BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI. membuat siswa mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang. berkaitan dengan materi tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika. Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap.

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Komunikasi Matematika. manuisa baik individu maupun kelompok 1. Dalam kehidupan seharihari

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB I PENDAHULUAN. kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Namun pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sejak lama dan sudah dilalui beberapa pembuat kebijakan di bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

Menjebatani Keabstrakan Matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. masalah dalam matematika merupakan suatu persoalan yang menunjukkan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru.

Ai Nani Nurhayati 2 Maulana 3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika, karena dalam. dasar untuk melanjutkan ke materi pokok yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Ditinjau dari makna secara globalnya, komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi terjadi diseluruh aspek kehidupan, termasuk juga di dalam pembelajaran matematika. Proses komunikasi ini terjadi secara berkesinambungan dan dapat dilakukan dengan satu arah atau dua arah. Komunikasi satu arah, yakni dari penyampaian pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa). Seluruh tang gung jawab untuk menstransfer ilmu tersebut, terletak pada guru. Para siswanya cenderung pasif terhadap segala yang dikomunikasikan. Dengan kata lain, tidak ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah suatu komunikasi yang menghasilkan proses balikan dari peserta didik kepada pendidik (guru), yaitu: berupa tanggapan yang positif atau negatif. Dalam pembelajaran matematika, komunikasi merupakan suatu proses interaktif yang aktif, yaitu: 1 a. Siswa perlu belajar menerima ide-ide matematika melalui pendengaran, pembacaan dan membuat visualisasi. 1 Noraini Idris, Pedagogi dalam Pendidikan Matematika, Lohprint Sdn Bhd, Kuala lumpur, 2005, hlm. 17. 11

12 b. Siswa mampu mempersembahkan ide-ide matematika mereka secara lisan, gambar dan grafik, bahkan konkret dan dapat berkomunikasi tentang matematika. Jadi, komunikasi matematika bisa mendukung siswa belajar atas konsepkonsep matematis yang baru saat mereka menggunakan objek-objek, memberikan laporan dan penjelasan-penjelasan lisan menggunakan diagram, menulis serta menggunakan simbol-simbol matematika. Komunikasi matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktorfaktor yang mempengaruhi komunikasi matematika meliputi: 2 a. Pengetahuan prasyarat ( Prior Knowledge), pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya. Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Jenis kemampuan yang dimiliki siswa sangat menentukan hasil pembelajaran selanjutnya. b. Kemampuan membaca, diskusi dan menulis, dalam komunikasi matematika, kemampuan membaca, diskusi dan menulis dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan dapat mempertajam pengalaman. Komunikasi matematika dapat berlangsung antara guru dan siswa, antara buku dan siswa, serta antara siswa dan siswa lainnya. kemampuan komunikasi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 3 a. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat 2 Ibid., hlm. 20. 3 Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP, Algoritma Vol. 1 No. 1, Juni 2006, hlm. 36.

13 pertanyaan tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi. b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram dalam ide-ide matematika dan sebaliknya. c. Mathematical Exspression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. Kemampuan komunikasi matematika berkenaan dengan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematik kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan, atau diagram sehingga orang lain memahaminya. Indikator-indikator yang mempengaruhi komunikasi matematika yang direkomendasikan National Council of Teachers Mathematics (NCTM), yaitu: 4 a. Dapat menyatakan ide matematika dengan lisan, tulisan, mendemonstrasikan dengan menggambarkan dalam bentuk visual. b. Dapat memahami, menginterpretasikan dan menilai ide matematika yang disajikan dalam bentuk lisan, tulisan atau bentuk visual. c. Dapat menggunakan bahasa, notasi dan struktur matematika untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan pembuatan model. Kemampuan komunikasi matematika berperan penting untuk membantu siswa dalam memahami matematika maupun untuk mengungkap keberhasilan belajar siswa. Setiap siswa dituntut memiliki kemampuan untuk memiliki kemampuan matematika yang baik. beberapa kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: 5 a. Kemampuan menggambar, yaitu meliputi kemampuan peserta didik mengungkap ide ide matematika dalam bentuk gambar, diagram atau grafik. b. Kemampuan atau ekspresi matematika, yaitu kemampuan untuk membuat model matematika. 4 Noraini Idris, loc. Cit. 5 Amalia Pratamawati, Op. Cit., hlm. 12-13.

