BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan semakin ketat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan persaingan sehingga berdampak pada peningkatan jumlah alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai perubahan pata perilaku terhadap. Penggunaan Perceived Fit dalam penelitian mengenai Brand

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah sebuah kondisi maksimal baik dari fisik, mental dan

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya. masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi

ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUHI CITRA MEREK PADA SIKAT GIGI CIPTADENT (Studi Kasus Pada Alfamart Kutisari Surabaya) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pertemuan Pertemuan 7 3

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. memaksa perusahaanuntuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi produk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Strategi-strategi baru inilah yang semakin menguatkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

DAVID SANTOSO ABSTRACT. Keywords: Brand Awareness; Brand Image; Brand Loyalty; Brand Extention; Parent Brand. PENDAHULUAN

MODUL. Strategi Image/Soft Sell (3 SKS) Oleh : Dra. Nanik Ismiani

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari penelitian terdahulu dari Faculty of

B AB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian brand saat ini

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah yang beraneka ragam. Yogyakarta sebagai salah satu sentra budaya

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usaha untuk memperkenalkan sebuah produk pada masyarakat pasti dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berlomba untuk survive di dunia bisnis yang sedang digelutinya. Ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas jasa sudah menjadi standar yang dapat dengan mudah dan cepat ditiru dan dimiliki oleh siapa

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan semakin ketat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Begitu banyak hal yang ditawarkan pada konsumen. Hal ini tentu membuat para konsumen menjadi lebih leluasa dalam menentukan pilihannya. Sementara dampaknya bagi produsen, hal ini menjadi tantangan yang membuat mereka harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Para ahli pemasaran sepakat bahwa mempertahankan konsumen yang loyal lebih efisien daripada mencari pelanggan baru. Upaya menjaga loyalitas konsumen merupakan hal penting yang harus selalu dilakukan oleh produsen. Perusahaan berlomba-lomba meluncurkan produk baru di pasar, diharapkan produk tersebut akan menarik banyak pelanggan, mendapatkan keunggulan kompetitif atas pesaing dan meningkatkan pangsa pasar. Ketika perusahaan telah berhasil mendapatkan pangsa pasar, perusahaan pun menyadari pentingnya peluncuran produk baru untuk eksistensi merek yang merupakan sarana untuk membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lain serta mempertahankan konsumen agar loyal terhadap produknya. Menciptakan produk baru ternyata memiliki resiko, yaitu persaingan ruang untuk publikasi, biaya iklan yang berat, dan bukan hal yang mudah untuk menciptakan produk baru unggulan dalam persaingan yang semakin ketat, sementara produk tersebut masih baru dan belum di kenal luas oleh masyarakat serta belum tentu diminati. Tingginya tingkat kegagalan produk baru, membuat perusahaan mengambil kebijakan lainnya, yaitu dengan perluasan merek (brand extension). Strategi perluasan merek (brand extension) bukan hal yang baru 1

2 dalam dunia pemasaran, dimana strategi pengembangan merek ini banyak digunakan oleh ahli pemasaran di dalam aktivitas peluncuran produk baru. Penggunaan strategi tersebut didasarkan pada pertimbangan besarnya biaya iklan untuk meningkatkan brand awareness dari produk baru, adanya ikatan emosional antara konsumen dengan merek yang memiliki ekuitas yang tinggi, dan waktu proses adopsi dari respon konsumen yang relatif lebih singkat. Strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal akan memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada kategori produk baru. Hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas dan keyakinan kepada para konsumen atas merek tersebut.tetapi strategi perluasan merek ini tentunya tidak lepas dari resiko, karena dapat memberikan pengaruh negatif pada merek. Perluasan merek secara umum dapat dibedakan berdasarkan: (1) Perluasan lini (line extension), Perluasan lini artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target market produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk (atau merek yang lama). (2) Perluasan kategori (category extention). Perluasan kategori artinya, perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang dilayani oleh merek induk sekarang. Menurut Buell (Rangkuti, 2004:114) dalam Dharmayanti (2006), perluasan merek terjadi apabila: (1) Merek individual dikembangkan untuk menciptakan suatu merek kelompok. (2) Produk yang memiliki hubungan ditambahkan pada suatu merek kelompok yang sudah ada. (3) Suatu merek

