampel pada setiap kelas, yaitu 30 sampel, sehingga total keseluruhan kuesioner yang akan disebarkan berjumlah 90 buah. Dengan jumlah kuesioner per kelas 30, dan disebarkan merata pada 3 unit pasar pada setiap kelas, maka di tiap unit pasar yang dijadikan sampel akan disebarkan sebanyak 10 kuesioner. Pasar yang dijadikan sampel penelitian antara lain: Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Pasar Ujungberung Pasar Cihaurgeulis Pasar Gang Saleh Pasar Kiaracondong Pasar Karapitan Pasar Puyuh Pasar Anyar Pasar Cihapit Pasar Gempol 9

Pemilihan pasar yang dijadikan sampel di atas, dilakukan berdasarkan hasil wawancara Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandung mengenai pasar yang perlu dilakukan penataan ulang, dan berdasarkan data kondisi kelayakan fisik pasar di Kota Bandung (dalam persentase) yang paling rendah dalam tiap kelasnya, yang kemudian dicocokkan dengan kondisi di lapangan. d) Mengidentifikasi preferensi masyarakat mengenai Preferensi masyarakat diperoleh dengan penyebaran kuesioner sebanyak 90 buah pada 9 unit pasar untuk memperoleh data mengenai penyediaan fasilitas pasar dan penunjangnya yang dibutuhkan, dan saran perbaikan di Kota Bandung. 10

Tabel I.2 Metodologi Penelitian Tujuan Sasaran Jenis & Variabel Data Menyusun arahan perbaikan fisik pasar dalam rangka meningkatkan daya tarik pasar Merumuskan kriteria dan indikator Menilai kondisi berdasarkan kriteria dan indikator Mengidentifikasi persepsi masyarakat menyangkut kondisi Mengidentifikasi preferensi masyarakat mengenai penataan pasar Merumuskan arahan penataan fisik pasar di Kota Bandung Data Sekunder: berupa literatur-literatur menyangkut kriteria dan indikator ; dan Peraturan yang berkaitan dengan Data primer: berupa hasil observasi terhadap aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kecukupan dan estetika fasilitas pasar dan fasilitas pendukungnya. Hasil wawancara instansi terkait, dan data sekunder Output Sasaran 1 Data Primer: berupa persepsi pengguna terhadap aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kecukupan dan estetika fasilitas pasar dan fasilitas pendukungnya Output Sasaran 1 Data Primer: berupa preferensi pengguna terhadap peningkatan kondisi fisik pasar dengan mengacu pada kriteria dan indikator penataan Output Sasaran 1 Output Sasaran 1, 2, 3 dan 4 Teknik Pengumpulan Data Studi Literatur, menyangkut kriteria Observasi Lapangan terhadap objek studi dibandingkan dengan kriteria yang telah dirumuskan. Survey sekunder Penyebaran Kuesioner kepada masyarakat dengan menggunakan purposive sampling non probability, dengan jumlah 90 kuesioner ke 9 unit pasar Penyebaran Kuesioner kepada masyarakat dengan menggunakan purposive sampling non probability dengan jumlah 90 kuesioner ke 9 unit pasar Perbandingan dan kesimpulan terhadap hasil analisis yang telah dilakukan Teknik Analisis Hasil Manfaat Deskriptif Analisis Deskriptif Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif Analisis Deskriptif Kriteria dan indikator untuk menilai kondisi Kondisi di Kota Bandung Gambaran persepsi pengguna terhadap Gambaran preferensi pengguna terhadap Arahan penataan fisik pasar di Kota Bandung Sebagai acuan penilaian yang ada di Kota Bandung Untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi penataan pasar di Kota Bandung dan sebagai klarifikasi berdasarkan persepsi masyarakat Untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap Sebagai masukan dalam penyusunan arahan penataan fisik pasar di Kota Bandung Sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik pasar di Kota Bandung 11

Penilaian kondisi pasar berdasarkan observasi dilakukan sebagai pengklarifikasian kondisi pasar berdasarkan persepsi masyarakat. Hal ini diperlukan karena untuk mencegah persepsi masyarakat yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk tingkat persepsi masyarakat pada setiap indikator yang lebih tinggi dari hasil observasi, maka yang digunakan adalah hasil persepsi masyarakat. Sebaliknya jika persepsi masyarakat ternyata lebih rendah, maka yang digunakan adalah hasil observasi. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah diperoleh, selanjutnya dilakukan tahapan analisis. Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil observasi lapangan dan penyebaran kuesioner mengenai persepsi serta preferensi masyarakat adalah dengan analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode statistik untuk mempelajari tata cara penyusunan dan penyajian data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Perumusan arahan perbaikan pasar kemudian ditentukan berdasarkan penilaian kondisi pasar dari hasil observasi dan persepsi, serta disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kondisi pasar berdasarkan preferensi masyarakat. Perumusan metoda pengumpulan data dan analisis secara terperinci dapat dilihat pada Tabel I.2, sedangkan kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.3. 12

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Studi Kurangnya daya saing pasar terhadap berkembangnya pasar modern Kurangnya daya tarik pasar untuk menarik konsumen Penanganan Permasalahan Pasar Tradisional masih case by case Kurang baiknya kondisi fisik pasar sehingga daya tarik pasar rendah Belum adanya arahan penataan fisik pasar Latar Belakang Perlu adanya arahan penataan fisik pasar berdasarkan standar normatif, kondisi fisik, persepsi serta preferensi masyarakat Data dan Analisis Kajian Normatif Penataan Fisik Pasar Kondisi Pasar Kriteria dan Indikator Penataan Pasar Tradisional Persepsi Pengguna Penilaian Pasar berdasarkan Observasi Penilaian Pasar berdasarkan Persepsi Kondisi Penataan Fisik Pasar Tradisional Preferensi Pengguna Kesimpulan Arahan Perbaikan Fisik Pasar Tradisional 13

1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam studi mengenai konsep perbaikan pasar di Kota Bandung ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup studi, serta metodologi studi yang terdiri dari metode pendekatan studi dan teknik pengumpulan dan analisis data. BAB II KRITERIA DAN INDIKATOR PENATAAN PASAR TRADISIONAL Bab ini menjelaskan mengenai kriteria yang digunakan untuk menilai kondisi pasar. Bab ini juga menjelaskan mengenai teori umum dari pasar, yang termasuk diantaranya pengertian pasar, klasifikasi pasar, pertimbangan dalam penataannya, aspek pembentuk aktifitas di dalamnya, serta perumusan kriteria dan indikator penilaian. BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN OBSERVASI Bab ini membahas mengenai gambaran umum kondisi Kota Bandung, pasar di Kota Bandung, pasar sampel penelitian dan penilaian kondisi penataan pasar di Kota Bandung. BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Bab ini menguraikan persepsi dan preferensi masyarakat terhadap berdasarkan hasil analisis yang dilakukan. Kemudian membandingkan penilaian berdasarkan persepsi dan observasi. BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Bab ini berisikan arahan penataan fisik pasar, temuan studi dan rekomendasi studi, serta catatan studi dan saran bagi studi lanjutan. 14