14 c. Kemampuan menulis, yaitu berupa kemampuan memberikan penjelasan dan alasan secara matematika dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami. Kemampuan komunikasi matematika yang harus dimiliki oleh siswa dikatakan baik jika sudah memiliki indikator-indikator yang telah dikemukakan di atas yang mana siswa telah memiliki tiga kemampuan berikut, yaitu: menggambar (mengungkapkan ide -ide matematika), kemampuan ekspresi matematika, dan kemampuan menulis matematika. Proses komunikasi akan bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan pemahamannya mengenai konsep-konsep matematika. Tenaga pendidik berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa tersebut. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan komunikasi, NCTM menyatakan bahwa program pembelajaran dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai kelas 12 di Amerika Serikat hendaknya memungkinkan semua siswa untuk: 6 a. Mengorganisasi dan mengkonsolidasikan pikiran matematika mereka melalui komunikasi. b. Mengkomunikasikan pikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru, ataupun orang lain. c. Menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain. d. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat. Selanjutnya menurut Sullivan dan Mousley yang dinyatakan Bansu Irianto Ansari komunikasi matematika bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui 2008, hlm. 5. 6 Jhon A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, Erlangga, Jakarta,

15 tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama, menulis dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. 7 2. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) RME diperkenalkan oleh Freudenthal di Belanda pada tahun 1973. RME sudah melalui proses uji coba dan penelitian lebih dari 25 tahun, RME merupakan proses penggabungan pandangan apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan. Dalam proses pembelajaran, RME memainkan peranan penting. Rute belajar, dimana siswa dapat menemukan hasil berdasarkan usaha mereka sendiri. dengan demikian, di dalam RME guru harus mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif uktuk berpartisipasi dalam proses belajar mereka sendiri. Banyak pihak yang menganggap bahwa pendidikan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Penggunaan kata realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda zich realiseren yang berarti untuk dibayangkan atau Panhuizen, penggunaan kata realistik tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata, tetapi lebih mengacu pada fokus 7 Fajar Shadiq, Loc. Cit.

16 pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa. 8 Berikut ini akan dijelaskan pengertian RME: a. RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan proses of doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan diri sendiri (student inventing sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. b. RME merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian matematika yang semakin meningkat. c. Ide utama dari RME adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun konsep tersebut adalah melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan. 20. 8 Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm.

17 Rumusan lima karakteristik pendidikan matematika realistik, yaitu: 9 a. Penggunaan Konteks Konteks realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif Dalam pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Pengggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal. c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai produk yang siap dipakai, tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa. Maka dalam pendidikan matematika realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika. 9 Ibid., hlm. 21-23.

18 d. Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu, melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan. e. Keterkaitan Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan ( intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau ada konsep yang dominan). Lima langkah matematisasi untuk menyelesaikan masalah dunia nyata: 10 a. Diawali dengan masalah dunia nyata. b. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah lalu, mengorganisasi masalah sesuai dengan konsep matematika. 10 Ariyadi Wijaya, Op. Cit., hlm. 4.

19 c. Secara bertahap meninggalkan situasi dunia nyata melalui proses perumusan asumsi, generalisasi, dan formalisasi. Proses tersebut bertujuan untuk menerjemahkan masalah dunia nyata ke dalam masalah matematika yang representatif. d. Menyelesaikan masalah matematika (proses ini terjadi di dalam dunia matematika). e. Menerjemahkan kembali solusi matematis ke dalam situasi nyata, termasuk mengidentifikasi keterbatasan dari solusi. Secara teori pembelajaran matematika realistik mempunyai 5 karakteristik, yaitu: 11 a. Penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika. b. Penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus. c. Mengaitkan sesama topik dalam matematika. d. Penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika. e. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa. Ciri-ciri dari model pembelajaran RME adalah sebagai berikut: 12 a. Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. b. Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika. c. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru). d. Proses belajar mengajar berlangsung secara interaktif dan siswa menjadi fokus dari semua aktifitas di kelas. e. Aktifitas dilakukan meliputi menemukan masalah kontekstual (looking for problems), memecahkan masalah ( problem solving), dan mengorganisir bahan mengajar. 11 Soejadi, Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan Alam Pembelajaran Matematika, Universitas Surabaya, 2001, hlm. 66. 12 Ibid., 20.

20 Pembelajaran dengan menerapkan RME selain mempelajari dalam arah vertikal (proses dalam matematika itu sendiri), juga mempelajari dalam arah horizontal meliputi pembuatan skema, merumuskan dan menggambarkan masalah dalam cara yang berbeda, menemukan hubungan dan keterkaitannya. Adapun langkah-langkah pembelajaran (RME) adalah sebagai berikut: TABEL II.1 LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN PENDEKATAN RME NO Aktivitas Guru Aktifitas Siswa 1. Guru memberikan siswa masalah kontekstual. 2. Guru merespon secara positif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif. 3. Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka. 4. Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya. Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal. Siswa memikirkan strategi yang paling efektif. Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan. 5. Guru mengenalkan istilah konsep. Siswa merumuskan bentuk matematika formal. 6. Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.