3 individu atau kelompok, dikembangkan ke produk-produk yang tidak memiliki hubungan. Menurut Aaker dalam Dharmayanti (2006) strategi perluasan merek membutuhkan 3 tahap, yaitu: (1) Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek, (2) Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasiasosiasi tersebut, dan (3) Memiliki calon yang terbaik dari daftar produk tersebut untuk dilakukan uji konsep dan pengembangan produk baru. Keunggulan dari perluasan merek menurut Rangkuti (2004) dalam Dharmayanti (2006:18): (1) Mengurangi persepsi resiko ditolaknya produk tersebut oleh pelanggan,(2) Memanfaatkan kemudahan saluran distribusi yang sudah ada, (3) Meningkatkan efisiensi biaya promosi, (4) Mengurangi biaya perkenalan produk serta program tindak lanjut pemasaran, (5) Mengurangi biaya pengembangan produk baru, (6) Meningkatkan efisiensi desain logo dan kemasan, dan (7) Menyediakan variasi pilihan produk kepada pelanggan. Kelemahan dari perluasan merek menurut Rangkuti (2004) dalam Dharmayanti (2006:18):(1). Dapat membingungkan pelanggan dalam memilih produk mana yang paling baik, (2) Retail cenderung beranggapan bahwa perluasan lini semata-mata merupakan me-too product, yaitu semata-mata merupakan fotokopi dari merek yang sudah ada, sehingga mereka tidak perlu menyimpan stok produk tersebut, (3) Dapat merusak merek induk yang sudah ada, (4) Seandainya produk baru dengan perluasan lini tersebut sukses di pasar, ada kemungkinan ia memakan merek induk yang sudah ada. Penyebabnya adalah konsumen produk yang sudah ada beralih ke poroduk baru, (5) Kerugian lain dari perluasan merek adalah merek tersebut menurun kekuatannya. Merek yang sebelumnya memiliki fokus ke salah satu strategi, akibat adanya perluasan merek, menjadi memiliki bermacam-macam kategori sehingga tidak memiliki identitas yang

4 jelas, (6) Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan oleh tidak secara konsisten. Artinya, atribut atau manfaat yang melekat pada merek tersebut saling bertentangan dengan merek induk, sehingga konsumen merubah persepsinya, dan (7) Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan besarbesaran, sehingga merek tersebut menjadi tidak terkontrol dan mudah dipalsukan. Hal ini akan menyebabkan menurunnya persepsi terhadap merek tersebut. Menurut Edelman dalam Fajrianthi (2005:284) bahwa kunci kesuksessan dari perluasan merek ditentukan oleh konsistensi produk perluasan merek dengan merek asal atau merek induk. Dalam melakukan strategi perluasan merek, persepsi terhadap kualitas dari merek tersebut tentunya sangat diperhatikan, sehingga bila pihak produsen merek tersebut akan membuat produk yang berbeda kategorinya dengan kategori merek asal maka pihak produsen harus melihat kualitas yang dipersepsikan konsumen terhadap merek tersebut. Bahkan dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa merek yang memiliki perceived quality yang tinggi dapat ditingkatkan secara lebih jauh (dapat diperluas) dan mendapat penilaian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan merek yang memiliki perceived quality Menurut (Aaker, 1990; Tauber, 1988 dalam Anwar, 2011:73), perluasan merek melibatkan penggunaan nama merek mapan dalam satu kelas produk untuk masuk kelas lain produk. Strategi ini sering dianggap sebagai menguntungkan karena mengurangi pengenalan produk baru dan riset pemasaran biaya iklan, dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan karena preferensi yang lebih tinggi berasal dari merek inti ekuitas (Chen & Liu, 2004) dalam Anwar (2011) Menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001) dalam Anwar, (2011:73) sikap merek dapat diukur melalui kepercayaan merek (brand trust),