21 Beberapa keunggulan RME adalah sebagai berikut: 13 a. Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya. b. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan, karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika. c. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada nilainya. d. Memupuk kerjasama dalam kelompok. e. Melatih keberanian siswa, karena harus menjelaskan jawabannya. f. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat. g. Pendidikan berbudi pekerti, misalnya: saling kerjasama dan menghargai teman yang sedang berbicara. Sedangkan kelemahan RME adalah sebagai berikut: 14 a. Karena sudah terbiasa diberikan informasi terlebih dahulu, maka siswa masih kesulitan menemukan sendiri jawabannya. b. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah. c. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai. d. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu. e. Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai. Meskipun banyak pendekatan-pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran, akan tetapi tidak ada pendekatan yang terbaik, karena setiap pendekatan ada kelemahan dan kelebihannya. Jadi tidak ada salahnya mempertimbangkan pendekatan realistik ini untuk diterapkan dalam pembelajaran. 13 Ondi Saondi, Implementasi Pembelajaran Matematika Realistic (PMR), Http://Isjd.Go.Id /Admin/Jurnal/47083250.Pdf, hlm. 46, di akses tanggal 25 maret 2013 jam 15.35. 14 Ibid., hlm. 46.

22 B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setya Rahayu, dengan judul penelitian Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Hasanah Pekanbaru. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat perbedaan antara pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pendekatan RME dengan siswa yang belajar dengan metode konvensional. Hal ini terlihat dari mean yang diperoleh oleh kedua kelas, dimana mean kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan RME adalah 79,5 dan mean kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional 68,38. Artinya dari adanya perbedaan maka terdapat pengaruh yang positif pendekatan RME terhadap pemahaman konsep matematika siswa dan besarnya pengaruh pendekatan RME terhadap pemahaman konsep siswa adalah sebesar 12,79%. Adapun penelitian yang akan peneliti lakukan memusatkan penelitian terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa. dimana, kemampuan komunikasi merupakan salah satu dari lima aspek yang dinilai dalam hasil belajar matematika. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMPN 21 Pekanbaru.

23 C. Konsep Operasional Konsep yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan RME Implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan RME dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pendahuluan a. Guru menggunakan pengantar berupa masalah-masalah kontekstual yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai apersepsi. b. Guru memberikan manfaat pembelajaran sebagai motivasi. c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Kegiatan Inti a. Siswa diberi permasalahan atau soal kontekstual. b. Masing-masing kelompok diskusi duduk di tempatnya masing-masing. c. Tiap kelompok diberi lembar kerja diskusi tentang materi yang dipelajari untuk dikerjakan secara coba-coba atau informal dan didiskusikan dengan kelompoknya. d. Siswa menggunakan alat peraga yang telah disiapkan untuk menemukan sendiri strategi-strategi informal penyelesaian dari masalah. e. Setelah selesai diskusi kelompok, guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil strategi-strategi informal mereka yang selanjutnya digunakan untuk mengkonstruksi pengetahuan formal.

24 f. Siswa yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya, menyanggah dan memberikan tanggapan terhadap persoalan yang sedang dibahas. g. Guru sebagai moderator, fasilitator dalam proses diskusi tersebut memberikan penjelasan atas jawaban dari siswa. h. Guru membimbing siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa. i. Siswa diberi latihan soal untuk dikerjakan secara individu. Penutup a. Guru membimbing siswa membuat rangkuman. b. Pemberian tugas rumah untuk siswa. 2. Kemampuan komunikasi matematika Kemampuan komunikasi matematika merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh pendekatan Realistic Mathematics Education. Kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud oleh penulis adalah kemampuan komunikasi tertulis siswa yang diukur melalui: a. Kemampuan menggambar, yaitu meliputi kemampuan peserta didik mengungkap ide-ide matematika dalam bentuk gambar, diagram atau grafik. b. Kemampuan atau ekspresi matematika, yaitu kemampuan untuk membuat model matematika. c. Kemampuan menulis, yaitu berupa kemampuan memberikan penjelasan dan alasan secara matematika dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami.

25 TABEL II.2 RUBRIK PENSKORAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Level Kategori 10 Jawaban benar dan strategi penyelesaian yang ditunjukkan sesuai. 7 5 3 0 D. Hipotesis Strategi penyelesaian yang ditunjukkan sesuai tetapi jawaban salah atau tidak ada jawaban. Atau sebaliknya jawaban benar tetapi strategi penyelesaian yang ditunjukkan tidak sesuai. Beberapa bagian dari strategi penyelesaian ditunjukkan, tetapi tidak lengkap. Atau Beberapa bagian strategi penyelesaian yang ditunjukkan sesuai dan beberapa bagian strategi penyelesaian yang ditunjukkan tidak sesuai. Beberapa pekerjaan yang ditunjukkan, tetapi pekerjaan tersebut tidak akan mengarah pada solusi yang tepat. Pekerjaan tidak dikerjakan atau tidak ada solusi dan strategi penyelesaian. Beberapa data dari masalah disalin kembali dan tidak ada bukti dari strategi apapun yang ditunjukkan. Berdasarkan rumusan masalah maka hasil hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha: µ eksperimen µ kontrol Ada perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Ho: µ eksperimen = µ kontrol Tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi Matematika siswa melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).