5 pengaruh merek (brand affect), dan kualitas merek (brand quality). Sikap merek (consumer s brand extension attitude) adalah tingkat tertinggi dari merek asosiasi dan sering menjadi dasar dari perilaku konsumen (misalnya pilihan merek) (Keller, 1998) dalam Anwar (2011:74). Persepsi kualitas sebagai salah satu bagian integral dari citra merek, memiliki hubungan dengan merek induk dan sikap konsumen terhadap perluasan merek (Aaker & Keller, 1990:74) dalam Anwar, (2011:74). Kualitas merek secara langsung berkaitan dengan pola pembelian konsumen dan pembangunan mereka sikap terhadap perluasan merek (Chen, 2001) dalam Anwar (2011:74).Aaker dan Keller (1990:74) dalam Anwar, (2011:74) mengusulkan hubungan antara kualitas yang dirasakan merek induk dan sikap konsumen terhadap ekstensi. Chen (2001) dalam Anwar, (2011:74) juga menyarankan bahwa kualitas merek yang dirasakan memberikan alasan untuk membeli dan mempengaruhi pengguna sikap terhadap perluasan merek. Kotler (2005:277), tokoh pemasaran modern, menyatakan, ratarata perusahaan akan kehilangan setengah pelanggan dalam waktu kurang dari 5 tahun. Di lain pihak, perusahaan-perusahaan dengan tingkat kesetiaan terhadap merek yang tinggi akan kehilangan kurang dari 20% pelanggannya dalam 5 tahun. Dengan demikian, merupakan tugas perusahaan dan perjuangan para pemasar untuk menciptakan pelanggan-pelanggan yang setia.(www.swa.co.id) dalam Fajrianthi (2005:277). Menurut Reast (2005) dalam Jahangir (2009:21) menyatakan bahwa ketika merek diperpanjang diluncurkan faktor loyalitas diharapkan akan mendorong percobaan - jika konsumen loyal terhadap merek induk ada kesempatan baik bahwa mereka akan memperpanjang pengunaan merek.

6 Dengan demikian, merek induk bisa menurunkan resiko kegagalan produk baru (Thiele & Mackay, 2001) dalam Jahangir (2009:21). Mc Donalds kemudian menggunakan strategi perluasan merek atau brand exstension ini untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Mc Donalds mengembangkan McCafé, McCafe pertama kali dibuka di Melbourne, Australia, pada tahun 1993. Sejak saat itu, McCafe terus membuat sajian kopi istimewa yang kini telah dapat dinikmati di lebih dari 18 negara termasuk Indonesia. Minuman McCafe adalah untuk semua orang; mereka yang ingin takaran kafein dapat memilih latte atau frappuccino sementara anak-anak muda dapat menikmati cokelat panas atau goyang, dan bahkan jika itu tidak memenuhi preferensi konsumen, mereka dapat memilih dari beberapa smoothies atau slushes. McDonald telah menciptakan produk yang relevan konsumen dengan menawarkan berbagai minuman sesuai McCafe mereka yang dapat menarik bagi segala usia. McDonald telah memilih harga keseimbangan yang benar untuk minuman McCafe mereka, penentuan harga hanya di bawah ini beberapa pesaing utama mereka, tetapi juga memastikan untuk menjaga harga mereka di "gourmet minum "jangkauan. Konsumen tertarik pada lini produk ini karena harga tidak terlalu rendah, sehingga produk tidak memiliki persepsi kualitas yang buruk, namun harga tersebut tidak terlalu tinggi dalam hal itu mengurangi daya tarik konsumen. Penempatan produk McCafe tidak memberikan tantangan sedikit pun untuk McDonald karena semua minuman khusus disediakan tepat di counter dan drive-thrus setiap ada restoran McDonald. The McCafe minuman dapat meningkatkan jumlah pembelian setia konsumen sudah, atau menarik pelanggan baru yang tidak tertarik pada seluruh produk McDonald.

7 Keputusan terbaik McDonald berkaitan dengan McCafe adalah metode promosi untuk lini produk. Dari iklan surat kabar untuk iklan televisi, produk baru McCafe adalah terlihat di mana-mana. Bahkan jika seseorang tidak pelanggan tetap McDonald, mereka menyadari Garis McCafe sebagai McDonald telah yakin untuk memasarkan minuman mereka baik-baik saja subur di masyarakat Media. Ketika seorang pelanggan menarik untuk drive-thru jendela, mereka akan disambut dengan otomatis Pesan menginformasikan mereka tentang produk-produk baru. Berjalan ke McDonald toko, tanda-tanda dan poster di mana-mana mendorong pelanggan untuk mencoba minuman baru. Selain itu, McDonald telah menerapkan "Happy Hour" 2:00-5:00 di mana pelanggan dapat menikmati dolar dari setiap Produk McCafe pilihan mereka. Promosi ini langsung meningkatkan kompetisi lainnya restoran seperti Sonic, Amerika Drive-In, yang juga memiliki minuman Happy Hour dari 2PM ke 04:00. Harga Happy Hour McCafe yang menarik pelanggan baru yang kembali ke McDonald untuk gourmet McCafe minum bukan air mancur campuran minuman murah atau lumpur berair di lokasi lain. Meskipun lini produk tidak memiliki rentang yang sangat besar, agak menguntungkan karena pelanggan tidak kewalahan dengan menu yang besar dan menghargai pilihan cepat mereka dapat membuat untuk biaya murah. McDonald telah berinvestasi dalam membangun McCafe sebagai ekstensi untuk yang ada McDonald dengan suasana yang berbeda dari makanan cepat saji tradisional Pengalaman rantai. Dengan cara ini, jika pelanggan menginginkan McCafe semata-mata produk McCafe, mereka memiliki kemampuan untuk secara fisik tetap terpisah dari area makanan cepat saji meskipun mereka masuk ke McDonald properti. Selain itu, pelanggan McCafe memiliki sendiri check-out counter untuk khusus mereka

8 minuman dan mengobati pembelian, sehingga seolah-olah McCafe benarbenar terpisah dari McDonald. Akhirnya, penempatan McCafe di McDonald saat ini mendongkrak penjualan dan menarik berbagai jenis pelanggan, sedangkan McCafe itu ekspansi di Eropa sadar berkembang untuk menenangkan tuntutan budaya. McDonald memiliki berhasil dipasarkan dan dibangun lini produk McCafe dengan memastikan bahwa semua aspek dari mereka bauran pemasaran strategis yang digunakan untuk pada akhirnya memperbaiki dan meningkatkan perusahaan McDonald secara keseluruhan Penelitian dengan topik Impact Of Brand Image, Trust And Affect On Consumer Brand Extension Attitud : The Mediating Role Brand Loyalty pernah diteliti seebelumnya oleh Anwar pada Tahun 2011. Penelitian tersebut membuktikan bahwa citra merek, kepercayaan dan mempengaruhi secara positif terkait dengan sikap perluasan merek. Selanjutnya ditemukan bahwa loyalitas merek menengahi hubungan citra merek, kepercayaan dan mempengaruhi sikap perluasan merek. Data telah dikumpulkan dari 100 konsumen dari merek jus buah yang memiliki diperpanjang lini produk dengan memperkenalkan produk baru dengan merek yang sama. Satu ratus eksemplar kuesioner dibagikan.semua kuesioner kembali. Jadi, tingkat respon adalah 100%. Untuk menguji kerangka konseptual, analisis regresi berganda diterapkan pada data dikumpulkan dari 100 pelanggan dari merek tertentu. Penelitian bertujuan untuk menguji model kausalitas apakah merek mempengaruhi dan kualitas merek dapat mendorong sikap pelanggan terhadap ekstensi merek. Hasil penelitian menunjukkan kualitas merek dan loyalitas pelanggan secara signifikan danpositif mempengaruhi sikap pelanggan terhadap ekstensi merek.

9 Peneliti lain yang meneliti topik The Relationship Between Brand Affect, Brand Quality, And Customer s Brand Extention Attitude: Exploring The Mediating Role Of Customer Lotalty adalah Parvez (2009). Parves membuktikan bahwa kualitas merek dan loyalitas pelanggan secara signifikan berhubungan positif dengan sikap ekstensi pelanggan merek. Data dikumpulkan melalui 200 responden perempuan d an dianalisis melalui korelasi, regresi, dan uji Sobel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek dan kepercayaan pada merek mempengaruhi secara positif sikap konsumen pada perluasan merek. Selanjutnya ditemukan bahwa loyalitas merek menengahi hubungan citra merek, kepercayaan, dan mempengaruhi sikap perluasan merek. Peneliti tertarik meneliti topik Customer s Brand Extention Attitude karena tingginya tingkat kegagalan produk baru, membuat perusahaan mengambil kebijakan lainnya, yaitu dengan perluasan merek (brand extension). Strategi perluasan merek (brand extension) bukan hal yang baru dalam dunia pemasaran, dimana strategi pengembangan merek banyak digunakan oleh ahli pemasaran didalam aktivitas peluncuran produk baru. Penggunaan strategi tersebut didasarkan pada pertimbangan besarnya biaya iklan untuk meningkatkan brand awareness dari produk baru, adanya ikatan emosional antara konsumen dengan merek yang memiliki ekuitas yang tinggi, dan waktu proses adopsi dari respon konsumen yang relatif lebih singkat. Berdasarkan fenomena yang ada peneliti memilih judul.pengaruh Brand Trust, Brand Affect, dan Brand Quality Terhadap Consumer s Brand Extension Attitude Melalui Brand Loyalty Pada Konsumen McCafe di Surabaya Topik tersebut menarik untuk diteliti disebabkan karena pentingnya brand extention bagi perusahaan untuk dapat

menahan resesi global dan memenangkan persaingan, serta mendapatkan loyalitas dari konsumen. 10 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Apakah Brand Trust berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya? 2. Apakah Brand Affect berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya? 3. Apakah Brand Quality berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya? 4. Apakah Brand Loyalty berpengaruh terhadap Consumer s Brand Extension Attitude pada konsumen McCafe di Surabaya? 5. Apakah Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara pengaruh Brand Trust terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya? 6. Apakah Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara pengaruh Brand Affect terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya? 7. Apakah Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara pengaruh Brand Quality terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh :

11 1. Brand Trust terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya 2. Brand Affect terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya 3. Brand Quality terhadap Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya 4. Brand Loyalty terhadap Consumer s Brand Extension Attitude pada konsumen McCafe di Surabaya 5. Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara Brand Trust terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya 6. Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara Brand Affect terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya 7. Brand Loyalty menjadi variabel intervening antara Brand Quality terhadap Consumer s Brand Extension Attitude konsumen McCafe di Surabaya 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan judul penelitian yang ingin diteliti dapat ditarik beberapa manfaat penelitian, yaitu : 1.4.1 Manfaat Akademis 1. Sebagai bahan pembelajaran para akademisi untuk lebih memahami mengenai pengaruh Brand Trust, Brand Affect, dan Brand Quality Terhadap Consumer s Brand Extension Attitude

12 Melalui Brand Loyalty sehingga dapat diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal serupa di masa mendatang. 2. Memperluas wawasan pengetahuan tentangpengaruh Brand Trust, Brand Affect, dan Brand Quality Terhadap Consumer s Brand Extension Attitude Melalui Brand Loyalty yang telah dipelajari dalam perkuliahan untuk kemudian diterapkan dalam praktek. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada manajemen McDonalds tentang pengaruh Brand Trust, Brand Affect, dan Brand Quality Terhadap Consumer s Brand Extension Attitude Melalui Brand Loyalty pada konsumen McCafe di Surabaya sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengadakan perbaikan pelayanan bagi perusahaan. 2. Dapat digunakan untuk masukan marketer dalam menentukan kebijakan-kebijakan khususnya dalam bidang pemasaran. 1.5 Sistematika Penulisan Penyusunan dan penulisan hasil penelitian yang dilakukan mempunyai sistematika sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2.TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab ini menjelaskan tentang berbagai teori yang relevan dengan penelitian yaitu tentang Brand Quality, Brand Affect, Brand Image, Brand Trust, Brand Loyalty dan Counsumer s Brand Extention.

13 BAB 3. METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang kerangka pemikiran, hipotesis, populasi, sampel, data dan sumber data, metodologi pengumpulan data, definisi operasional variabel, pengukuran dan instrumen penelitian, dan metode analisis data yang digunakan. BAB 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menerangkan gambaran umum obyek penelitian, gambaran populasi dan responden, analisis data, dan pembahasan dari analisis data yang sudah dilakukan oleh peneliti. BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan-simpulan yang ditarik dari analisis data, implikasi dan pembahasan, serta saran-saran.